Chereads / Dance Of The Red Peacock.Ind / Chapter 79 - Sedingin Jade Biru

Chapter 79 - Sedingin Jade Biru

---------------

Angin dingin lembah Jie, kediaman yang sepi, tanpa gelak tawa, hari itu harusnya acara ulang tahun Hong yang megah, beberapa dekorasi dan ornamen sudah dinaikkan, lampu lampion berbentuk kepala binatang kesukaan Hong sudah memenuhi taman tengah kediaman besar, tapi angin menghembus dan membuat beberapa lampu yang menyala mati, hanya suara angin yang terdengar.

Lembah Jie harusnya mengadakan acara sangat meriah saat itu, ulang tahun ke tujuh belas HongEr, tapi, Hong hanya berbaring diam di atas batu Jade biru di dalam goa di lembah tanpa sedikitpun bergerak.

Udara yang sangat dingin membentuk lapisan es tipis di dinding goa batu Jade milik keluarga Jie.

FeiEr berdiri diam di tempatnya, tapi ia tidak merasakan dingin sedikitpun, apapun sudah tidak dirasakannya lagi, rasa sakit di dadanya mendesak hingga ke dalam jantungnya, ingin sekali berteriak, ingin sekali menangis tapi airmata itu tidak bisa keluar.

Ia menatap wajah pucat HongEr yang berbaring di depannya di atas batu Jade biru yang dikelilingi es di sekitarnya, sejak racun itu mendesak hingga ke jantungnya HongEr tak bisa bangun lagi, kemungkinan terburuk ia mungkin tidak akan bisa sadar lagi untuk selamanya.

FeiEr menjatuhkan tubuhnya, bertumpu pada lututnya di samping tubuh kaku HongEr, adiknya tersayang mengenakan pakaian paling indah berlapis sutra berwarna merah dan benang emas dengan bordir cantik yang dipilihkan khusus oleh ibunda untuknya, sangat indah hingga pakaiannya terurai menutupi permukaan batu ke bawah, ada bunga berwarna-warna mengelilingi tubuhnya, HongEr sangat menyukainya, wangi bunga itu akan menemani ia tidur.

Hati FeiEr sakit sekali, ia menggenggam jemari HongEr dan berusaha membangunkannya, tapi ia tidak meresponnya, adiknya diam saja tidak bergerak.

"Hong bangun dan lihat kakak, temani kak Fei main yah, HongEr, ems"

Lima hari, sudah lima hari sejak HongEr terbaring koma, napasnya hampir tidak lagi tersisa kadang menghilang kadang muncul.

..tidur di atas Jade biru mungkin bisa memperlambat detak jantungnya sampai mereka menemukan obat penawarnya, tapi di mana? di mana mereka akan menemukan obat itu? Apakah ia benar akan kehilangan HongEr untuk selamanya? Ia tidak bisa, Fei tidak bisa kehilangan HongEr, ini tidak boleh terjadi,

Fei enggan meninggalkan goa dan berjaga siang malam di sana, berusaha membangunkan Hong, tapi ia tidak meresponnya sama sekali.

"Hong, bangunlah Hong, ems, jangan tinggalkan kakak, HongEr"

.............

KaiLe duduk di depan BaiHu, ini hari kelima Hong tak sadarkan diri setelah racun itu mendesak hingga jantungnya, yang anehnya pisau juga mengenai tangan KaiLe tapi ia tidak terkena racun sama sekali, BaiHu tidak bisa menyalahkan KaiLe, tapi kemungkinan yang dibeberkan KaiLe agak mengganggunya, bagaimana anak yang tidak ada hubungannya dengan dunia persilatan apalagi negara Hua bisa menjadi target pembunuh dari negara Hua, dan cerita Kai agak janggal.

"Hong putra kami, ia tidak ada hubungannya sama sekali dengan negara Hua, kenapa kami harus mempercayakan kata-kata anda"

KaiLe menegakkan duduknya, ia juga sangat cemas pada Hong hingga mengutus Tao mencari tabib sakti Huang di daerah Hua, dengan kuda paling cepat dan kuat dari Hua seharusnya kini Tao dan DaHuang sudah dalam perjalanan kembali ke rumah ini.

"Tuan Jie, maafkan saya mengatakan ini, tapi, adik Hong, benar seperti warga Hua, ia memiliki wajah warga Hua, rambut milik keturunan Pendeta sakti Hua, itu, yang mungkin membuat ia bisa menarik belati merak yang menjadi senjata ritual pendeta sakti semasa hidup, walau, itu masih belum pasti karena keturunan pendeta sakti seharusnya sudah tidak ada sejak enam belas tahun lalu"

BaiHu mengangkat kepalanya, mengepalkan tangannya.

"Itu kenapa Hong menjadi target penculikan selama ini? Dan Yang Mulia pangeran Kai sudah mengetahuinya sejak awal dan tidak memberitahukan pada kami sedikitpun? Niat apa yang anda miliki? Hong hanya anak kecil, ia bahkan belum berusia tujuh belas tahun!" Suara BaiHu keras, ia tak bisa menahan diri lagi, kondiri Hong semakin memburuk dan pangeran di depannya ternyata sudah membohongi semua orang selama ini. KaiLe menurunkan kepalanya.

"Maafkan hamba, sebenarnya, hamba juga belum yakin, semua masih menjadi teka-teki, selama ini hamba belum memberitahukan pada semuanya karena banyak pihak yang bersembunyi dalam gelap, ada mata-mata pemberontak yang selalu mengawasi setiap saat, semua sangat berbahaya"

BaiHu memukul meja keras.

"Kurang ajar" tapi ia tidak bisa melakukan apapun, segala obat hingga tabib paling hebat di kota dan ibukota sudah di datangkan oleh Kaisar sendiri dan tidak ada satupun dari mereka yang bisa membangunkan HongEr,

Tak lama setelah HongEr jatuh tak sadarkan diri, BaiHu dan kerajaan mengumumkan ke seluruh pelosok negeri untuk menemukan tabib terbaik guna menyembuhkan HongEr, tapi, para tabib sakti itu hanya bisa menurunkan kepala dan menggeleng di depannya.

"Maafkan kami tuan Jie, tapi, racun yang ada di dalam tubuh tuan muda adalah jenis racun yang langka, hingga saat ini selama belasan tahun hamba menjadi tabib hamba baru mengetahui ada jenis racun ini di Tang"

BaiHu berusaha menahan air matanya, tapi ia tidak bisa, sebagai seorang dari lima pendekar terkenal di JiangHu ia bahkan tidak bisa melakukan apapun untuk menyelamatkan anaknya, ia sudah gagal sebagai pendekar, apalagi sebagai seorang ayahanda.

BaiHu menurunkan kepalanya, menutup matanya berusaha membendung airmatanya.

"HongEr"

Wajah ceria Hong, senyumnya yang indah, tawanya yang ringan, ia yang ceria dan tidak bisa diam berkeliling rumah setiap hari dan menebar senyum di mana-mana.

"Ayahanda, ayo makan ini"

Menawarkan makanan kecil kesukaannya ke semua orang yang ia suka tanpa takut kehabisan, bermain air di kolam belakang walau ia tidak bisa berenang, rumah ini, penuh dengan wajah anak itu, di mana-mana.

"Apa yang harus ayahanda lakukan Hong"

................

ErNiang menurunkan tubuhnya memberi hormat TangYi yang masuk ke kamar TangYuan, wanita itu menangis di atas ranjangnya tak berhenti hingga tabib harus memberinya obat agar lebih tenang.

TangYi menarik napasnya panjang.

"Apa, bibi masih tidak mau makan?"

ErNiang mengangguk, wanita tua itu juga sudah ikut menangis bersama tuan putrinya selama beberapa hari ini hingga mata tuanya agak bengkak.

"Iyah Yang Mulia, tuan putri sama sekali tidak menyentuh makanannya, beberapa kali tuan muda Fei berusaha membujuknya dan Tuan putri hanya akan makan sedikit, beliau terus menangis, ems"

TangYi mengangkat kepalanya berusaha menahan air matanya untuk tidak jatuh juga, setidaknya ia harus berusaha kuat untuk semuanya yang ada di dalam rumah itu, Baginda Kaisar tak bisa menunggu lama di kediaman Jie karena harus kembali ke istana untuk urusan negara, kalau bisa mereka semua tidak akan meninggalkan Hong dalam kondisi seperti ini.

TangYi mendekati kursi dan duduk.

Dadanya juga sangat sakit, tidak terbayangkan bagaimana adik yang sangat disayangi semua orang tiba-tiba jatuh dan tak sadarkan diri hingga sekarang, hatinya sangat sakit hanya dengan memikirkan Hong yang mungkin akan meninggalkan semua orang tiba-tiba.

"Heh HongEr"

..............

Derap kuda cepat melintasi perbatasan WaiYi, kuda besar itu seperti tidak ada hentinya terus berlari lurus menuju ke lembah Jie.

"Hiaaa hiaaa!!" Tao di atas kuda, menyusul dua kuda di belakangnya, ada seorang pria sebaya di tengah dan DaHuang di kuda paling belakang.

"Hiaaa! Hiaaa!"

------------------------