Chereads / ~THE ANGEL'S CURSE~ / Chapter 2 - bab 1

Chapter 2 - bab 1

Dahulu kala, diakhir abat ke-9 Dinasti Goryeo mulai mendominasi semenanjung korea. Pada masa itu, datang seorang nenek tua yang berasal dari Virginia. Dia memilih tinggal hutan dikaki gunung. Banyak yang membicarakannya, karena dia memiliki kemampuan meracik berbagai ramuan. Tidak lama berselang, Banyak prajurit yang datang padanya untuk di obati. Sampai dimana, seorang panglima mati setelah meminum ramuannya. 

Seluruh rakyat Goryeo marah, banyak yang mengatakan panglima mereka mati karena diracuni oleh seorang nenek sihir. Berita itu sampai ketelinga raja Goryeo, dia pun marah dan memerintahkan prajuruitnya untuk menghukum mati nenek tua itu.

Malam tiba, suasana sangat sunyi. Didalam gubuknya yang lapuk nenek tua itu masih meracik berbagai minuman dan obat-obatan. Namun, tiba-tiba pintu rumahnya terbuka lalu masuklah beberapa prajurit kerajaan. Tanpa mengatakan apapun para prajurit itu membawanya dengan paksa keluar dari gubuk miliknya. Mereka memenggal kepala nenek tua itu dengan sekali tebasan, tanpa belas kasihan mereka membakar jasad nya bersamaan dengan gubuk tuanya bersamaan lalu meninggalkannya pergi.

Beberapa hari kemudian, beberapa pencari kayu merasakan sebuah keanehan saat mereka berada di dalam hutan. Mereka merasa seperti telingan mereka berdengung sampai tidak dapat mendengar suara angin. Mendengar itu, raja kembali mengirim bebrapa prajurit lagi untuk memeriksa kebenaran berita itu. Namun sampai berhari-hari prajurit itu tak juga kembali. Konon katanya, mereka dimakan oleh hantu nenek tua itu untuk balas dendam.

Aahahahaha. Seorang gadis tertawa setelah mendengar cerita salah seorang teman pendakiannya. 

"kau sangat berbakat, Kai ! besok mungkin kau akan menjadi pengarang terkenal berkat cerita-cerita dongengmu itu."

Pria bernama Kai itu hanya menatap datar dari balik kacamata bulatnya. dia sedang tidak mengarang cerita apapun, ucapnya dalam hati.

Saat ini mereka sedang perjalanan menuruni jalur pendakian, Kai berada paling depan sebagai memandu jalan, dibelakangnya ada seorang gadis tonboy bernama Mona dan kekasihnya Rei, lalu yang terakhir seorang gadis berambut ikal bernama Hani. Mereka memang sering melakukan pendakian bersama-sama, karena hobi yang sama.

Sebelum berangkat pendakian mereka sudah melihat ramalan cuaca. Diperkirakan akan cerah sampai mereka kembali turun. Namun tidak di sangka, hujan turun lebih awal sebelum mereka tiba di bawah. Dengan berhati-hati mereka berjalan menyusuri jalan yang licin walaupun sulit.

"berhati-hatilah, perhatikan langkah kalian," Ucap Kai.

AAAaaaakh!!

Suara teriakan membuat Kai dan yang lain menoleh bersamaan. "Hani!" panggilnya. 

Rai memeriksa lebih jauh kebelakang, namun ia tidak menemukan temannya itu. Wajah mereka terlihat panic, masalahnya saat ini sedang hujan lebat. Kabut mulai menyelimuti sekeliling mereka. "cukup. Kita tunggu sampai hujan reda baru kita lanjutkan pencarian." Ujar Rei yang melihat Mona sudah kedinginan.

"tapi, Rei. Hani belum ketemu." Seru Mona sambil menangis.

Kai tidak mempedulikan keduanya, dia memilih membuat tenda sebelum dirinya mati kedinginan. Rei yang melihat itu langsung menrik kerah baju Kai dengan kasar.

"apa kau gila! Kau sangat egois. Dimana tanggung jawabmu?!" Rei berteriak sambil menarik jaket yang dipakai Kai.

"kau yang gila! Kau tidak melihat keadaan saat ini? Pacarmu itu bisa saja mati kedinginan tapi kau masih saja mimikirkan gadis sombong itu?" Kai menyentak tangan Rei yang mencengkeram jaketnya.

Rei menatap Mona yang sudah menggigil, dia terdiam merasa bingung harus melakukan apa. Dengan pikiran kalut dia membantu Kai mendirikan tenda untuk mereka berteduh. selesai mendirikan tenda, mereka menetap didalamnya. Berdiam diri ketakutan.

*** 

Di dalam hutan, Hani berjalan pincang denga beberapa luka di tubuhnya. air mata yang sejak tadi ditahannnya akhirnya keluar. Dia sudah berteriak meminta pertolongan namun tidak ada yang menjawab, satu-satunya cara hanya menunggu tim bantuan datang.

Di tengah derasnya hujan dia terus berjalan mencari tempat berteduh. sampailah dia di sebuah rumah yang terlihat sangat nyaman, Hani merasa heran. Bagai mana mungkin ada sebuah rumah di tengah hutan? Namun rasa dingin membuatnya tak peduli.

Dia melangkah mendekati rumah itu lalu mengetuk pintunya, dengan sedikit keras dia mengucap salam. Namun nihil. Tidak ada siapapun. Akhirny dia memilih menumpang berteduh di luar saja.

"ini sangat dingin, kenapa di rumah ini tidak ada orang" keluhnya denga menggigil. 

Sambil menatap kesekeliling hutan ia mengosokan kedua telapak tangannya. Tiba-tiba pintu di belakangnya terbuka. Hani mendekat, melihat keadaan didalam rumah itu. "apa ada prang?!" serunya.

Tidak ada jawaban, Hani memutuskan  masuk kedalam rumah itu. "apa ada orang?" tanyanya sekali lagi. Namun tetap sama, tidak ada orang hanya ada bermacam-macam air berwarna-warni yang terpajang di dalam botol-botol unik. Di dalam rumah itu udaranya sangat berbeda dari di luar sana, di dalam sangat hangat. Apa mungkin jika tidak ada orang? Tanya hatinya.

Sudah lebih dari dua jam, namun hujan belum juga reda. Hani mulai mersa lapar dan haus, dia lupa jika semua persediaan makanan ada di dalam tas Mona. "akkh bodoh sekali! Kenapa tidak aku saja yang membawa ta situ," keluhnya. Dia menatap sekeliling ruangan di rumah itu, merasa penasaran dengan isi botol-botol unik itu. 

Hani mengambil satu botol dengan warna merah lalu membukanya. "arak buah?" dia mencium aroma yang keluar dari botol ditangannya. Matanya berbinar senang, tanpa berpikir dua kali dia meminum air  merah itu dengan cepat. "aahhhkk segar dan manis, arak ini pasti mahal jika dijual," dia melihat botol-botol lainnya. "apa ini tempat pembuatan arak buah?".

"Ehm.. sedamg apa sisini?" seorang nenek mengejutkannya. "oh tuhan, kau mengejutkanku  nenek," ucapnya.

"apa yang sedang kau lakukan disini?" Tanya nenek itu dengan wajah seram.

"aku…hanya menumpang meneduh."

"apa yang kau lakukan dengan minumana itu?!" seru nenek tua itu merebut botol kosong yang ada di tangan Hani. Hani yang terkejut melangkah sedikit menjauh. Dia menunduk takut, "aku minta maaf karena sudah meminumnya, aku melakukan itu karena aku kehausan." Ucap Hani dengan menyesal.

Nenek itu menatap tajam, seperti ingin membunuh gadis itu. Namun suara panggilan dari luar sana mengalihkan keduanya. Hani tersenyum, dia tahu itu petugas penyelamat yang mencarinya. Dia menoleh kearah nenek tua yang tadi ada di sebelahnya. Namun, dimana nenek tua itu?

Dengan cepat Hani berjalan pincang keluar dari rumah itu, beberapa petugas penyelamat menghampirinya membawa tandu. Dia merasa sangat tenang, setidaknya dia sudah aman bersama tim penyelamat. Dalam diam dia menatap kearah rumah nenek tua itu, "apa nenek tadi sudah di amankan?" tanyanya pada salah satu petugas yang membawanya. "nenek? Aku rasa kau kelelahan, beristirahatlah." 

Apa benar aku berhalusinasi? Tapi…