Beberapa warga yang lewat berlarian ketakutan, menghindar sejauhnya dari orang-orang yang sepertinya akan memulai perkelahian, angin menerbangkan daun kering di atas tanah seiring kibasan golok melesat dari atas kereta menyerang orang-orang di atas kuda.
"Hiaatt!!
Tiga orang di atas kuda terlihat bukan orang biasa, satu yang di tengah tak perlu berkelahi karena dua orang di kanan kirinya membalas serangan.
Tiga orang dari atas kereta yang menyerupai bandit itu menyerang dengan senjata andalan mereka, pedang panjang, parang dan golok, bukan bandit biasa karena daya serang yang tinggi.
Di dalam kereta.
NuEr melirik dari tirai melihat perkelahian yang terjadi di luar kereta, ini kesempatan mereka melarikan diri, ia menoleh kembali ke dalam kereta di mana Hong yang sudah ditutupi oleh jubah lusuh hingga menutupi kepalanya merundukkan tubuh di depan beberapa pemuda yang terikat di sudut.
"Kalian pergi yah, lari secepat-cepatnya" Hong melepaskan ikatan di tangan beberapa pemuda itu, salah seorang yang paling depan yang jubahnya dipinjam oleh NuEr tadi melihat Hong dan menundukkan kepalanya dalam berterima kasih.
"Terima kasih tuan, terima kasih banyak"
Hong tersenyum, dari cerita NuEr sekilas anak-anak itu tadinya pekerja tambang di perbatasan yang akan dijual lagi setelah pekerjaan mereka usai, entah kemana, tapi bertemu dengan Hong dan NuEr membuat mereka bisa melarikan diri, Hong meraih tangan pemuda yang mungkin seumuran dengannya, walau pemuda itu terlihat sungkan dan hendak menarik tangannya karena tangan Hong terlalu halus dan bersih, ia bisa membuatnya kotor,
"T tuan muda"
Hong mengeluarkan sesuatu dari balik pakaiannya dan meletakkan ke telapak tangan kotor pemuda itu.
"Ini, anggap saja biaya jubahmu, bawa dan gunakan untuk kalian pulang yah, kembali ke rumah yah, jangan pergi lagi, orang tua kalian pasti cemas sekali"
Pemuda itu hampir menangis, beratnya bungkusan kecil yang kini ada di atas telapak tangannya, itu mungkin isinya uang dalam jumlah yang banyak, ia menangis tersedu-sedu tapi tidak ada waktu untuk itu, temannya segera menarik tangannya bangun.
"Ayo kita pergi dari sini!"
Pemuda itu masih melihat ke arah Hong sebelum mereka mengendap turun, NuEr mendekati Hong dan menarik tangannya.
"Yang Mulia ayo kita turun ini kesempatan kita"
Hong nenurut dan mengikuti NuEr yang juga meminjam jubah lusuh untuk menutupi pakaian pelayannya, gadis muda itu sempat berhenti dan membalik sebentar ke arah pangerannya,
"Ini, tutupi wajah Yang Mulia yah" NuEr mengambil sapu tangannya dan menggunakannya untuk menutup wajah Hong hingga yang tampak hanyalah matanya, mata dengan warna merah yang tetap mencolok bagaimanapun juga.
"Kita harus berhati-hati Yang Mulia, siapa saja bisa mengenali kita, semoga pengawal istana segera menemukan kita"
Hong mengangguk.
"Emm"
Perkelahian di luar kereta langsung tedengar dan terlihat jelas saat NuEr meloncat dari atas kereta, ia mengulurkan tangannya membantu Hong turun.
"Ayo Yang Mulia, hati-hati"
Akhirnya keduanya berhasil keluar dari kereta itu, NuEr menggandeng tangan Hong erat mengajaknya lari ke arah rumah warga, tapi belum juga beberapa langkah, keduanya menghentikan lari mereka karena tak jauh di depan mereka sudah ada seorang yang duduk di atas kuda dengan postur besar menghalangi jalan mereka.
"Yang Mulia!" NuEr berdiri di depan Hong dengan tangan lebar melindungi tubuhnya, sosok bercadar di atas kuda terlihat menyeringai melihat ke arah mereka.
"He kalian mau kemana?"
NuEr menggandeng tangan Hong erat dan mengajaknya mengambil jalan lain, tapi saat berlari ke arah lain tiba-tiba seekor kuda tinggi besar lainnya sudah menghadang jalan mereka, hampir menghantam Hong dan Nu yang terjerembab jatuh.
"Akh" Nu cepat membantu Hong bangun,
Keduanya tak bisa kemana-mana, tiba-tiba semua jalan dikepung, Hong melirik ke sekitarnya, beruntung para budak tadi sudah berhasil melarikan diri.
"Wah wah lihat apa yang kita dapatkan dik, ini kawanan suku mistis yang katanya berhasil mereka tangkap?" Tanya sosok yang berdiri di atas kuda yang datang belakangan, sosok di atas kuda yang menghadang pertama kali menaiki kudanya berjalan mengelilingi NuEr dan Hong, debu berterbangan mengotori keduanya.
"Uhuk uhuk"
"Iyah sayang sekali yang lain sudah melarikan diri, tapi setidaknya dapat dua orang, entah apa yang akan pihak istana berikan pada kita karena berhasil meringkus kaum pemberontak"
Mendengar kata istana, Hong ingin sekali bicara tapi NuEr menahan tangannya, ia menggelengkan kepalanya.
"Jangan Yang Mulia" bisiknya, bagaimanapun NuEr tidak bisa membiarkan orang lain mengetahui identitas pangerannya, peringatan dari putra mahkota dan tuan muda Jie kalau di luar sana mungkin bukan tempat yang aman untuk pangerannya, setiap hari menemani pangeran muda itu ia pastinya sudah mendengar semua peringatan itu, jadi ia harus berhati-hati, Hong mengerti maksud tatapan dari NuEr.
Sosok di atas kuda turun dengan gagah, mendekati Hong dan NuEr yang berdiri berdekatan, orang berpakaian dominan hitam dengan topi lebar dan penutup wajah itu melihat NuEr dan Hong dari bawah kaki hingga atas kepala, pakaian lusuh keduanya menutupi hingga kaki jadi tak mungkin melihat ke bawah dengan jelas, hanya budak yang kotor dan bau. Seorang lainnya di atas kuda juga mendekat.
"Adik, mereka sepertinya bukan pemberontak, lihat pakaian mereka, lebih seperti gelandangan, mungkin kita harus melepaskan mereka"
NuEr mengambil kesempatan itu.
"Iyah Iyah, k kami hanya gelandangan, tolong tuan bermurah hati, lepaskan kami" dialek NuEr saat bicara tidak seperti biasanya, pikir Hong, pelayan kecil itu terlihat cukup pintar.
Tapi sosok yang pertama turun sepertinya tidak setuju dengan rekannya, ia mendekati NuEr dan bahkan melewatinya, entah kenapa ia tertarik melihat sosok tinggi tegap yang berdiri di bagian belakang, Hong yang terus melihat ke bawah, menurut NuEr matanya mungkin bisa menarik perhatian, mereka tidak boleh gegabah saat ini.
Sosok itu ingin mendekat tapi tubuh NuEr menghalanginya.
"Mohon tuan berbaik hati, lepaskan kami"
"Emm, bisa saja, tapi lepaskan dulu penutup wajah kalian, aku penasaran apa bedanya wajah suku mistis dengan warga Hua lainnya"
NuEr menelan ludahnya bulat, ia masih menggandeng tangan Hong erat dan semakin terjepit, tapi keselamatan pangerannya adalah segalanya, ia harus tenang.
Tak lama datang lagi orang ke tiga di atas kuda, orang dengan pakaian sama layaknya pengawal sebuah organisasi itu mendekati sosok pertama, ikut melihat ke arah NuEr dan Hong, tapi tanpa pikir panjang orang itu mengulurkan tangannya hendak menyibak penutup kepala HongEr.
######