Chereads / Dance Of The Red Peacock.Ind / Chapter 97 - Kebakaran Istana

Chapter 97 - Kebakaran Istana

Embun pagi jatuh di ujung daun dari pohon plum di depan halaman pavilion yang habis terbakar, masih terlihat asap sisa pembakaran keluar dari sela-sela kayu yang habis dilahap api semalaman, pavilion yang begitu indah dalam semalam berubah menjadi bangunan rusak menjadi arang hampir tak lagi terlihat bentuknya.

Di pavilion Rusa tempat tinggal putra mahkota.

"akh" YangLe merintih saat tabib mengoleskan salep ke luka bakar di punggungnya, beruntung pakaian dengan bahan sutra dan satin berkualitas tinggi yang dikenakannya semalam melindunginya hingga ia hanya mendapat luka tidak begitu panjang dan dalam di punggung kanannya, walau begitu punggungnya yang mulus harus terluka demikian membuat ia geram.

BuAn yang baru masuk melewati pintu memberi hormat pada YangLe yang berbaring telungkup di dipannya.

"Lapor Yang Mulia, semalam ada dua penjaga di depan gerbang yang melihat bayangan hitam sesaat setelah kebakaran terjadi, mereka mengejar bayangn hitam hingga keluar istana tapi tidak berhasil mengejar hingga kembali dan menemukan pavilion yang sudah terbakar api, dari hasil penyelidikan ada sisa bubuk mesiu di setiap sudut kamar yang membuat api merambat dengan cepat"

YangLe menggepalkan tangannya, dikibaskan tangannya pada tabib yang selesai membalut luka di punggungnya, dikenakan kembali pakaiannya, ia duduk melihat BuAn sejenak.

"Kurang ajar sekali, istana dengan pengawalan begini ketat bagaimana bisa kelolosan penyusup, panggil semua kepala pengawal dan pengawal yang berjaga semalam, kalau kita tidak kembali tepat waktu bagaimana nasib Hong"

BuAn menurunkan kepalanya dalam.

"Maafkan hamba Yang Mulia karena telah lalai, semalam, hamba hanya meninggalkan istana sejenak untuk melapor tapi siapa yang menduga"

BuAn menelan ludahnya bulat, ia ditugaskan untuk menjaga HongEr tapi ia sudah pergi dan kejadian ini terjadi, ia siap menerima hukuman apapun yang akan diberikan untuknya.

Tapi,

YangLe hanya berdiri dari duduknya, berjalan beberapa langkah menuju ke jendela.

"Semua ini mungkin sudah direncanakan Bu, siapapun penyerang itu sepertinya ia tahu kau akan pergi meninggalkan istana hingga mereka beraksi semalam, kurang ajar, aku pikir setelah membawa Hong kemari ia akan jauh dari bahaya, tapi sebaliknya, ia mungkin semakin dekat dengan bahaya"

BuAn menegakkan kepalanya, ia hendak bicara lagi tapi dari arah pintu seseorang masuk dengan cepat.

"Kakak!" HongEr yang diikuti dua pelayannya yang masuk ke kamar dengan cepat.

YangLe membalikkan tubuhnya saat mendengar suara Hong, ia belum melihat bagaimana kondisi Hong sejak semalam dan ia sudah datang ke kamarnya.

"Kakak, bagaimana luka kakak? Apakah sakit kak?" tanya Hong dengan wajah cemas, dua pelayan yang berada dekat dengannya berusaha menahan tubuh Hong yang masih lemah, tapi YangLe membubarkan mereka.

"Yang Mulia" keduanya menurunkan tubuh memberi hormat dan mundur.

Hong melihat YangLe dengan wajah cemas, ia hampir menangis, masih jelas dalam ingatannya bagaimana YangLe memeluknya saat pasak yang sudah terbakar api itu hendak jatuh mengenainya, ia menahan pasak itu dengan tubuhnya dan masih sempat tersenyum padanya.

YangLe tersenyum, ia mengangkat tangannya menghapus airmata di ujung mata Hong.

"He kakak tidak apa-apa, Hong tidak usah sedih begitu"

Hong tidak bisa menahan diri, ia menangis tersunguk.

"Ems kakak, kenapa melakukannya? Kakak harusnya tidak melakukannya"

Hati Hong sakit, ia merasa semua orang di sekitarnya selalu berkorban untuknya, ia memiliki perasaan yang sama sebelumnya, melihat seseorang yang walau dengan wajah tidak jelas dengan kondisi terluka masih sempat tersenyum padanya, berusaha membuat ia tenang, dadanya sakit setiap kali memikirkannya, udara yang dihirup seakan habis tidak tersisa hingga ia harus berusaha keras menariknya.

"Hoh"

YangLe menyadari hal itu, ia menarik tangan Hong dan mengajaknya duduk.

"Adik duduklah tenangkan dirimu kakak tidak apa-apa lihat, ini hanya luka kecil"

Hong memegang dadanya yang seakan ditekan benda berat, mengangkat wajahnya melihat senyum di wajah YangLe yang membelai pipinya dan menghapus airmatanya, tangan yang besar itu, terasa sangat hangat, bau yang walau sedikit asing, tapi perasaannya cukup nyaman setelahnya, diraih tangan YangLe dan menggenggamnya.

"Kakak jangan lakukan itu lagi yah, kakak ini Putra Mahkota, bagaimana kakak bisa mempertaruhkan nyawa kakak untuk Hong"

YangLe membelai rambut HongEr lembut, melihat sepasang mata bening indah yang kini menatapnya dengan polos.

"He anak bodoh, walau kakak harus mengulanginya lagi kakak tidak akan ragu sedikitpun, Hong adalah adik kakak yang berharga, jadi apapun akan kakak lakukan untuk adik, he ini bukan luka besar, adik tidak usah terlalu cemas yah, tidak lama juga akan sembuh dan segala bekas luka juga hilang, yang penting adik tidak apa-apa"

Hong menghapus airmata.

"Ems kakak"

YangLe tersenyum. Ditarik Hong dalam dekapannya, ia melirik BuAn yang masih berdiri di tempatnya, lewat pandangan matanya BuAn mengerti apa maksud Pangerannya itu, ia menundukkan kepalanya memberi hormat dan mundur ke arah pintu.

"Siap hamba akan laksanakan"

...........

Pagi hari yang cerah lainnya.

Setelah istirahat sejenak Putra mahkota menerima beberapa tamu hari itu, bagaimanapun tugasnya sebagai calon kepala negara membuat ia harus selalu menyibukkan diri di setiap waktunya sebagai wakil negara.

BuAn mendekat dan berbisik pada YangLe di tengah rapat, pengawal pribadinya itu selalu mendapatkan mandat khusus untuk selalu mengabarkannya segala hal yang patut diketahui YangLe walau dalam situasi apapun, YangLe membuka matanya lebar setelah mendengar berita dari BuAn, ia mengangkat tangannya dan meminta wakilnya untuk rapat pagi itu agar menyudahi rapat yang memang sudah akan selesai sebelum BuAn datang.

Tak lama kemudian di ruang kerja YangLe.

YangLe membalik laporan yang dibawakan para pejabat padanya, walau ia tetap focus mendengarkan laporan dari BuAn.

"Jadi, mereka sudah memasuki ibukota? Cepat sekali, tuan muda itu tidak bisa dianggap remeh"

BuAn menurunkan kepalanya.

"Yang Mulia, dalam waktu seminggu baginda Kaisar sudah mengatur jamuan makan untuk merayakan ulang tahun anda di istana dan kali ini pasti banyak pejabat yang akan datang, salah satunya pastinya Pangeran KaiLe, dan Pangeran KaiLe mengenal Yang Mulia Hong dengan sangat akrab"

YangLe menarik napas panjang, menghentikan ucapan BuAn.

"Yah aku tahu Bu, itu sedang aku pikirkan, untuk sementara Hong akan berada di istana Gao dan kita kembali ke istana tanpa mengajaknya serta, tapi, situasi saat ini benar-benar tidak tepat, bagaimana sampai ada usaha pembunuhan kembali mengancam adik Hong, aku pikir setelah mengeluarkannya dari Tang dan menjauh dari pandangan siapapun akan membuat pelakunya berhenti, tapi, mereka mengejar hingga ke sini"

BuAn ingat bagaimana mereka menyelamatkan Hong dari kawanan penculik yang membawanya keluar dari lembah Jie dengan paksa, orang-orang yang memiliki dukungan sangat kuat di belakang mereka karena YangLe bahkan tidak mengenalnya, para penculik itu sudah dihabisi BuAn dan pengawal lainnya hingga tuntas, tidak mungkin ada yang tahu kalau YangLe yang membawa Hong ke istana, tapi, BuAn mengangkat kepalanya melihat putra Mahkota dengan mata besar.

"Yang Mulia, apa mungkin, hamba, tidak berani berspekulasi tapi, apa Yang Mulia, tidak mencurigai eh Putri YanYe?"

YangLe mengangkat kepalanya, mengerutkan dahinya dalam, ia sebenarnya sempat memikirkan kemungkinan itu, hari pertama ia pergi berburu BuAn mengatakan kalau putri YanYe berkunjung ke istana Gao, bagaimana ia bisa sampai mengunjungi istana Gao yang letaknya jauh kemana-mana? Apa yang diinginkan putri itu?

"Heh, kita tidak punya bukti Bu, semua kejadian aneh ini, sengaja membuat semua orang berpikir kalau para pemberontak adalah dibalik semuanya, tapi, kenyataannya, para pemberontak sama sekali belum melakukan apapun, kekacauan ini mungkin benar disebabkan oleh orang dalam istana, tapi mungkin bahkan tuan muda Jie juga akan berpikir kalau aku pelakunya, siapa lagi orang dalam istana yang begitu menginginkan Hong selain kita?"

#############