Untuk pertama kali dalam hidupnya yang standar-standar saja, Vrella tidak bisa untuk tidak kaget dan syok. Bertabrakan dengan pimpinan kampus, menumpahkan kopi di jas mahalnya, dibentak-bentak, dan sekarang diminta untuk menikah dengan laki-laki yang dia tahu tetapi tidak dia kenal.
Sudah jatuh, tertimpa tangga pulak, mungkin itu pribahasa yang tepat untuk kodisi Vrella saat ini. Alleo Raningrat, anak laki-laki dari Dekan Fakultas Pendidikan di Universitas Rajawali. Tampan. Pintar. Berkuliah di kampus luar. Bekerja di perusahaan Ayahnya, dan pastinya anak dekan.
Siapa pun yang berada di Fakultas Pendidikan, pasti tahu siapa Alleo, dan dia harus menikahi laki-laki itu? Anthony pasti sudah gila!
Vrella menutup mulutnya yang sempat terbuka setelah berteriak tepat di depan wajah Anthony. Tenggorokannya tercekat.
Vrella bahkan tidak bisa untuk mengeluarkan sepatah kata pun saat ini. 'Anthony pasti sudah gila! Apa dia pikir gue secantik Selena Gomez kali ya.' Vrella tetap memandang Anthony dengan pandangan syok dan kaget.
Berbagai macam pertanyaan sudah banyak berkecamuk di pikirannya. Vrella marah, benci, dan kecewa! Marah dan benci pada laki-laki yang sedang duduk didepannya dengan wajah tanpa dosa, dan kecewa pada dirinya sendiri yang tidak bisa melawan.
"Maksud lo apa?" Vrella tidak bisa untuk tidak menyembunyikan kebenciannya pada laki-laki di depanya. Anthonya mengernyit, dan kesal. Perempuan di depannya mulai lancang.
"Cara lo ngomong, lo tau gue siapa kan?" Anthony merendahkan suaranya. Dia kesal dengan sikap perempuan di depannya.
"Gue gak peduli. Apa yang lo lakuin bukan hanya ngancurin gue yang sekarang, tapi juga di masa depan. GUE TANYA MAU LO APA?!" Vrella berteriak marah.
Air matanya kembali tumpah. Bukan hanya tentang pernikahan, tetapi siapa yang akan dia nikahi juga menjadi masalah. Mau tidak mau Anthony sedikit merasa bersalah dengan Vrella.
"Gue tahu lo pasti sanggup," Anthony menatap iba Vrella. "Gue mau lo nikah sama Alleo, Vrel."
Vrella tetap diam. Dia berusaha mendengarkan sekaligus menata hati dan pikirannya yang sedang kacau. Bagaimana dia memberi tahu orang tuanya nanti?
"Gue mau lo nikah sama Alleo selama 1 tahun. Hanya 1 tahun. Gue minta tolong lo baca surat perjanjian pernikahan yang udah gue buat. Masalah Alleo, dia sudah sepakat sama keputusan gue." Anthony kembali menyodorkan surat perjanjian pernikahan antara Vrella dan Alleo.
Surat Perjanjian Pernikahan
Alleo Raningrat dan Vrella Imanuella Raharjo
1. Pernikahan akan berlangsung selama 1 tahun
2. Pihak pertama dan pihak kedua akan tinggal satu atap
3. Pihak pertama dan pihak kedua BEBAS untuk mengurus hidupnya masing-masing
4. Pihak kedua DILARANG untuk jatuh cinta dengan pihak pertama
5. Pihak pertama akan memenuhi semua kebutuhan pihak kedua
6. Jika pihak kedua melanggar, pihak pertama BEBAS untuk menuntut pihak kedua begitupun sebaliknya
7. Pihak kedua DILARANG menceritakan kejadian sesungguhnya kepada pihak manapun!
Vrella menghembuskan nafas berat. Dia sudah bisa membayangkan apa yang akan terjadi kedepannya. Apa yang akan dia lalui dan akan dia rasakan.
"Surat perjanjian ini dibuat dengan persetujuan pihak pertama, Alleo." WHAT?! Vrella mengernyit bingung.
"Alleo yang buat surat perjanjian ini?"
"Iya, dia yang membuat semuanya di bawah pengawasan gue," Anthony merasakan aura di sekitarnya menghitam. Anthony tahu pasti Vrella tidak akan mungkin terima.
"Gue mau nambahin 1 hal," Vrella berucap dengan tegas. "Dan gue mau itu tertulis juga di surat perjanjian."
"Gue mau, pihak kedua bebas untuk mengambil sikap di depan pihak pertama," Kali ini Anthony yang bingung.
"Maksud lo?"
"Cukup tambahkan, dan gue bakal ikutin mau kalian. Gue cuma minta satu, gak lebih. Puas?" Dalam hati Vrella bertekad untuk tidak tinggal diam. Dia akan berjuang setidaknya untuk dirinya sendiri!
*
Vrella menatap ke arah langit-langit bunkbed nya. Mencoba mengingat kembali semua yang Anthony katakan. Semua teman kamarnya panik melihatnya pulang dengan mata sembab dan bengkak. Vrella hanya diam.
Bahkan Vrella tidak bisa mengatakan apa pun kepada orang tuanya. Air matanya kembali jatuh. Dia tidak bisa membayangkan kejadian-kejadian apa yang akan menantinya di depan.
Satu hal yang dia tahu pasti, apa pun itu bukan hal yang menyenangkan. Menikah dengan laki-laki yang tidak dia kenal, dan tidak tahu bahwa seorang Vrella itu exist di dunia ini, membuatnya cukup gila.
Jimin-ssi! Jimin-ssi! Jimin-ssi!
+62812******** : Temui gue di gedung A lantai 9 besok jam 06.30 pagi
Vrella mengernyit. Bingung. Hanya ada 1 orang yang patut dicurigai dengan bentukan pesan seperti itu. Anthony.
Vrella : Mau apa lagi lo? (read)
Jimin-ssi!
+62812********** : Gue Alleo.
Vrella segera bangkit dari tempat tidurnya dan JEDUG!
"BODAT! Sakit banget!" Ukuran bunkbed nya yang tidak besar dan tidak tinggi mau tidak mau membuat kepalanya mencium langit-langit bunkbed.
'ALLEO RANINGRAT NGE WHATSAPP GUE?!" Jantungnya tidak tenang. Seperti diganggu mbak kunti, Vrella deg-degan. Jantungnya seperti sudah terjun bebas ke usus besarnya!
"Gue jawab atau enggak? ANJER KOK GUE JADI BINGUNG!" Vrella menarik nafas dalam, dan menghembuskannya. Vrella mencoba untuk tenang. "fyuuuuuh~ Oke gak akan gue bales, bangke aja dia, EMANG DIA SIAPE?!"
Vrella kembali mengamati pesan whatsapp dari Alleo. Alleo Raningrat. Sejujurnya, Vrella cukup menyukai Alleo pada awalnya. Alleo itu tinggi, pintar, dan sangat menyayangi orang tuanya.
Pernah suatu kali Vrella melihat Alleo menggenggam tangan mamanya sepanjang acara kampus. Mungkin lebih tepatnya kagum. Vrella sangat kagum saat itu.
Tapi, jika mengingat salah satu penyebab hancurnya masa depan yang Vrella idam-idamkan adalah Alleo, mau tidak mau Vrella kesal setengah mampus!
Jimin-ssi!
+62812******** : Maksud lo apa cuma ngeread doang? Lo bisa gak?
'lah anjer kok dia maksa?' Vrella mengernyit bingung.
Vrella : Terus mau lo gue jawab apa? Emangnya gue punya pilihan? (read)
Vrella menunggu jawaban dari Alleo. Setelah hampir 10 menit dengan keadaan pesannya yang telah diread Alleo, Vrella yakin Alleo tidak akan membalas pesannya.
"Wah, emang bodat tuh orang ya. Gue disuruh bales, giliran gue bales, dianya ngeread doang. AHHHHKKKKK!" Vrella memukul-mukul bantal guling yang dia peluk sedari tadi.
Setidaknya, Vrella punya gambaran kecil seberapa tidak menyenangkan pernikahannya nanti.
*
Vrella memakan sarapannya dengan tidak niat. Vrella melirik jam tangannya, pukul 06.27. Pagi ini dia akan bertemu dengan laki-laki brengsek yang akan jadi suaminya.
Vrella tidak tahu ekspresi apa yang akan diberikan Alleo ketika melihatnya nanti. Mungkin saja kaget, karena Vrella jauh dari bayangan Alleo. Mungkin juga takut, karena melihat Vrella yang gemuk-gemuk gemoy. 'AAAAHHHHKKK!' Vrella berteriak frustasi. Jujur, Vrella belum siap. Dia takut dengan respon Alleo.
Jimin-ssi!
+62812****** : Lo di mana?
Vrella : Di kamar. (read)
+62812****** : Cepetan, gue gak suka orang lelet!
Vrella : Gue gak peduli (read)
+62812****** : Dateng atau hidup lo hancur!
Vrella : Hidup gue udah hancur gara-gara lo (read)
Tidak ada balasan lagi. Vrella membereskan alat makannya, dan berangkat ke tempat yang Alleo minta, gedung A lantai 9.
Vrella menatap laki-laki yang sedang duduk di depannya. Bagi Alleo dan Vrella, kegiatan menatap merupakan kegiatan yang paling tidak menguras energi mereka. Jujur, bagi Vrella sendiri Alleo memang mengagumkan jika dilihat dari dekat.
"Gue bakalan pergi ke rumah lo." Vrella syok. Kaget. Tapi Vrella berusaha tenang. Dia tidak boleh kalah dari Alleo. Tetapi matanya tidak bisa bohong. Semuanya terlihat transparan seperti prinsip kerja Ahok.
"Mau apa lo? Gak cukup ngehancurin hidup gue? Mau lo apain orang tua gue?" Vrella menatap Alleo dengan tatapan menantang. Vrella tidak takut. Tapi sedikit takut.
"Lo udah tanda tangan surat perjanjian, Gue juga. Gue udah terima persyaratan yang lo minta. Gue gak punya banyak waktu, dalam waktu 3 minggu gue pengen kita nikah. Besok kita ketemu orang tua gue." Alleo mengucapkannya dengan lancar. Seolah tanpa beban. Sedangkan Vrella hampir tersedak dibuatnya.
"Maksud lo gue harus ketemu sama Ibu Clara?" Menurut Vrella, menikah dengan Alleo saja sudah menjadi bencana, sekarang dia harus bertemu dengan Clara Raningrat, dekan di fakultasnya. Bencana kedua menantinya.
"Lo dengan jelas dengar semua yang gue bilang. Gue rasa lo gak budeg." Alleo menatapnya dingin. 'Fix gue yakin begitu gue serumah sama nih cowok, dia bakal sama aja kayak temen-temen gue. Ngatain gue budeg mulu."
"Gue bakal atur semuanya. Siang ini lo bakal ketemu sama salah satu temen gue, dia stylist. Gue gak mau lo keliatan semenyedihkan sekarang di depan orang tua gue."
Tanpa Alleo sadari, Vrella sudah jatuh sangat dalam. Vrella kesakitan. Hatinya sakit mendengar kalimat yang baru saja calon suaminya katakan. Dia seperti tidak ada harganya.
*
Vrella memandang pantulan dirinya di depan cermin. Kemeja putih yang digulung dan celana jeans hitam yang dipadu dengan flatshoes berwarna senada. Vrella menghembuskan nafasnya berat. Dia tidak siap. Dia takut. Apa yang Alleo katakan mengenai dirinya, sudah cukup untuk menjadi alasan bahwa dia tidak boleh jatuh cinta pada laki-laki tersebut.
Jimin-ssi!
+62812******** : Gue udah di depan.
Vrella kembali menarik nafas berat, hatinya berdoa supaya semuanya berjalan dengan lancar.
"Kenapa lo pake baju kayak gitu doang? Bukannya gue udah nyuruh lo buat ke temen gue?" Alleo memicingkan matanya. Menilai. Alleo tidak menyukai cara Vrella berpakaian.
"Gue gak butuh saran dari stylist lo itu. Gue bisa sendiri. Gak cukup gue ngikutin mau lo?" suaranya tercekat. Vrella tidak bisa untuk tidak merasa kecewa dan sedih.
"Terserah! Masuk lo." Alleo membanting pintu kemudi. Dia emosi.