Percaya atau tidak abad 21 sekarang ini masih ada sistem tebang pilih. Kenapa harus aku? Bukankah aku masih terlalu muda untuk menerima ini semua. Semua bungkusan dari beberapa kerabat Appa dan Umma sudah tergeletak dengan indahnya di lantai marmer kamarku.
TOK..TOK..TOK..
" Masuklah! " titahku
" Kak Kei, are you okay? " tampak sembulan berambut pendek berwarna coklat dan dengan wajah yang semburat kemerahan menatapku sambil tersenyum manis kepadaku
" Ada apa Dav? "
Ashalina Davira adalah adik keduaku. Dia baru saja datang dari Bandung ke Jakarta.
" Aku sudah menemukan kampus yang bagus untukku dan itu adalah kampusmu " senyumnya penuh kemenangan
" Kau tidak boleh kuliah disana. Di Jakarta masih banyak kampus yang bagus " sergahku
" Kenapa? Hanya kau yang tidak setuju. Kak Lea setuju, aku ini sudah dewasa mana yang terbaik itu yang akan aku pilih "
" Lalu, kenapa dengan wajahmu senyum tidak jelas seperti itu " aku mulai berkacak pinggang dan menatapnya penuh tanya