Brakkk...
Zero melempar wanita tersebut hingga menghantam tanah, lalu menarik pintu hingga pintu tertutup dan terkunci dari luar.
"Tidakkk... Zero buka pintunya"
jerita wanita tersebut, sambil mengebrak pintu.
"Mrs. Cendeline, gunakan senjata yang ada di meja ujung sana. Berusahalah melawan sesuatu yang ada di arena." Jawab Zero datar.
"Zero, please buka pintunya. Aku tak ingin disini, aku...akuu.." ucap Cendeline terbata-bata, disertai tangisannya.
Bukannya menjawab, Zero meninggalkan Cendeline sendiri. Melihat hal itu sinar keputus asaan mewarnai mata hijaunya. Cendeline berusaha tegar dan mengedarkan pandangannya ke sekiling Arena. Ia melihat banyak sekali orang-orang yang melihatnya. Sorakan dan tawa mereka menggelagar.
"ohh yeee, hari ini kita kedatangan tamu cantik." Suara menggelegar tersebut semakin membuat keributan di Arena.
Sorakan semangat dan tepukan tangan menggelegar di Arena. Banyak yang tidak sabar untuk melihat Cendeline tercabik-cabik oleh hewan yang akan di keluarkan oleh pihak Arena.
"yeeee, kalian bisa mulai memasang taruhannya. Pilih siapa yang akan hidup, wanita cantik atau Pluppy". ucap sang pembawa acara.
Mendengar sang pembawa acara mulai memasang taruhan, para penonton mulai mendidih. Mereka mulai memgeluarkan uang sebanyak yang mereka punya. Tentu saja mereka memasang taruhan untuk Pluppy.
Mendengar hal tersebut, wajah Cendeline semakin pucat. Seluruh tubuhnya bergetar dan keringat dingin mengalir di tubuhnya. Ia ketakutan, bibirnya semakin pucat.
" yehhh... Permainan dimulai."
Teriak sang pembawa acara.
Krieeett... suara pintu terbuka. Membuat jantung Cendeline semakin ketakutan. Namun, wajah ketakutan Cendeline bukannya membuat mereka iba melihat wanita cantik itu akan menjadi santapan Pluppy, justru mereka semakin berteriak heboh.
Tak lama kemudian, sosok besar mulai berjalan keluar dari pintu. Dengan Panjang mencapai 20 Meter, kulit yang ditutupi sisik tebal, beserta gigi tajam nya membuat nyali Cendeline semakin ciut.
Roarrrr.... (suara binatang tersebut semakin membuat penonton bersemangat)
"Hei, ambil senjata yang ada di meja, lawan makhluk besar itu". Sorakan penonton menyadarkan Cendeline dari keterpakuannya.
Ia melihat sosok besar tersebut.
" jadi yang dimaksud dengan Pluppy adalah Aligator". Batin Cendeline gugup.
Melihat Cendeline masih duduk dengan tampak takutnya, Aligator atau Pluppy mulai berjalan mendekati Cendeline dengan tatapan laparnya.
Melihat Aligator yang semakin mendekatinya, jantung Cendeline mulai berdegup kencang dan adrenalinnya mulai berpacu. Ia berlari menuju meja tempat senjata diletakkan.
Cendeline melihat senjata yang ada di meja. Tombak, pisau militer, panah dan rantai berduri. Ia sama sekali tidak melihat pistol atau senjata dengan daya tembak besar. Melihat hal itu semakin membuat Cendeline prustasi.
"Tidak.. aku harus berjuang, kalaunpun aku mati, setidaknya aku harus berjuang. Bukan mati sia-sia." Batin Cendeline
Cendeline mengambil tombak dan pisau militer, ketika ia akan berbalik ekor berduri milik Aligator memukulnya. Dan mengehempaskan Cendeline hingga membentur tembok.
"Akhhhh..." Erang Cendeline, lalu ia memuntahkan seteguk darah. Cendeline yakin, tulang rusuknya pasti sudah patah.
"Mommy..." Jerit gadis kecil di atas Arena.
Cendeline hanya menatap nanar putrinya yang tengah menangis.
Aligator semakin mendekati Cendeline, Cendeline berusaha bangkit dan melempar Aligator dengan Tombaknya. Tapi apadaya, tombak tersebut bahkan tak melukai Aligator. Entah karena kulitnya terlalu tebal atau karena Cendeline terlalu lemah untuk melawan.
Cendeline mulai melarikan diri dari kejaran sang Aligator, tapi tuhan berkehendak lain Cendeline terkena hempasan ekornya lagi hingga ia jatuh menghantam tanah.
Rasa sakit mengahantam sekujur tubuhnya, kepalanya mulai berdenyut, pandangannya mulai mengabur, bahkan ketika Aligator mulai menggigitnya ia sudah di ambang batas kesadarannya.
Disela-sela batas kesadarannya ia melihat mata abu-abu dari seorang pria yang sangat ia cintai tengah memandang dirinya dengan datar. Seolah-olah ia tidak ada hubungannya dengan dirinya.
Cendeline tersenyum miris. Lalu pandangannya beralih ke putri tercinta yang tengah meraung agar dilepaskan oleh para bodyguard yang menangisnya.
Sayup-sayup Cendeline mendengar jeritan sang putri tercinta. Cendeline menatap sendu putrinya. "Maafkan Mommy Inda"
bersamaan itu, Cendeline menutup matanya. Tubuhnya sudah terkoyak dimana-mana meninggalkan serpihan daging dan darah yang berceceran.
Hayoooo... Gimana??? 😁😅
Pleasa kasi bintang-bintang
jangan pelit sama bintang.😇
and kasi Comennt yang membangun
NEXT