"Oh, dia kakak angkatmu? Bagus. Jadi di mana kesayangan kita?" Tedy bertanya sembari mendudukkan tubuhnya itu pada sofa di flat milik Luci.
Terkadang matanya masih menatap pada Spider yang masih berdiri mematung.
Walaupun Spider sudah tau bahwa hubungan antara Tedy dengan Luci tidak lebih dari hubungan dua orang yang sedang bekerja – dan jangan lupa Luci menganggap Tedy sebagai saudara kandung begitu pun sebaliknya – akan tetapi entah kenapa Spider masih begitu sensitive soal Tedy.
Apalagi jika lelaki berwajah sangat mulus semulus pantat bayi itu mengatakan kata-kata serupa keintiman, misalnya saja kata-kata 'kesayangan kita'.
Itu akan membuat Spider tersulut api cemburu lagi. Karena walau bagaimana pun Spider hanya menginginkan Luci terlihat intim dengannya saja, tidak dengan lelaki lain, tidak juga dengan Tedy.
'Bisa tidak si muka bayi itu tidak membuat orang lain salah paham? Orang-orang akan berpikir dialah kekasih Bee, bukannya aku,' geram Spider di dalam hati.
"Kau dari tadi belum mengelurkannya, Lu. Apa kesayangan kita mengalami kerusakan parah?" Tedy melanjutkan pertanyaannya.
Lelaki itu lalu meraih botol cola yang dia minum tadi. Namun setelah melihat di dalam gelas sudah berada satu gelas penuh cola, lelaki berkaca mata itu pun meletakkan botol cola di tangannya untuk beralih mengambil gelas berisi cola itu. Tedy pun menenggaknya dengan rakus.
'Dasar rendahan! Lelaki macho tidak akan minum dengan gaya seperti itu. Bee harusnya jangan dekat-dekat dengannya, apalagi menggunakan istilah kesayangan dengannya.' Spider membara lagi di dalam hatinya.
Tapi karena tidak ingin menimbulkan kecurigaan kepada Luci, ketua dari The Crown itu pun duduk di samping Tedy.
Sebelumnya Spider sempat meletakkan mantelnya pada gantungan terdekat. Mantel itu begitu mewah sekaligus terlihat sangat suram dan gelap. Tedy yang melihatnya agak merinding sendiri.
"Eh, itu yang ingin kubicarakan padamu, Ted. Kau mau cola lagi?" Luci berusaha merayu Tedy dengan cara memberikan lebih banyak cola kepada lelaki itu.
Tapi bukan Tedy namanya jika tidak bisa mengetahui ada yang salah sedang terjadi di sini.
Tedy adalah seorang lelaki yang mana memiliki kecerdasan IQ (kecerdasan logika) dan EQ (kecerdasan emosional) yang seimbang. Oleh karenanya Tedy itu bisa dibilang multi skill. Lelaki itu bisa melakukan pekerjaan yang rumit dan sulit, tapi juga bisa bersikap begitu hangat kepada orang lain.
Kecerdasan IQ dan EQ milik Tedy sekarang bekerja.
Pada kecerdasan IQ miliknya Tedy sedang menganalisa kejanggalan pada gerak-gerik Luci yang agak canggung dan resah. Belum lagi ketika Luci mulai menawarkan cola kembali. Luci adalah orang yang suka memberikan makanan ekstra jika gadis itu sudah melakukan sebuah kesalahan dan sedang ingin meminta maaf.
Lalu pada kecerdasan EQ miliknya, Tedy merasakan ada emosi yang berbeda dari Luci, yakni emosi takut. Matanya Luci bergerak dengan liar kemana-mana. Lalu yang terpenting adalah alisnya agak turun dan sayu. Itu tandanya ada sesuatu yang sangat membuat Luci sedih.
"Apa yang terjadi, Lu?" tanya Tedy tanpa tedeng aling-aling.
Iris cokelat Tedy kini bersinar begitu cokelat, tapi pupilnya membesar dengan drastis. Itu tandanganya dia tengah mengawasi Luci dengan teliti.
Luci merasa terperangkap. Dari awal gadis itu harusnya tau bahwa Tedy adalah lelaki yang peka. Oleh karenanya kebaikan hati Tedy dan juga sifatnya yang lembut (yang dikarenakan kepekaannya kepada wanita) membuat lelaki itu sangat populer di kalangan wanita pada masa mudanya Tedy.
Tidak hanya pada zaman mudanya saja sih, sekarang saja walau sudah menikah beberapa wanita masih ingin menggaet Tedy agar lelaki itu mau menjadi kekasih mereka. Sungguh tidak tau malu!
"Sebentar. Aku akan mengambilkan sesuatu dulu." Luci pun bangkit untuk menuju ke dalam kamarnya.
Gadis itu ingin mengambil uang yang tadi sudah diberikan oleh Alan kepadanya. Tak lupa Luci menyambar dokumen pengikat yang berada di atas meja di depan kamarnya. Lalu dokumen itu dia simpan di dalam laci meja pada kamarnya.
Luci lantas mengambil tas ransel warna biru hitam yang menggantung pada dinding. Untung Luci sudah menghitung jumlahnya sesaat setelah dia tiba di flat miliknya itu dengan diantar oleh Spider tadi.
Sebelum keluar Luci menarik napas dalam-dalam. Ini kali pertama Luci akan mengecewakan Tedy.
Dan sejujurnya Luci takut jika setelah ini Tedy akan lari menjauh dan tidak mau bekerja sama lagi dengan Luci. Jika begini siapa yang akan membantu Luci? Dan siapa yang akan berada di samping Luci sebagai penyemangat?
Spider tidak cukup kuat untuk menggantikan Tedy. Karena walau bagaimana pun Tedy sudah mengetahui banyak hal tentang Luci, tentang kehidupan gadis itu, tentang kasus pembunuhan yang menyeret nama Luci, dan masih banyak lagi.
"Aku berusaha jujur padamu, Ted. Kuharap kau menghargai kejujuranku dengan tidak marah atau menjauhiku," gumam Luci dengan posisi masih berada di dalam kamar miliknya.
Luci pun menyiapkan dirinya dengan gugup. Kegugupannya dalam mengungkap kejujuran di depan Tedy melebihi kegugupannya ketika menghadiri persidangan tentang kematian Daniel.
Karenaa saat itu di dalam hati Luci sedang merasakan kekalutan dan kesedihan yang lebih besar dari pada sebuah kegugupan.
"Apa itu? Kau menyimpannya di dalam sana? Bukankah itu agak terlalu kecil?" Tedy mengernyitkan keningnya yang mulus ketika melihat Luci sudah keluar dari kamarnya dengan tangan menenteng tas ransel yang sama sekali tidak terlihat menggelembung.
Jika perlengkapan penyamaran itu di simpan di dalam tas ransel maka pasti benda itu akan penuh sesak. Apalagi pada bagian dada dan bokong topeng sintesis itu dibuat begitu besar dan menggelembung oleh Tedy.
"Ini … ini uang, Ted." Luci berdeham canggung dan tidak enak hati. Gadis itu lalu membuka resleting tas ransel yang berada pada tangannya. Wajah Luci begitu dipenuhi dengan kesedihan dan penyesalan.
Tedy masih belum bisa menangkap secara pasti apa yang dimaksud oleh Luci. Tapi yang pasti uang di dalam ransel itu begitu banyak.
Spider saja juga kaget, padahal Spider sudah melihat uang itu saat menurunkan Luci di rumah sakit Medical Sky tadi pagi.
"Apa maksudnya ini?" Tedy masih enggan untuk menyentuh uang dan tas ransel itu apalagi jumlah uangnya yang begitu banyak.
Tedy bukan orang bodoh yang tidak bisa meraba sama sekali apa yang tengah ingin dikatakan oleh Luci.
Tedy sudah memiliki gambaran bahwa sepertinya hasil pekerjaannya seperti topeng sintesis, perhiasan imitasi, tas imitasi, dan sepatu imitasi telah ditukar oleh uang yang berada di dalam tas ransel itu.
Namun karena Tedy adalah seorang lelaki yang selalu berpikir positif dan enggan berburuk sangka oleh karenanya Tedy masih berusaha bersikap tenang. Selain itu Tedy juga lebih menyukai kejelasan, oleh karenanya lelaki itu menanyakan langsung maksud dari uang itu kepada Luci.
Sementara itu sebelum menanggapi atau menjawab pertanyaan Tedy, Luci sudah tidak bisa merasakan napasnya lagi, karena saking gugup dan takut.
Selama ini Tedy adalah lelaki yang selalu membantu Luci. Dan selama itu juga Luci tau bahwa Tedy agak sedikit keras dan ketat mengenai hasil dari pekerjaannya. Tedy tidak suka barang pekerjaannya berpindah pada orang sembarangan.
Luci masih berada pada ambang ketakutan jika ternyata hari ini, momen ini, saat ini adalah kali terakhir Tedy mau berbicara dan bertemu dengan Luci. Jika itu terjadi maka apa yang harus Luci lakukan setelahnya?
"Eh, aku menjual semua kesayangan kita," Luci menjawab dengan nada lirih.
Seketika Tedy membeku dengan mata merah seolah tak percaya. Ada kemelut emosi yang mendesak di dalam mata itu, dan sebentar lagi desakannya akan meledak.
***