Chereads / PELACUR BERTEMU TUHAN / Chapter 3 - INDAH MU BUKAN INDAH KU

Chapter 3 - INDAH MU BUKAN INDAH KU

Belum lekang dari ingatan hari itu, Rayya dan Ryan berjalan menyusuri pantai Pagatan berdua, berkejaran, berlarian saling melempar tawa. Ryan begitu mencintai Rayya, Rayya demikian memuji Ryan. Dimana ada kebahagiaan yang lebih dari itu. Kebahagiaan ketika istri mengagumi suami dan suami memuji istri. Tidak ada yang lebih membahagiakan dibanding hal itu. Itulah hidup mereka. Rayya Ryan dan Ryan Rayya.

Rayya menemukan Ryan dalam keperawanan hatinya dan Ryan mendapatkan Rayya dalam kesucian hati juga tubuhnya. Terus merawat cinta adalah hal yang terus diupayakan oleh mereka.

Tak ada kebohongan kecuali demi keinginan menentramkan, tak ada keinginan untuk menghancurkan karena kehancuran Ryan adalah petaka bagi Rayya dan kesedihan Rayya adalah kekalahan bagi hidup Ryan.

Setiap saat hanya aroma wangi tubuh yang ada, kepandaian merawat diri juga kebaikan tutur kata adalah hal terpenting bagi seorang Rayya demi menyenangkan hati suaminya. Semangat Rayya untuk menjadi wanita terbaik bagi Ryan adalah kekuatan terbesar dalam membangun cinta mereka.

Dan hari itu, hari dimana Ryan tidak sibuk sedang istrinya sedang bertamasya bersama teman – teman arisannya yang kebanyakan adalah seorang pejabat. Mereka bertamasya ke Malang Jawa Timur selama tujuh hari.

Kesempatan itu tidak di sia – siakan oleh Ryan untuk mempererat kebersamaannya dengan Rayya,istri barunya.

Ryan sudah merencanakan berlibur di Putri Duyung cottage, yang terletak di pinggir Pantai Pagatan., jauh sebelum istrinya, Safitri benar - benar pergi. Mengapa harus pantai yang dipilihnya, jawabannya adalah karena Rayya suka dengan pantai. Bagi Ryan memberikan apa-apa yang di sukai pasangan adalah hal terus Ryan usahakan.

Ryan memilih mengendarai travel menuju Pantai Pagatan, Freed putih juga Honda Accord miliknya diletakkan begitu saja dirumahnya karena ia tidak ingin dianggap berpergian jauh oleh istrinya. Hal itu akan membuat pertanyaan besar dan menyita banyak waktunya menjawab setiap pertanyaan yang diajukan. Ryan sangat membenci hal itu.

Ya.. Ryan, juga laki-laki diluar sana benci dengan pertanyaan yang banyak, interogasi berkepanjangan bagi mereka sangat memuakkan.

Seperti apapun nakalnya mereka, sebejat apapun mereka, mereka sangat benci pertanyaan, terlebih pertanyaan yang kesannya menggurui.

Meski banyak dari mereka bila dihadapkan pada hal yang sama dilakukan perempuannya, maka serta merta mereka akan menjadi jago interogasi. Inilah faktanya.

Sepanjang perjalanan tak henti – hentinya mereka bercerita tentang banyak hal, Sesekali Rayya bergelanyut manja dilengan kekar Ryan, suaminya. Sesekali pula Ryan mengusap lembut kepala Rayya. Mereka luar biasa bahagia.

Ini perjalanan pertama setelah enam bulan pernikahan mereka. Juga "kado" special atas kabar kehamilan Rayya.

Sesampainya di cottage asri ini Ryan memilih kamar terpisah dari kamar yang lain, ia memilih kamar yang dekat dengan pantai,hingga saat tengah malam nanti mereka berharap bisa mendengar desir pantai dari kamar yang mereka sewa. Pasti akan sangat romantis melewati detik-detik itu.

Tepat pukul 19.00 WITA mereka berdua memasuki kamar 208.

Ryan menghempaskan tubuh sekedarnya di ranjang putih kamar hotel ini.

" Ray, kekamar mandi dulu ya sayang, " Suara Rayya setengah mendesah sambil menghujani kerling nakal untuk suaminya.

" Nggih, " ucap Ryan lirih.

Sekeluar dari kamar mandi Rayya telah siap dengan baju tidur berbahan satin tipis berwarna biru muda. Gaun ini sengaja di beli Rayya untuk acara hari ini.Ya..Ryan telah menghujaninya banyak uang lalu tak ada yang lebih pantas dilakukan selain menggunakan uang itu untuk membahagiakan suaminya.

Baginya Ryan adalah manusia setengah dewa, tak ada yang dapat menandingi keinginannya untuk tunduk dan pasrah padanya. Pada Ryan suami tercintanya.Setelah kepatuhannya pada Allah, Sang Pencipta.

" Ngelamunin apa, Ray ? " Tanya Ryan tiba – tiba sambil memeluk Rayya dari belakang. Rupanya sedari tadi dirinya telah melamun di depan kaca rias kamar hotel ini sampai tidak memperhatikan Ryan melintas dari ranjang menuju kamar mandi.

" Ray lagi ngelamunin rasa syukur memiliki

suami seperti mas " Jawab Rayya masih manja.

Usai ucapan terakhir Rayya pada suaminya berlanjut pada dekapan, tangan mereka berkejaran meraba titik-titik hangat tubuh masing-masing.

Ray menggeliat ketika hasratnya terlumat, Ryan terkapar dalam lautan cinta yang tidak pernah dirasakannya bahkan dalam lima belas tahun pernikahan dengan istri pertamanya. Gaya bercinta konvensional sudah menjadi menu resmi bagi mereka dan kehadiran Rayya sungguh seperti resep masakan baru yang disajikan dengan cara baru, dan tentunya penuh cita rasa.

Mereka berada di dinding kamar ketika lengan Rayya menempel seperti lengan cicak, dengan segala cinta ia diam saja diperlakukan apapun. Baginya setiap perlakuan Ryan adalah keistimewaan dan keinginan membahagiakan.

Setiap desahan berisi kepasrahan,nafas mereka beradu, gemelatuk gigi mereka menahan kenikmatan. Kepala Rayya menggeleng kesana kemari, sesekali

kembali mendesah membagi rasa nikmat yang tak terkatakan. Pun saat tubuhnya rebah di ranjang cinta.

" Sayang… " desah Rayya panjang, hingga keduanya saling mendekap penuh cinta.

" Terimakasih Ray.. Love u " ucap Ryan pada

istrinya sambil mencium keningnya.

" Love u, too " Jawab Rayya yang masih

terpejam.

Pertarungan mereka senantiasa berakhir dengan kebahagiaan dan membahagiakan, kepuasan dan memuaskan. Selalu begitu, itulah puncak cinta mereka.

Malu - malu angin diluar sana mencoba mengintip mereka, mencoba menyadur nyanyian kecil yang mereka ciptakan berdua namun selalu tak berhasil meski sangat ingin. Semua cemburu menyaksikan kebahagiaan dan kemesraan mereka.

Rayya dan Ryan sangat menjaga rahasia mereka berdua. Tak ada seorang pun yang diijinkan tahu terlebih tentang resep cintanya, karena mereka sama sekali tak ingin membaginya. Resep cintanya akan menjadi prasasti dalam dinasti keluarga kecil milik mereka.

Sepuluh menit usai bercinta Ray bangun mengemasi tubuhnya dengan air hangat, mengucuri tubuhnya dengan sabun cair dan menyudahi sesi mandinya dengan mengguyurkan hand body di kaki dan lengannya. Tak ada yang bisa tercium kecuali harum.

Ray melihat suaminya sedang asyik dengan laptop kecilnya, "pasti membaca berita terbaru di internet" pikirnya. Hobi sekali suaminya membaca berita di internet. Biar tahu kabar dunia, begitu selalu sanggahannya.

" Lagi romantis-romantisnya kok ya sempat sempatnya membuka laptop, mas. " Protes Rayya bergaya merajuk.

" Hmmm..nggak kok sayang, cuma membaca

sebentar saja. " Jawab Ryan.

Sejak pertama kenal hingga sekarang Ryan memang cenderung pendiam meski perhatian – perhatian kecilnya senantiasa muncul. Ryan bukan tipe romantis memang namun perjuangannya untuk membahagiakan istrinya jauh lebih romantis dari hal apapun.

Secangkir teh hangat terhidang untuk Ryan suaminya karena Ryan penikmat Teh bukan kopi. Sambil menghidangkan tehnya mereka terlibat pada perbincangan panjang, sesekali debur ombak masuk di sela-sela percakapan keduanya.

Hal ini yang sudah tidak pernah ada di kehidupan Ryan bersama istrinya di rumah yang lain atau bahkan mungkin tidak pernah ada lagi di kehidupan pasangan-pasangan yang telah menikah bertahun-tahun. Padahal sungguh, berbincang selepas bercinta memiliki daya luar biasa untuk kembali membangkitkan cinta.

Mengungkapkan keinginan,menyampaikan

keraguan bahkan membahasakan penolakan, disinilah tempatnya. Sayang, banyak pasangan yang tidak menggunakan waktu spesial ini sebagai pemecahan masalah hingga waktu ini pun berlalu begitu saja.

Sampai keduanya terlelap dalam bahasa cinta, entah siapa yang memulai tidur lebih dahulu, yang ada tiba – tiba lengan Ryan telah berada dibawah leher Rayya, begitu selalu saat mereka lelap.

Dan di pagi harinya sebelum Rayya membuka mata Ryan sudah terbangun, membersihkan tubuhnya dan memandangi wajah Rayya, menikmati tiap lekuk wajahnya seraya mensyukuri keberadaannya disisinya sebagai sebuah berkah.

" Lho sudah bangun, mas ? "

" Iya sayang, sholat subuh dulu gih, lepas itu tidur lagi ga pa pa ."

" Siap bos, " Jawab Rayya bercanda pada

suaminya.

Usai sholat subuh Ryan memberikan secangkir kecil teh hangat pada istrinya. Rayya meminumnya seteguk sambil melirik suaminya,

" Ada apa Ray ? "

" Ga pa pa, mas. Terimakasih teh nya ya. "

Begitulah selalu, tak ada yang tidak bisa dilakukan bila bahasanya adalah cinta.Tak ada yang tabu bahkan untuk sekedar menyiapkan teh hangat dan sarapan pagi untuk istri tercinta.Tidak selalu harus sebaliknya.

Kedua sejoli ini memilih menikmati pagi di tepian pantai, menyisir pasir pantai dengan kaki-kaki telanjang mereka .

Rayya mengenakan kaos putih dan rok lebar coklat serta kerudung kecil melilit menutupi setengah kepalanya, rambut pirangnya menyembul sebagian diantara kerudungnya, tambahan kaca mata coklat bertengger melindungi mata indahnya. Rayya Nampak begitu ayu, sedap dipandang.

Lelaki mana yang tidak bangga dan bahagia bila berada di dekat wanita cantik jelita. Terlebih bila itu adalah istrinya.

Rayya dan Ryan dua sejoli yang sedang di mabuk cinta, bergelut dalam dimensi rasa dan puncak bahagia luar biasa.