Chereads / think I'm 180 cm tall / Chapter 9 - part 9

Chapter 9 - part 9

"kamu kalau mau berbohong jangan disini. Saya sudah kebal dengan alibi seperti ini. Mana ada seusia kamu sudah tunangan. Lain kali jika mau bermimpi jangan mimpi punya cincin emas tunangan hahah! Murah itu mah " remeh guru bp bernama imas itu.

Rafael sebenarnya sudah tahu akan respon orang didepannya ini. Makanya dia membuka layar handphone dan segera membuat panggilan pada ayahnya. Biar saja walaupun pagi seperti hari senin ini ayah nya sibuk Rafael sungguh tak peduli.

Imas menatap Rafael penasaran akan apa yang akan dilakukan Rafael untuk pembelaan diri. " Cih! lemah sekali kamu nak. Sedikit-dikit panggil orang tua. Tapi tak apalah saya ingin melihat orang tua mana yang mendidik kamu dan teman-teman mu menjadi seburuk ini"

SUDAH SANGAT KETERLALUAN SEKALI PERKATAAN WANITA SOK DIDEPANNYA INI!!!

PLAKK!!!...PLAKKK!!!...PLAK!!!...

Rafael menampar wanita gempal didepannya tiga kali dengan keras bahkan saking kerasnya kepala wanita itu ikut bergerak kekiri dan kanan. Felix dan ayen tertawa keras tentu saja menertawai wanita tak tahu malu didepannya ini.

lihat saja karena sekuat itu tamparan Rafael sampai kaca mata wanita itu miring, sudut bibirnya yang robek membuat darah keluar dari mulut busuk berbisa itu.

Imas menatap tak percaya pada Rafael, ia menolehkan kepala ke sekitar ruangan bp itu. Ruangan ini tak ada siapapun kecuali mereka berempat. imas tak mendapat kan bantuan dari siapapun untuk membalaskan kepada anak tak sopan di depannya.

"KAMU TAK SOPA---

PLAK!!!----

"N-----KAMU MASIH BERAN-----

PLAKKKK----

"jika anda masih berbicara lagi saya tak akan segan menahan diri" dingin Rafael. Lihat saja seberapa susahnya Rafael menahan dirinya untuk tak melakukan hal lebih pada wanita berbisa di depannya. Mukanya sudah merah sepenuhnya. Tangan nya terkepal kuat.

Imas menatap nyalang Rafael. Dadanya dikembangkan maju. Oooh lihat lah tubuh gempal nya seakan diisi angin yang membuatnya semakin terlihat bulat .... uuuh Rafael takuttttt….. "SIAPA KAMU BERANI MELARANG SAY------

"cukup"

Satu kata itu membuat seluruh perhatian jatuh pada seseorang lelaki ber-perawakan gagah nan tinggi diikuti seorang lelaki yang tak kalah tinggi, dua-duanya mengunakan setelan jas rapih.

Siapa? Tentunya yang datang adalah agung ravilian Bersama denga asistennya, romi.

Satu kata yang mampu membuat semua orang bungkam apalagi dengan aura yang begitu kuat namun memikat.

Lihat saja wanita bertubuh gempal itu yang langsung berbenah diri, menyambut kedatang tuan besar nya. Masih dengan dada yang dikembangkan wanita itu berjalan mendempet sikut tangan agung di dadanya.

Cih!, Rafael dan teman-temannya mendecih. Ternyata wanita jelek tak tahu diri ini ingin menggoda dan mencari muka pada agung ravilian.

"pak…saya ingin melaporkan anak ini dan teman-temannya pak!, mereka berani-beraninya menindas saya. Bahkan dia!" imas menunujuk berani rafel tepat muka nya.

"dia berani-berani nya menampar saya hingga bibir saya robek pak!, hukum anak yang hanya menjadi beban negara seperti mereka pak!, huh! Saya tak tahu bagaimana orang tua mereka sebegitu buruknya mendididik mereka, huh tak becus" cerocos imas yang menatap tajam Rafael dan teman-temannya tak lupa satu sudut bibir nya yang tertarik keatas, smirk nya yang begitu terlihat menjijikan didepan semua orang. Imas pikir kali ini ia akan menang dari bocah-bocah ingusan ini.

Agung juga ikut men-smirk. Lalu mendorong keras tubuh wanita tak tahu diri yang berani-berani nya menempelkan dada kotor nya di sikut bersih nya. " anda tak pantas mengatakan itu pada anak dan teman-teman anak saya. Anda mengatakan bahwa orang tua mereka tak mendidik dengan benar?, berarti anda mengatakan saya buruk?."

Imas gelagapan, ia sungguh tak tahu bahwa Rafael itu adalah anak dari tuan besar nya. "ma----maaf tuan… sa—saya benar-benar taktahu bahwa anda orang tua dari Rafael. Say—saya minta maaf pak, benar-benar minta maaf pak"

Agung menatap tajam imas "apa maksud anda sebelumnya anak saya pembohong dan mengatakan secara tersirat bahwa anak saya tak mampu untuk membeli cincin emas asli? Kamu tak tahu? Ravilian tak pernah membeli barang imitasi murah seperti tas dan sepatu anda!"

"kami menjadikan barang-barang original bermerk ini bukan untuk bergaya dan memperlihatkan kekayaan tapi sebagai standar berpakaian. Ini alasannya ravilian tak pernah salah memilih orang. Standar selera kami terlalu tinggi" tambah agung

Mata imas melebar terkejut, bagaimana agung tahu kalau ia mengatakan semua itu tadi dan—dan agung tahu barang-barang nya itu hanya imitasi? " ti—tidak pak. Saya tak mengatakan hal itu pada putra anda dan teman-temannya. Yak-kan nak?" imas menekan akhir kalimatnya dan menatap tajam Rafael dan teman-temannya.

Rafael felix, dan ayen yang mengetahui trik murahan itu hanya memalingkan wajah, tak peduli pada imas yang menatap tajam mereka.

"romi, putar rekaman suara tadi" perintah agung pada asistennya.

Romi memutar alat perekam berbentuk pulpen di saku jas nya.

Tentu saja reka ulang sedari awal hingga akhir terdengar begitu jelas di depannya.

Membuat imas dengan tubuhnya yang bergetar hebat kemudian imas terjatuh merangkak di bawah kaki agung. Meraih kaki agung untuk meminta maaf.

"ma----maaff kan saya pak…hikssss…hiks…jika bapak maaf kan saya. Saya tidak akan melaporkan perbuatan Rafael yang menampar saya tadi ke depan publik. Tuan tahu bukan jika saya menyebarkan hal ini apa dampaknya pada nama ravilian?" dibawah sana imas mensmirk. ide di otaknya ini pasti dapat membantu nya lolos.

Agung menatap remeh wanita tak punya harga diri dibawah kaki nya ini. " silahkan, memang akan ada yang percaya? Anda bukan seseorang yang harus dipercayai khalayak mengingat anda bukan siapa-siapa, hanyalah sebuah sampah busuk. Bahkan sebelum anda menyebarkan berita itu, anda sudah saya depak dari sekolah ini. Saya akan membuat anda tak akan diterima disekolah manapun sebagai guru."

Agung melepaskan cengkraman wanita itu pada kakinya. Imas membatu. Ia sudah salah langkah. Apalagi kata-kata agung yang begitu menunsuk tepat pada hatinya. Agung melangkah menuju meja guru baru itu dan melempar sebuah tas imitasi murahan itu kehadapan wanita yang masih terdiam meratapi nasibnya.

Imas menatap agung lemah. Berusaha mendapatakan rasa kasihan agung.

"salah saya yang tak melihat latar belakang anda yang selalu merendahkan murid-murid sekali pandang. Dan menjilat para siswa-siswi dengan latar tinggi juga kaya. Bahkan anda juga melakukan hal ini di sekolah-sekolah sebelumnya. Mau jadi apa negara ini?" agung membalikan kata-kata imas paada anaknya.

Imas memberontak kasar dari gusuran dua orang satpam sekolah yang menggusurnya tak manusiawi. Bahkan ia tak diberikan kesempatan untuk bangun. Yaa, ia digusur langsung dari lantai.

Agung sebelumnya sudah menyuruh romi untuk mencari informasi tentang keluarga imas. Dan ternyata suami imas itu seorang koruptor yang sudah lama mendekam di jeruji besi.

Dan memiliki seorang anak lelaki dewasa pengangguran yang hobinya hanya bermain wanita di club yang tak jauh dari sekolah nya ini. Bahkan ternyata anak wanita itu adalah seorang pelaku tabrak lari yang membuat korban nya meninggal.

Lihat saja Agung benar-benar akan memberikan bantuan yang pantas pada wanita dan anak nya itu.

Agung bukan menghukum atau membalas mereka bukan. Sebab tuhan lah yang pantas memberikan hukuman pada umat nya yang melanggar ketetapannya.

Agung hanya membantu saja.

Loh----lohhhh. Tar-tar kok genrenya jadi drama gini ya? Tapi sebenernya enggak kok ini emang real kejadian sama Rafael. gue juga awalnya kurang percaya pas Rafael cerita tapi pas Rafael ngasih bukti rekaman suara gue langsung percaya.

Ada satu yang bikin gue bad mood. Kenapa? Kenapa pas kejadian itu gue gak di tkp. Kan gue bisa manas-manasin. Ingin rasanya lami menjambak rontok rambut wanita berbisa itu. Mungkin ia akan menemukan banyaknya ular-ular kecil di tiap helai rabut imas bak medusa?

Rame kan nanti jadinya. Soalnya dia bosen di kelas. Memang jamkos sihh, tapi gak ada kegiatan apa-apa yang bikin mood dia naik.