Chereads / Dance Of The Red Peacock.Ind / Chapter 83 - Angin Dingin Lembah Jie

Chapter 83 - Angin Dingin Lembah Jie

-----------------

TangYi berdiri di depan Jade batu, Hong masih tertidur lelap, apapun obat dan energi yang diberikan selama ini sepertinya tidak membuahkan hasil.

TangYi merapihkan rambut panjang dan ikal Hong yang tergerai hingga ke bawah, rambut itu juga dingin, seperti kulitnya, tubuh Hong yang sangat dingin, TangYi tak mau mengakui, mungkin semua orang tidak ingin mengakui, tapi, saat ini Hong terlihat tidak akan bangun lagi, TangYi hampir tidak mendengar napasnya lagi.

TangYi menutup matanya, ia menurunkan kepalanya bertumpu dengan dua tangan di atas batu Jade, bagaimana anak selincah itu, bisa tiba-tiba terbaring diam tak bergerak seperti ini?

Tawa Hong yang lebar.

"Hahahaha kak Yi, Hong Mana bisa jadi ratu, Hong khan anak laki-laki, kak Yi bergurau"

TangYi tertawa, melihat Hong mencoba hiasan rambut milik TangWen yang sangat indah, wajah HongEr membuat ia kehabisan kata-kata, sungguh wajah manis yang tak bisa ia hilangkan dari kepalanya sejak dulu, TangYi ikut tertawa tapi dalam hatinya ia melihat wajah Hong dengan perasaan berdebar, jantungnya berdebar sangat kencang, entah sejak kapan ia merasakan itu pada HongEr, ini lebih dari senang menggodanya, ia benar ingin sekali menggodanya.

TangYi membantu Hong melepaskan hiasan rambut menyerupai mahkota dengan banyak sekali manik-manik yang berkilau.

"Adik Hong, cocok menjadi apa saja, he kalau adik Hong perempuan kakak pasti sudah menjadikan adik sebagai putri mahkota"

Hong melihat mata TangYi yang serius saat mengatakannya, tapi kakaknya itu memang paling senang menggodanya.

"Hahaah kakak ini, jangan meledek Hong terus ah kak"

TangYi menggenggam jemari Hong yang sangat dingin, Jade biru adalah batu yang menyerap udara dingin sekitarnya mengumpulkannya menjadi es, dinginnya juga bisa masuk hingga ke dalam tulang dan darah hingga tubuh yang berbaring di atasnya akan memiliki metabolisme yang sangat lambat.

TangYi menggenggam tangan kecil Hong, tangan yang lembut, jari-jari yang panjang dan lembut, lalu menurunkan tubuhnya mengecup kening Hong, menaruh dagunya lama di atas dahi Hong yang dingin bagai es.

"Adik, apa, adik Hong benar akan meninggalkan kakak dan lainnya? Kak Yi berjanji, kalau adik sadar nanti, kak Yi tidak akan menggoda adik lagi, adik, bangun yah, jangan tinggalkan kak Yi" bisik TangYi mengecup kening Hong kembali dengan sangat lembut, membelai pipi Hong dengan tangannya yang lebar dan mendekapnya.

"Adik Hong"

...........

BaiHu hampir jatuh mendengar penjelasan tabib, ia, Fei, TangYi dan KaiLe berkumpul di depan Jade biru. Fei maju dan hampir memukul tabib Chai tapi tangan DaHuang menahannya, wajah tabib tua itu sudah pucat, ia mungkin merasa bersalah karena telah gagal, ia menundukkan kepalanya sangat dalam.

"Tuan muda!" Seru DaHuang.

Airmata tidak bisa dibendung semua orang, kaki TangYi lemas, AYao menahan tubuh pangerannya yang hampir jatuh,

"Adik"

"Lalu, apa maksudnya dengan pengobatan dan memberikan energi Yang kalau pada akhirnya adik tidak tertolong juga! Anda bilang ia akan sembuh!" seru FeiEr dengan suara agak bergetar, DaHuang berusaha keras menahan tubuh Fei walau ia sendiri tidak bisa menahan airmatanya.

"Tuan muda jangan, tuan muda Hong tidak akan suka melihat Tuan muda memukul orang lemah, jangan tuan muda, ems"

Fei lemas, ia menjatuhkan tubuhnya, airmatanya turun tak terbendung, bagaimana bisa, bagaimana bisa adiknya yang begitu ceria tiba-tiba meninggalkannya, ini tidak benar, ini pasti hanya mimpi, Fei menyongsong tubuh Hong.

"Adik, bangunlah adik, jangan tinggalkan kakak, ini hanya mimpi, adik pasti sedang menggoda kakak khan, sudah saatnya bangun dik, kakak menyerah jangan membuat kakak menunggu lebih lama lagi adik"

BaiHu melirik DaHuang agar membawa Fei menjauh. DaHuang menghapus air matanya dan mendekati Fei yang berlutut di depan Jade.

"Tuan muda ayo bangun tuan"

Tubuh Fei lemas, ia menggenggam tangan Hong dan tak mau melepaskannya, dari arah lubang masuk Goa TangYuan masuk dengan cepat, langsung menyongsong batu dengan berteriak histeris.

"Hong, ini Ibunda, Hong Ibunda menunggu Hong untuk makan kenapa Hong belum datang juga, Hong ayo putra Ibunda yang manja jangan nakal yah"

ErNiang menahan tubuh TangYuan yang menyongsong ke arah Hong dan memeluknya, ia sudah tak lagi memperhatikan penampilannya, menangis siang dan malam tanpa henti, berdelusi melihat Hong di mana-mana, TangYuan hancur, hati dan tubuhnya.

"Hiks Hong-er, jangan tinggalkan Ibunda, Hong bangunlah, Hiks Ibunda janji tidak akan memaksa Hong memakai pakaian perempuan lagi, HongEr huhuhuhuhu" tubuh TangYuan lemas hingga jatuh terduduk sambil memukul dadanya yang sakit, rasa sakit yang tak terbayangkan.

"Huks HongEr!!"

ErNiang berapa kali berusaha menghapus air matanya tapi tidak bisa, ia melihat wajah pucat tuan mudanya di atas batu dan hatinya juga sangat sakit.

"Huks HongEr, jangan tinggalkan Ibunda"

BaiHu mendongakkan kepalanya, tubuhnya kaku sementara semua orang menangisi kepergian Hong yang menurut tabib sudah sangat terlambat mengobatinya, racun mencapai jantungnya lebih cepat dari yang ia duga, anak itu, tidak akan bisa bangun lagi, perlahan tapi pasti jantungnya akan berhenti berdetak.

Tabib Chai menurunkan kepalanya memberi hormat pada BaiHu, wajahnya penuh dengan penyesalan.

"Ampuni hamba Tuan besar, karena terlambat menolong tuan muda, hamba, pantas mati"

BaiHu bergerak mendekati HongEr.

Ia masih tidak percaya, bagaimana anak selincah itu bisa pergi dengan cepat seperti ini, walau sejak kecil racun itu sudah mengintai nyawanya, tapi ia tidak pernah ingin mengakuinya kalau suatu hari putra kecilnya akan benar meninggalkannya.

Diangkat tangannya membelai pipi Hong dengan telapak tangannya yang besar, pipi itu dingin sekali, napas Hong hampir tidak terasa lagi, ia tidur dengan wajah sangat damai, wajah polos Hong yang sangat disayangi semua orang, dada BaiHu sakit, ia tidak menduga sakitnya bisa membuat ia hampir tidak bisa bernapas.

"Hong"

-----------------------