-----------
Di dalam salah satu kamar di dalam bungalow besar di belakang rumah penginapan.
Tao duduk memejamkan matanya tidur denga posisi bersiaga di atas dipan tak jauh di sebrang ranjang di mana KaiLe sudah tertidur, hingga telinganya bergerak, sesuatu menarik perhatiannya.
Sheett!
Sebuah anak panah meluncur tepat melewati samping telinganya dan menancap di tiang belakangnya, hampir mengenai rambutnya, Tao tidak banyak bergerak, anak panah itu mungkin berisi informasi yang sudah ia tunggu cukup lama hingga ia terlihat cukup tenang membuka mata dan menariknya.
KaiLe bangun dari tidurnya, Tao mendekat dan menyerahkan surat kecil terlipat yang disisipkan di ujung anak panah kecil itu.
"Yang Mulia"
KaiLe membaca isi surat itu, setelah selesai memberikannya pada Tao, Tao membelalakkan matanya segera setelah membaca isinya.
"Yang Mulia ini artinya pemberontak mungkin sudah masuk wilayah Tang, kemungkinan mencari Yang Mulia, ini, cukup berbahaya"
KaiLe berpikir hingga dahinya berkerut.
"Mereka mengejar hingga ke sini, berarti kita sudah semakin sekat Tao, siapapun orang itu ia pasti ada di belakang bayangan kita, seakan tahu semua gerakan kita"
Tao terlihat cemas, ia seorang pendekar dengan ilmu beladiri sangat tinggi dan ia tetap cemas, pihak pemberontak dari negara Hua terkenal licik dan penuh tipu muslihat, sisi Hua yang gelap menyimpan banyak hal mistis berbahaya yang tidak akan bisa dilawan oleh ilmu beladiri setinggi apapun, ini di luar kemampuan Tao, tapi itu dulu, kini setelah keturunan Pendeta sakti terakhir sudah putus tidak ada lagi penopang untuk urusan mistis yang cukup kuat di Hua, sebagian hanya pengikut yang kemampuannya tidak begitu tinggi, tapi, tetap saja berbahaya, pikir Tao.
"Yang Mulia, sepertinya kita harus segera bergegas kembali ke Hua, akan lebih banyak petunjuk di sana"
KaiLe menganggukkan kepalanya, masih mengerutkan dahinya dalam berpikir.
"Menurutku juga demikian Tao, tapi, misi kita belum selesai di sini, kita butuh waktu sedikit lagi, seperti apa perkiraan orang-orang itu kalau kita mungkin sudah semakin dekat"
..................
Pagi datang.
Tak mau membuang banyak waktu di jalan rombongan Jie akan segera kembali meneruskan perjalanan kembali ke lembah Jie setelah sarapan selesai, matahari yang bersinar cerah pagi itu seakan ikut mendukung rombongan untuk segera berangkat.
TangYuan sudah selesai dengan urusannya dan menarik tangan Hong ke arah kereta, walau wajah Hong terlihat cemberut.
"Ibunda kita tidak mampir untuk belanja dulu? Masach langsung jalan lagi, Hong ingin mencoba kue sagu yang dijual di tengah kota"
TangYuan tidak melepaskan pegangannya, kusir menurunkan anak tangga dan ErNiang membantu TangYuan naik ke atas kereta.
"Sudah jangan kebanyakan urusan, kita sudah hampir terlambat untuk pulang, acara ulang tahunmu sepuluh hari lagi dan Ibunda belum menyiapkan apapun, pakaianmu belum selesai dijahit, lalu semua makanan harus ditest dulu, aduh Ibunda sibuk sekali Hong"
Hong walau dengan wajah cemberut mengikuti Ibundanya masuk ke dalam kereta.
"Ibunda ini berlebihan, pakai yang tahun lalu juga bisa khan"
TangYuan melengking.
"Wahh mana bisa begitu Hong, Ibunda ini siapa? Putri TangYuan yang paling cantik, memiliki putra paling tampan FeiLong dan HongYuan, tentunya harus pakai pakaian paling bagus di dunia ini, sudah Hong duduk saja yang manis yah Ibunda sudah tidak sabar ingin cepat tiba, aduuh bak mandi dan aroma terapi Ibunda sudah menunggu terlalu lama"
Hong hanya mengerutkan bibirnya, ia menyilangkan dua tangannya duduk di sudut dengan wajah kesal, padahal banyak sekali yang ingin ia beli, untuk kak SanTu, bibi Lu, Kak Liu dan masih banyak lainnya, mereka akan protes kalau Hong keluar dan pulang tanpa membawa hadiah, tapi Hong berpikir, di kereta barang banyak sekali barang milik Ibundanya, mungkin ia bisa mengambil satu atau dua, yah mungkin beberapa lagi, ia rasa akan cukup untuk semuanya, Hong tertawa geli dalam hati.
Menuju perbatasan kota LiuYi, dari perbatasan hingga ke kota selanjutnya berjarak cukup jauh, mungkin sekitar satu hari satu malam perjalanan dengan melewati hutan dan pengunungan, bandit gunung tentunya akan berpikir dua kali jika ingin menyerang rombongan melihat betapa kokohnya pengawalan.
Klop klop klop klop.
Menjelang sore hari dan sangat panas sekali, hari itu matahari seperti tidak ada halangan menyinari dataran hingga panasnya menusuk menembus pakaian, di dalam kereta juga tidak jauh berbeda dengan di luar, Fei beristirahat merebahkan tubuhnya di dalam kereta karena lelah menaiki kuda, Hong duduk di sampingnya sambil terus mengobrol dengan KaiLe yang berjalan di samping kereta.
"Hehe iyah"
Fei sesekali membuka matanya melirik Hong, ia menarik pakaian Hong memintanya beristirahat.
"Adik baringkan tubuhmu"
Hong menepis tangan kakaknya, ia masih marah karena Fei membentaknya tadi waktu ia ingin keluar dan menaiki kuda, Fei lelah, tentu saja ia tidak sengaja berbicara dengan nada tinggi tapi ia tidak mungkin membentak adiknya tersayang.
"Hong"
Tak lama rombongan berhenti di dataran lapang penuh dengan pohon rindang untuk beristirahat sejenak, tak jauh di depan setelah melewati lembah sudah dekat dengan gerbang kota WaiYi, kota di mana lembah Jie berada, ini perjalanan yang cukup melelahkan karena mereka tidak berhenti cukup lama di satu tempat.
BaiHu membasuh wajah dan tangannya di dalam baskom air yang dibawakan pengawal untuknya, melirik beberapa anak buahnya yang turun dari kuda dan duduk merebahkan pinggang di bawah pohon menghindar dari panas matahari. Sang mendekat.
"Tuan di depan ada sedikit pohon tumbang, saya sudah meminta beberapa orang membereskannya tapi kita mungkin akan agak sedikit terlambat meneruskan perjalanan, langit mulai gelap bisa jadi kita tiba di depan gerbang WaiYi menjelang tengah malam"
BaiHu membasuh wajah dan tangannya dengan selembar kain bersih yang diberikan oleh pengawal.
"Yah tidak masalah Sang, lagipula semua terlihat lelah biarkan semua beristiharat dulu" BaiHu melirik ke arah KaiLe dan Tao yang duduk di samping kudanya di satu pohon dekat bukit.
"Yang Mulia pangeran Kai sepertinya masih belum meneruskan perjalanannya ke Hua'
Sang ikut melirik.
"Menurut pangeran Kai beliau masih ada urusan di Tang, dan kebetulan tempatnya di kota WaiYi, hal bagus pangeran Kai ikut dengan rombongan, pengawalnya Tao sangat ahli beladiri hingga tak ada bandit yang mungkin berani mendekat sejauh ini perjalanan kita sangat lancar"
BaiHu mengangguk, melihat Tao yang berdiri di samping KaiLe dengan posisi siaga.
"Yah kau benar Sang, Tao itu sangat hebat, kadang aku sempat terpikir kalau ia sengaja mengalah di pertandingan final dan puas dengan juara ke dua saja padahal ia belum mengeluarkan kemampuan terbaiknya, para petarung dari Hua selalu penuh perhitungan dan mantap ia pasti memiliki alasan tersendiri untuk itu"
................
Langit perlahan redup, menjelang gelap.
KaiLe tengah menikmati rotinya saat Tao menoleh ke depan wajahnya, dan melirik tak jauh di belakang mereka di pinggir kali, seperti ada orang yang menunggu mereka.
"Yang Mulia" bisik Tao agar tidak menimbulkan kecurigaan bagi yang lain.
KaiLe melihat sosok berpakaian hitam yang tak lain adalah informan mereka, setelah melihat sekitarnya di mana rombongan masih istirahat Kai dan Tao turun menuju ke pinggir sungai agak jauh di bawah.
Hong baru turun dari keretanya.
"Hong jangan jauh-jauh!" seru TangYuan, di dalam kereta BaiHu sudah mencoba beristirahat sebentar.
"Iyah Ibunda" jawab Hong, ia mengerutkan dahinya melihat Kai dan Tao yang menuruni bukit, padahal ia hendak mendekati mereka untuk bermain tadi.
"Kak Kai mau kemana?" tanpa pikir panjang Hong bergerak mengikuti mereka.
-----------------------------