--------------
TangYi duduk di kursinya, siang itu ia menjamu Fei dan Hong makan semua makanan lezat yang disajikan koki istana khusus untuk mereka.
Para pelayan masih terus datang membawa makanan enak yang membuat mata Hong membelalak kian lebar.
"Waah ini enak sekali kak"
TangYi menarik tangan Hong duduk di sampingnya.
"Ayo dik ini semua khusus dimasak untuk adik Fei dan adik Hong, bahannya dari SuiAn dan juga ada yang dari luar, masih segar semua"
Fei duduk di tempat yang sudah disediakan, melihat satu persatu makanan yang asing tapi terlihat enak itu, ia bahkan baru akan mengangkat sumpitnya saat Hong sudah memasukkan makanan menyerupai potongan daging ayam yang direndam dalam kuah berwarna kuning kemerahan.
"Emm enak kak" Hong bicara dengan mulut penuh, TangYi mengambil serbet dan membersihkan pinggir bibir Hong yang tersisa sedikit kuah.
"Adik Hong ini makan yang benar lihat berantakan begitu"
Hong tertawa ceria, walau sesakit apapun ia sebelumnya tapi melihat banyak makanan semua rasa tidak enak badannya bisa dalam sekejab menghilang.
"Ini juga enak kak"
"Iyah makan pelan-pelan"
Fei tersenyum melihat tingkah laku Hong, adiknya itu sudah banyak melalui hal yang sulit dan berbahaya, hampir kehilangan nyawanya berapa kali, tapi itu tidak pernah membuat senyum dan cahaya di wajahnya meredup sedikitpun, adiknya adalah matahari hangat yang bersinar di musim dingin, angin sejuk yang berhembus di musim panas, bulan kemerahan yang menyinari malam hari di musim gugur, ia, adalah segalanya.
Fei teringat apa yang ditanyakan Ayahandanya kemarin saat Hong masih belum sadarkan diri.
BaiHu duduk di pinggir ranjang Fei di mana FeiEr duduk menyandar, luka di sekujur tubuhnya membuat ia lelah dan tertidur sejak kemarin.
"Apa yang sudah terjadi di dalam hutan Fei? Kenapa kalian bisa meloloskan diri dari Buaya dari Utara tanpa terluka parah? Ayahanda sangat bersyukur akan hal itu melebihi apapun, tapi, Buaya dari Utara terkenal tidak akan melepaskan buruan yang sudah digigitnya, apa, ada sesuatu, yang terjadi pada Hong?" Tanya BaiHu.
Fei mengerutkan dahinya, kenapa Ayahandanya tiba-tiba bertanya seperti itu?
"Maksud Ayahanda?"
BaiHu merubah posisi duduknya.
"Hong, kehilangan tenaganya, ia kelelahan dan napasnya hampir tak bersisa"
"Adik kelelahan Ayahanda, ia terluka dan masih mencari makanan untuk FeiEr, he, adik sangat gigih, ia bahkan tidak peduli kalau kakinya sakit hingga memaksakan dirinya, semua salah FeiEr, harusnya FeiEr berlatih lebih giat agar bisa melindungi Hong, tapi, Fei payah, bahkan tidak bisa melakukan apapun sampai orang itu mau membawa Hong pergi, hingga.." Fei menghentikan ucapannya, tersadar akan sesuatu, ia melihat Ayahandanya lama.
"Eh, ada sesuatu Ayahanda, saat orang itu hendak membawa Hong pergi dan Fei tak bisa mengalahkannya sebelum Fei pingsan FeiEr masih sempat melihat mata adik Hong, matanya berwarna merah terang, dan, tiba-tiba, udara hangat entah dari mana membuat sekitarnya terbang, termasuk juga FeiEr"
Suara dari luar ruangan membuyarkan lamunan FeiEr.
"Yang Mulia Tuan putri dan Yang Mulia Putra Mahkota dari Hua tiba!"
TangYi menoleh, dari pintu TangWen masuk bersama seseorang di belakangnya.
Putri itu memberi hormat saat tiba di depan TangYi.
"Salam hormat kak Yi, TangWen meminta ijin bergabung"
TangYi tersenyum, ia melirik seseorang yang ada di samping TangWen.
Fei dan Hong melirik TangYi, seorang di samping TangWen, yang disebut oleh pengawal sebagai Putra Mahkota, Iyah, itu adalah Putra Mahkota terhormat dan juga tunangan Putri TangWen dari negeri Hua, Putra Mahkota YangLe.
"Pangeran Yang, anda datang" sambut TangYi, putra mahkota dari negara Hua, sesuai dengan predikatnya sebagai calon pemimpin selanjutnya negara Hua yang agung, ia memiliki tubuh yang tinggi sejajar dengan TangYi, melebihi seratus sembilan puluh sentimeter dengan tubuh tegap berisi proposional dengan tingginya.
Rahang yang tegas, bentuk mata yang panjang agak besar, alis hitam kecoklatan tebal, hidung mancung, bibir yang tebal berisi, rambut panjang coklat ikal dengan ornamen sejenis burung kuno di cepol bermahkota emasnya, tusuk rambut dengan untaian emas hingga rambut bagian belakangnya, pakaiannya sangat indah, berwarna coklat kombinasi emas dengan lambang kerajaan Hua di bagian depannya, bordiran detail dengan benang emas, Hong mengamati semua itu hingga tanpa sadar ia sudah melihat terlalu lama dan terpaku, pangeran itu seperti menyadarinya dan melempar senyumnya yang sangat manis pada HongEr.
"Waah bagusnya"
"Sungguh suatu kehormatan hamba bisa datang berkunjung di saat yang tepat, Putra Mahkota, sedang ada tamu?" Suara Putra Mahkota Yang lembut, walau berat seperti suara pria maskulin lainnya tapi nadanya cukup enak didengar.
TangYi menarik Hong yang duduk di sampingnya berdiri mendekat, Fei juga ikut mendekat.
"Ini sepupuku, FeiEr, dan HongEr"
Fei memberi hormat pada YangLe,
"Salam hormat YangLe WangZe"
***WangZe, Putra Mahkota.
YangLe membalas hormat.
"Tuan muda Jie, sepertinya hamba selalu mendengar nama baik Anda akhir-akhir ini, sungguh kehormatan bisa bertemu dengan Anda di sini"
FeiEr menundukkan kepalanya.
"He sungguh hamba tak pantas mendapat perhatian Anda"
YangLe tertawa kecil, ia menoleh pada Hong selanjutnya, pemuda itu hanya melihat YangLe sambil beberapa kali melirik pada TangYi dan FeiEr, bertanya apa yang harus itu lakukan.
"Eh ini"
"Ini HongEr"
YangLe lama melihat wajah kikuk dan menggemaskan HongEr, pemuda itu menundukkan kepalanya memberi hormat, namun ia lalu melihat YangLe dengan mata besar.
"Yang Mulia Pangeran Yang dari Hua? Berarti pangeran KaiLe juga datang yah?" Seru Hong, mendengar itu YangLe agak gagap, ia tadinya berpikir Hong anak yang pemalu dengan wajah lembut, tapi suaranya cukup keras dan mengejutkannya, Fei menarik tangan Hong.
"Adik jangan tidak sopan"
"Bukan begitu kak, terakhir bertemu kita tidak sempat berpamitan pada Pangeran Kai, ia pasti akan marah lagi kalau bertemu Hong lain kali, Pangeran Kai itu begitu baik kak, Hong sudah diberikan hadiah berapa kali sedangkan Hong belum memberinya hadiah satupun"
Fei menarik rambut di samping telinga Hong "aww sakit kak" rintih Hong.
"Kau berisik sekali"
-------------------