Chereads / Dance Of The Red Peacock.Ind / Chapter 11 - Pengelana Baru JiangHu

Chapter 11 - Pengelana Baru JiangHu

....

"Hatchiee! Hatchiee!"

HongEr bersin beberapa kali, apa ada yang menyebut namanya berulang-ulang?

FeiEr mendekati ranjang, rombongan tiba di penginapan dan memutuskan menginap selama satu malam sebelum melanjutkan perjalanan esok pagi, ia dan HongEr satu kamar demi keamanan HongEr.

"Kau kenapa dik? Masuk angin?" Tanya FeiEr meraba kening HongEr, HongEr menggeleng, ia hanya bersin beberapa kali mungkin karena debu di kamar itu, tidak seperti kamarnya di bungalow Merak yang sangat bersih dan wangi, entah apa ia bisa tidur di sana malam ini.

"Kak, apa perjalanannya masih jauh yah? Rumah kakek Chang pasti lebih nyaman dari ini khan?"

FeiEr menarik bibirnya, ia tidak aneh kalau tuan muda di depannya tidak menyukai dunia luar, ia sangat menyukai kebersihan, bahkan ke kamar kecil pun ia sangat jarang karena merasa tidak nyaman. Ia mencubit pipi HongEr gemas.

"Ich kau ini"

"Sakit kak" rintih HongEr meraba pipinya dengan bibir mengembung.

"Siapa yang suruh kau ikut-ikut, sudah enak di rumah kenapa harus ikut keluar juga, sudah sejauh ini kecuali DaHuang datang menjemput kakak tidak berani membiarkan kau kembali"

"Kenapa harus kembali kak? Apa hubungannya dengan kak DaHuang? Oh yah, kak DaHuang bagaimana kabarnya yah?"

--------------------------

Di suatu tempat di antah berantah.

Heeeeee!!!!

Suara ringkih kuda, denting pedang dan golok bertemu satu sama lain, di dalam hutan di antara pohon-pohon yang tumbuh lebat.

Gerakan tubuh yang cepat dan ringan, tidak bisa diikuti dengan mata biasa, dari remang sinar rembulan tampak beberapa pria berpakaian agak lusuh menyerbu seseorang yang tadi duduk di atas kuda.

Namun bukan hal mudah, seseorang di atas kuda yang tak tak adalah DaHuang memberikan perlawanan yang hebat, ia juara nomor satu sayembara beladiri tahunan Phoenix kediaman SangGuan tahun lalu dan memutuskan untuk terus bekerja sebagai pengawal pribadi keluarga Jie walau ia sudah bisa mandiri, dan beladirinya tidak diragukan lagi.

Ia mengibaskan pedangnya dengan gerakan lincah mengangkat satu kaki dan tangan terbuka lebar hingga ke belakang, seolah tubuhnya begitu ringan berbaur di atas angin hingga dalam beberapa gerakan berhasil menjatuhkan bandit yang kurang lebih sepuluh orang, yang mengepungnya dengan bangga tadi.

DaHuang berdiri dengan mantap di samping kudanya, walau sudah mengalahkan musuhnya tapi pedangnya tetap bersih tanpa noda darah, ia tidak menggunakan bagian tajamnya, hanya melumpuhkan saja.

Ia lelah, bagaimanapun ia sudah berkuda dengan kecepatan tinggi seharian itu dan belum berhenti untuk beristirahat, ia lelah, dan orang-orang itu datang menyerang di saat ia tengah marah besar.

"Heh heh heh pergi dari hadapanku!" Serunya, dengan cepat para bandit itu sekonyong-konyong berusaha berdiri dan berlari pergi, beberapa jatuh karena terlalu cepat namun bangun lagi dengan cepat dan kabur

"Ayo kita pergi!"

DaHuang menghempas tangannya, sudah lama ia tidak berlatih, tinggal di lembah yang begitu indah membuat ia terlalu nyaman hingga kini harus membiasakan diri kembali, walau itu bukan hal sulit, latihan dengan LuWang lebih berat dari ini.

DaHuang memasukkan pedangnya ke sarungnya, mendekati kudanya kembali, ia harus mencari penginapan, atau setidaknya tempat untuk tidur karena ia begitu lelah, tapi baru saja mendekati kudanya.

"Shett!"

Sebuah panah tiba-tiba menancap lengan kanannya "akkh!"

Teriakannya menggema hingga jauh di dalam hutan, di mana hanya ada derap kaki kecil, suara burung dan binatang kecil lainnya di sana.

-----------------------------

LuYan memeriksa kuda mereka. Istirahat semalaman membuat semua orang bangun dengan wajah yang cerah dan energi penuh.

Rombongan tiba di kota LiuYi semalam dan menginap di motel Bunga Anggrek, salah satu motel yang cukup besar dan mewah untuk ukuran kota singgah tersebut.

Banyak pendatang yang singgah jika ingin berangkat ke kota berikutnya membuat kota kecil itu maju dan penduduknya memiliki penghasilan yang cukup bagus, pemilik motel dulunya adalah petani biasa, tapi sejak kota besar seperti Xi'an dan WaiYi menggabungkan diri membuat kota penghubung semacam LiuYi menjadi ramai.

LuYan masuk kembali ke motel setelah memeriksa keretanya sebentar, mereka akan berangkat setelah sarapan tentunya.

Meja makan sudah didominasi rombongan Ekspedisi Jie, FeiEr dan HongEr duduk berdua di meja agak dalam tak jauh dari anak tangga, keduanya juga sudah siap berangkat setelah menyelesaikan sarapan mereka tentunya.

"Percepat makannya Hong kita harus mengejar waktu, kau ingin cepat pulang khan?"

HongEr melihat makanan di depannya dengan tidak bersemangat, walau ia lapar tapi makanan di luar tidak seperti yang ia bayangkan, ia merindukan bubur ayam buatan bibi ErNiangnya, yang khusus untuknya.

HongEr menaruh pipinya di atas kepalan tangannya, merenggut.

"Kak, emm, apa, tidak ada yang lain, makanannya seperti ini, HongEr, tidak bisa makan"

FeiEr mengerutkan dahinya, ia melirik beberapa pelayan yang lewat, mengangkat tangannya meminta salah satunya mendekat.

"Yah tuan muda ada yang bisa dibantu?" Seru semangat anak muda pelayan rumah makan di lantai bawah motel.

"Hong kau mau apa?"

HongEr semangat,

"Yah, apa, ada bubur ayam dengan potongan salada dan cakwe, lalu sedikit daun bawang ..em telur angsa, dan sedikit kecap, bawang putih..."

Pelayan yang berdiri di depan HongEr menggaruk kepalanya, ia rasa sudah ketinggalan permintaan HongEr yang begitu bersemangat, walau ia tahu tapi belum ada yang meminta menu seperti itu sebelumnya,

"Eh tamu, kami, sepertinya tidak menjual makanan seperti itu di sini, apa ada mau yang lain? Mie ayam? Sup ikan?..."

FeiEr menahan tawa, wajah merengut HongEr memang menggemaskan, ia meneguk tehnya, perutnya sudah kenyang dan HongEr belum menyentuh makanannya sejak tadi, paling nanti ia akan berteriak kelaparan kalau tidak makan sekarang, anak itu memang anak rumahan yang selalu mengeluh akan semua hal, siapa suruh dia ikut.

Saat HongEr masih menikmati makanannya dengan wajah terpaksa, dari arah pintu besar masuk beberapa orang dengan pakaian dominan hitam, seorang gadis muda dan pria muda berdiri paling depan.

"Pelayan! Masih ada meja?" Seru anak muda paling depan, ia memakai pakaian berwarna luar hitam dengan dasar kuning, ada emblem giok berwarna abu tua di masing-masing pinggang mereka, wajahnya tampan, memiliki mata yang panjang dan tajam, rahang yang tegas dan kuat terlihat juga dari urat yang menonjol keluar di tangannya saat ia mengeratkan pegangannya pada pedang bergagang panjang dengan sarung mengkilap berwarna kuning tua, ada pita dengan rumbai hitam di ujung gagangnya, pedang yang cantik dan terlihat mewah, bukan partai biasa, pikir LuYan yang mengamati dari tempatnya, ia sudah duduk satu meja dengan FeiEr secepat kilat, bagaimanapun ia harus berada di sisi tuan mudanya di depan orang asing karena tuan mudanya itu masih belum berpengalaman.

LuYan mengangkat gelas tehnya, menghirupnya pelan sambil melirik orang lainnya dalam rombongan kurang lebih enam orang, yang sudah menduduki sebuah meja besar di dekat jendela.

Wanita muda itu terlihat sedikit lebih anggun, walau tak menutup kemungkinan ia mungkin lebih hebat dari pria muda tadi, ia mengenakan pakaian dominasi hitam dengan lapisan tile berwarna perak dan garis merah di lehernya, gaun berwarna merah dan hitam dengan sedikit ornamen bunga MeiHua di sepanjang gaunnya, pedangnya berukuran ramping, seperti yang biasa dibawa anak gadis pada umumnya, tidak terlalu feminin, walau terlihat cukup anggun tapi gadis yang usianya sekitar awal dua puluhan itu terlihat menguasai ilmu beladiri yang cukup tinggi, postur tubuhnya saat duduk menunjukkannya.

LuYan melirik tuan mudanya, kelompok itu mungkin bukan orang biasa tapi itu bukan urusan mereka.

"Tuan muda kuda sudah selesai diberi makan, apa kita akan berangkat sekarang?" Tanya LuYan.

FeiEr melirik HongEr yang masih makan.

"Nih anak, belum selesai makan sejak tadi, HongEr apa mau dibungkus saja untuk bekal di jalan? Oh yah Kak Yan, kita sudah pesan bungkus untuk di jalan khan?" FeiEr mengingatkan.

LuYan mengangguk.

"Yah tentu tuan, semua sudah siap di kereta, kurasa perjalanan kali ini ke kota berikutnya juga tidak akan lama, tak lebih dari dua hari kita akan tiba di Xi'an"

FeiEr berdiri dari duduknya.

"Baiklah lebih baik kita segera jalan, ini sudah cukup siang jangan buang waktu di sini" ia bergerak keluar kursinya, HongEr yang masih makan mau tidak mau mengikuti kakaknya.

"Kakak!" Diraih paha ayam yang ada di atas piring dan membawanya serta, LuYan menyusul di belakangnya.

"Tuan muda hati-hati!"

HongEr mengejar FeiEr yang sudah menuju ke arah pintu, melewati rombongan tadi, tepat saat HongEr lewat pria muda itu membalikkan kepalanya memanggil pelayan, bagai gerakan lambat, rambut HongEr yang panjang terbang oleh angin dan tak sengaja mengenai wajahnya.

"Akh"

Pria muda itu menoleh, sangat terkejut sesuatu yang begitu lembut mengenai wajahnya tanpa bisa ia hindari, melihat pemuda dengan rambut berwarna merah yang berlari ke arah pintu.

"Kakak tunggu! Kok tinggalkan HongEr sih" seru HongEr.

"Kau ini lama, kita harus segera berangkat ke rumah pak Chang dan menyerahkan kelompok baru ini, lalu bisa segera pulang, kau tahu Ibunda pasti sudah merindukanmu"

Mendengar suara FeiEr yang cukup keras, dua anak muda, pria muda dan gadis muda itu saling melirik, keduanya mengepalkan tangan menggenggam gagang pedang mereka erat.

"Iyah HongEr tahu kak tapi HongEr khan belum selesai makan, kakak ini tidak sabar"

++++++++++