Chereads / Dance Of The Red Peacock.Ind / Chapter 102 - Wajah Yang Asing

Chapter 102 - Wajah Yang Asing

Suara adu pedang dan api yang berkilat saat dua batang baja tipis itu beradu memenuhi halaman paviliun Peony.

Beberapa kali Fei berusaha mendekati Hong yang terlihat hampir tak sadarkan diri di tangan YuTang, hingga pengawal muda itu menyerahkan pangerannya pada Sun dan maju menyerang Fei.

"Hiattt!"

Pedang biru panjang milik YuTang akhirnya keluar dari sarungnya, pedang berongga dengan ukiran sepanjang badan pedang dengan kilau yang memantulkan sinar rembulan, menyerang Fei dengan mengarahkan pedangnya lurus ke depan menghentak kakinya dan seakan terbang, Fei menghadang pedang YuTang dengan LuKan yang masih ada di dalam sarungnya, memutar tubuhnya cepat membelakangi YuTang dan menyerang dari samping saat pengawal muda itu belum menyadari Fei telah berpindah posisi, ia bergitu cepat hingga beberapa kali pengawal muda itu hampir kecolongan dan terpukul beberapa kali.

Tapi pengawal muda Yu adalah salah satu ahli beladiri yang menjadi juara di kompetisi prajurit tahunan, ia tidak bisa dikalahkan dengan mudah, dengan ringan ia menghentak kakinya maju ke depan Fei secepat angin menyerang bagai peluru, sekali lagi Fei harus menahan pedang Yu dengan LuKan, tapi kali ini ia memutar pedangnya dan pedang tipis yang begitu ringan itu keluar terbang dari sarungnya, berputar sejenak di atas kepala Fei dan dengan cepat Fei menangkap gagangnya, memegangnya kuat, ia hampir tidak pernah mengeluarkan pedangnya dari sarungnya sejak terakhir bertempur dengan lawan yang tangguh dan kali ini pedang cantik itu harus keluar dan menari dengannya di atas angin.

Sekali serang akhirnya Fei bisa menjatuhkan pedang biru milik Yu hingga melayang jauh jatuh menancap di atas rumput.

Sreengg!'

YuTang tertegun, ia membeku di tempatnya melihat arah pedangnya jatuh, tapi ia tidak bisa bergerak banyak saat ujung pedang milik Fei sudah mengarah pada lehernya.

DaHuang dan AhLei juag berhasil melumpuhkan lawan mereka, bukan lawan yang seimbang untuk ketiganya, pikir Ahlei yang berhasil menjatuhkan pengawal terakhir yang menyerang.

Sun yang memegang tubuh Hong yang lunglai berusaha mundur saat Fei mendekat.

"Jangan mendekat, kalian lancang sekali, pengawal! Pengawal!" pelayan muda itu berteriak.

Mata Fei berkaca-kaca, melihat wajah adik yang sudah lama sangat dirindukannya kini tidak berdaya di depannya.

"Adik apa yang terjadi padamu?" tangan Fei baru saja akan membelai pipi Hong saat angin begitu keras menghempas tangannya.

Whoosssh!

Sebuah pedang panjang terbang hampir mengenai kepalanya dan berhasil memotong ujung rambutnya hingga pedang itu berputar kembali ke arah pemiliknya, saat Fei hendak membalikkan kepalanya melihat siapa yang menyerangnya sinar menyilaukan membuat matanya teralihkan, hingga tak sadar sebuah ujung pedang yang tajam sudah mengarah di urat nadi lehernya.

DaHuang yang terlambat menyadari berusaha mendekat, tapi suara berat itu menghentikan langkahnya.

"Maju selangkah dan tuan mudamu ini akan berakhir dengan menyedihkan"

Suara itu, suara yang agak berat tapi sangat berwibawa, dalam sekejab halaman depan pavilion Peony sudah dipenuhi para pegawal istana berpakaian lengkap dengan jirah emas mereka, pengawal dari Putra Mahkota YangLe yang perlahan mendekat, terlihat pedang panjang kecil milik BuAn sudah menempel di leher FeiEr.

"Yang Mulia!" Sun dan NuEr menurunkan tubuh mereka melihat junjungannya mendekat, FeiEr tak bisa banyak bergerak merlihat orang yang tak diduga sebelumnya muncul dan mendekati Hong yang sudah tak sadarkan diri.

Beberapa pengawal maju dan melucuti senjata milik DaHuang dan AhLei, YuTang yang terjatuh dengan tubuh penuh luka mendekati BuAn dengan kepala menunduk malu.

"Maafkan hamba tidak cukup kuat Yang Mulia!"

YangLe menopang kepala HongEr, dengan begitu ringan mengangkat tubuh Hong sambil melirik Fei yang berusaha melepaskan diri.

"Aku tidak akan menyalahkanmu pengawal Yu, kau masih terlalu jauh untuk bisa mengalahkan tuan Muda Jie dan pengawalnya yang menjadi juara kompetisi tahun lalu, benar kataku tuan muda Jie?"

Fei menahan geram.

"Apa yang anda lakukan pada adikku! Bagaimana anda bisa menahan adikku di sini selama ini!" ia marah, tapi YangLe tidak mempedulikannya, ia mengangkat tubuh Hong menuju ke arah pavilion.

"Bu masukkan mereka ke ruang tahanan, kita urus mereka nanti, YuTang panggil tabib Cho ke sini cepat"

"Siap Yang Mulia!" seru BuAn dan YuTang bersamaan, Fei hendak menyusul YangLe yang membawa adiknya pergi tapi pedang milik BuAn menahannya, belum lagi beberapa pengawal juga menyeret DaHuang dan AhLei pergi.

"Lepaskan, HongEr! Adik Hong ini kakak! Adik!!" seru Fei keras.

.....

Angin berhembus pelan, ringan menerbangkan sebagian pakaian sutra Hong dan juga rambut panjang merah yang tergerai di belakang pinggangnya, ia berdiri di tengah padang rumpur udara sejuk, bersih dengan bau rumput yang begitu akrab dengannya, matahari yang bersinar walau tidak begitu terik tapi cukup hangat, hingga suara gelak tawa beberapa pelayan kecil yang berlari di sekitarnya, tak lama terlihat layangan berbagai bentuk dan warna dengan ukuran cukup besar sudah ada di atas langit biru, terbang bersama angin.

Ia mendongakkan kepalanya melihat betapa indah pemandangan di atas langit kini, beberapa layangan dengan buntut panjang teurai yang terbang meliuk menari sangat cantik di atas langit, ia melihatnya dengan mengangkat satu tangannya ke atas matanya menghalau cahaya silau yang mengenai matanya, sementara tangannya yang satu lagi, seseorang memegangnya agar ia tidak jatuh, tangan yang hangat.

"Adik" wajah seorang pemuda yang kini berbentuk semakin jelas, sekilas ia bisa melihat senyum di bibir manis pemuda itu, dengan rambut hitam panjang yang tergerai terhembus angin, senyum yang sangat indah dan menyejukkan dadanya.

Hong ikut tersenyum, perasaan itu sangat hangat dan membuat dadanya begitu lega, hingga apapun yang ia rasakan saat ini semua begitu indah.

"He kakak"

Tapi.

"Hoh hoh hoh hoh" mata Hong terbuka lebar, membelalak besar seperti baru bangun dari mimpinya, dan ia memang sedang bermimpi.

"Adik kau sudah bangun" suara itu, Hong menoleh dan menemukan YangLe yang duduk di sampingnya, di atas ranjangnya.

Rasanya sangat lelah, tubuhnya bagai remuk dan tak bertenaga, kepalanya berat bukan main, bahkan untuk mengangkatnya sulit sekali.

"Kak, apa, yang terjadi?"

YangLe tersenyum, ia masih memegang kain putih dengan air hangat yang sebelumnya digunakan untuk membasuh wajah dan leher Hong yang terus berkeringat, langit di luar sepertinya sudah terang, walau matahari sepertinya tidak begitu terang masuk ke kamarnya, Hong berusaha bangun dan YangLe membantunya.

"Tabib bilang adik mungkin terlalu Lelah, harusnya jangan paksakan dirimu untuk melakukan apapun yang menyita energimu, kau belum sehat benar dik"

Hong melihat wajah YangLe sejenak, merasakan sakit kepalanya yang belum juga mau hilang, ia ingat dengan jelas apa yang terjadi semalam hingga ia kehilangan kesadarannya, tapi, suara orang itu, tetap terngiang walau ia sudah tak sadarkan diri sekalipun.

"Eh, apa yang terjadi pada orang-orang itu?"

YangLe menghentikan gerakan tangannya, tadinya ia berpikir Hong mungkin tidak akan mengingat kejadian semalam, tapi, pemuda itu melihatnya menunggu jawabannya.

"Mereka hanya beberapa penyelundup yang berniat untuk merampok, hanya tidak tahu kemana kaki mereka sudah melangkah terlalu jauh"

YangLe mengambil mangkok bubur tak jauh di samping ranjangnya, mengaduknya sambil meniup asap panas yang masih mengepul.

"Ini kau harus makan dulu yah, setelah ini minum obatmu dan adik harus istirahat lagi, jangan terlalu banyak berpikir"

Saat YangLe mendekati Hong kembali dengan mangkuk bubur di tangannya, terdengar suara gaduh di luar kamar.

Buk buk! Buk buk!

########