Seharusnya namjoon tidak tidak datang kesini, seharusnya namjoon mengerti kenapa taehyung tidak mau dijemputnya, seharusnya namjoon tidak keras kepala, maka kenyataan yang begitu menyakitkan tidak akan dia ketahui untuk secepat ini.
"Namjoon hyung?" Namjoon terdiam menatap bergantian taehyung dan lelaki yang namjoon akui tampan disamping taehyung. "Hyung!"
"Ah tae, ini aku bawakan sekotak pizza untuk-" Namjoon dapat melihat satu bungkusan yang sama digenggaman namjoon.
"Hyung itu untuku, tadi kau sudah membelikanaku dua kotak bukan, kenapa sekarang membelinya lagi, biasanya kau sangat cerewet soal konsumsi makanan siap sajiku"
"Tidak, ini untuku sendiri, aku tadi hanya beli untukmu saja sampai melupakan diri sendiri"
"Ish hyung ini, tapi tak apa aku juga punya"
"Ekhem" lelaki disamping taehyung berdehem berniat menarik atensi mereka berdua.
"Ah iya, hyung ini seokjin hyung, dan ini namjoon hyung" taehyung mengenalkan antara namjoon dan lelaki itu bergantian.
"Kim Seokjin" mengulurkan tanganya dengan senyuman tulusnya, namjoon menerima uluran tangan itu dengan semyuman paksanya.
"Kim Namjoon"
"Baiklah, hyung mau masuk dulu kita makan pizza dulu bersama" taehyung menatap bingung dua lelaki yang saling bertatapan sekarang.
"Tentu" seokjin menatap mengejek namjoon didepanya.
Namjoon mendengus "kurasa tidak, aku kesini hanya untuk memastikan kau pulang dengan aman atau tidak, sekarang aku akan pulang saja"
"Ah hyung, seharusnya kau ikut dengan kami kita tanding vidio game, pasti seru"
"Tidak sekarang, aku juga baru pulang kerja ingin cepat-cepat istirahat, kalian nikmatilah malam kalian, aku permisi" namjoon pergi begitu saja tanpa menoleh kebelakang menekan lift kelantai bawah.
Namjoon tersenyum miris, seharusnya rasa ini jangan pernah namjoon hiraukan, taehyung hanya menganggapnya sebagai hyung bukan pria maka dia tidak akan pernah sakit hati untuk taehyung. Namjoon meremat kuat kantung plastik digenggamanya keluar dari lift begitu lift terbuka.
"Permisi" namjoon memanggil perempuan yang baru saja keluar dari mobil yang diparkirkan disamping mobilnya.
"Ya?" Perempuan itu tampak bingung.
"Kau mau pizza, ini aku baru saja membelinya mungkin sekarang masih sedikit hangat, ambilah" namjoon mengarahkan pizza itu keperempuan tadi.
"Maaf-"
"Tenang aku tidak menaruh racun atau semacamnya disini, aku tadi berniat memberikan kepada seseorang tapi sepertinya orang itu tidak membutuhkanya, jadi kumohon terimalah"
Perempuan iti dengan ragu mengambil bungkusan pizza dari tangan namjoon "terima kasih"
Namjoon tersenyum sekilas sebelum masuk kemobilnya.
.
.
.
.
Namjoon memasuki apartemen gelapnya, memasuki kamar dan menjatuhkan tasnya begitu saja disamping ranjang. Tubuhnya bergerak memasuki kamar mandi dengan keadaan jiwa yang terperangkap dalam labirin yang dia ciptakan sendiri.
Air dingin menusuk kulit mengejangkan otot-otot dibelakang kulit itu. Namjoon memilih abai tetap melanjutkan mandinya.
Bunyi ponsel diluar membuatnya cepat-cepat menyelesaikan mandinya.
Begitu didapati sedikit kecewa bahwa hanya panggilan tak terjawab dari atasan tempatnya bekerja. Apa yang namjoon harapkan, taehyung yang menghubunginya, jangan konyol namjoon dia sedang berkencan dengan kekasihnya buat apa dia menghubungimu.
Namjoon mulai mengeluarkan pakaian dari dalam tasnya, piama miliknya yang rencana akan dia tinggal ditempat taehyung.
"Inilah tempatmu yang sesungguhnya"
.
.
.
.
Pagi ini sangat berat bagi namjoon, sekarang dia didepan pintu apartemen milik taehyung menunggu sang pemilik keluar tanpa berniat menekan bel.
Cklek
Pintu terbuka menampilkan sosok pria manis pujaanya "hyung?" Taehyung bingung kenapa pagi-pago sekali hyungnya sudah menungguinya didepan pintu.
"kenapa diam disini tidak langsung masuk saja?"
"Tae bisa kita bicara sebentar?"
"Hm, tentu kurasa atap sangat baik saat pagi-pagi seperti ini, bagaimana?"
Benar kata taehyung atap sangat bagus dipagi hari begitu sejuk.
"Tae, boleh kubertanya?"
"Tentu hyung, sebentar kau sudah sarapan?" Taehyung bertanya sembari merogoh tasnya meletakan apa yang dia dapat dari tas diatas pagar pembatas.
"Cobalah hyung, susu jeruk campuranku ini hangat aku baru saja membuatnya"
Namjoon mengambil botol berisi susu jeruk buatan taehyung. "Aku tidak yakin ini alan berasa enak, tapi aku akan mencobanya, akhirnya bagaimana kita lihat saja nanti"
"Aku tidak mengerti, tapi pasti enak aku sudah mencobanya"
Namjoon mulai meminum satu tegukan
Rasanya tetap pahit
"Bagaimana?"
"Tae, apakah seokjin itu kekasihmu?"
Taehyung agak tersentak namun kemudian bibir kotak itu tersenyum malu dengan warna merah yang mulai menjalari pipi halus sang lelaki manis.
Dan taehyung mengangguk. Namjoon tersenyum miris hatinya berdenyut nyeri.
"Sejak kapan, kenapa tidak pernah cerita?" Namjoon menatap datar pada taehyung.
"Sekitar dua bilan yang lalu aku mulai dekat denganya, dia pemilik restoran seberang jalan depan kampusku"
"Kenapa tidak pernah cerita?"
"Kurasa aku malu hyung untuk membicarakanya saat hubungan kami masih tidak jelas". "Tapi kemarin dia menyatakan cintanya padaku, aku belum sempat bilang padamu hyung, maaf bukan berarti aku mengabaikanmu, aku lupa"
"Tak apa, kuharap dia lelaki yang baik untukmu" namjoon menepuk bahu taehyung pelan.
"Hm. Dia sangat baik"
Namjoon kembali meneguk jus susu jeruk buatan taehyung rasa manis, asam, dan pahit manjadi satu, meninggalkan bekas yang tak kunjung hilang.
Mungkinkah ini saatnya?
"Kamu tau tae" taehyung menoleh kearah namjoon.
"Tau apa?"
"bagiku jus jerukmu selalu pahit begitu aku menelanya"
Taehyung hanya diam mencoba menjelajahi lingkaran dalam mata coklat milik namjoon mencoba mencari jawaban. "Kurasa.. tidak"
"Itu karena kamu terlalu memeras buah jeruknya sampai membuat kulit yang tidak seharusnya ikut terpaksa ikut, ternyata kau juga melakukan hal yang sama terhadapku, terlalu kuat menggenggam dan memerasku membuat perasaan yang tidak seharusnya masuk dalam relasi kita menyelinap tanpa kusadari"
Taehyung tersentak atas pengakuan namjoon "apa maksudmu hyung?"
"Kau tau, perasaan yang tanpa sadar kubuat itu pun berujung pahit sama seperti jus yang kau buat untuku" namjoon hanya menatap kosong kedepan
"Hyung," taehyung benar-benar bingung harus bereaksi bagaimana.
"Dan rasa pahit itu begitu membekas sangat sulit untuk menghilang" namjoon menatap mata taehyung meremas bahu taehyung.
"Kurasa aku jatuh cinta denganmu tae"
"Maaf hyung" taehyung menunduk menghindari tatapan sakit namjoon dan bahunya mulai bergetar.
"Tak apa, tidak perlu menangis, mungkin hanya aku saja yang terlalu menganggap lebih hubungan kita" namjoon membawa taehyung kedalam pelukanya. Taehyung semakin terisak membasahi baju yang namjoon kenakan.
"Jangan menangis, aku tidak pernah mengharapkan apa pun darimu untuk membalas rasa sayang berbeda lebih dari seorang kakak"
"Hyung, maafkan aku" taehyung makin terisak mendengar penuturan namjoon merasa sangat buruk kenapa dia tidak pernah mengerti hyungnya itu.
"Tae, kuharap setelah ini kita akan baik-baik saja. Tapi kurasa akan susah, kuharap kau akan tetap jadi adiku. Tenang saja aku akan mencoba perlahan-lahan menghilangkan perasaan ini, aku baik-baik saja"
"Kurasa kita akan canggung setelahnya, jadi semoga kamu selalu bahagia dengan seokjin kalian sungguh pasangan yang serasi"
"Hyuuuung"
"Tenanglah, aku benar-benar baik-baik saja" namjoon mencoba meyakinkan taehyung.
"Astaga, sudah hampir jam sembilan tae, aku harus segera keagensi, kau mau kuantar kekampus dulu?"
Taehyung hanya menggelang masih menunduk menghindari pandangan namjoon.
"Yasudah, aku akan pergi dulu, berhentilah menangis dan semoga harimu selalu menyenangkan"
"Aku pergi"
Taehyung menatap punggung lebar namjoon yang mulai menjauh, kakaknya sudah hilang karena ulahnya sendiri.
"Hyung"
End