Luci tertegun cukup lama. Dia bingung harus berkata apa karena selama ini dia tidak pernah ingat bahwa dia pernah membuat janji dengan Spider.
Apalagi janji itu sangat sulit ditepati yakni Luci tidak akan meninggalkan Spider untuk selamanya.
Di sini disebutkan selamanya, Selamanya itu berarti di seluruh sisa hidup Luci. Selamanya berarti selamanya.
'Astaga, bodohnya aku saat itu. Dasar Luci bodoh!' maki Luci di dalam hatinya sendiri. Tangannya terangkat untuk memukuli kepalanya.
Spider terkikik melihat sikap lucu Luci, sebuah sikap yang ternyata belum Luci rubah sejak dulu.
Spider ingin memeluk Luci, dia ingin mendekap Luci seharian, tapi dia harus bersabar karena ini belum saatnya.
Di saat itu ambulance pun datang, Sirine-nya terdengar hingga ke seluruh penjuru tempat itu.
Beberapa orang terlihat keluar dengan wajah kacau dan tubuh sempoyongan.
Spider pun meraih tubuh Luci dan menariknya untuk menuju ke dalam dekapannya, lalu mantel miliknya Spider tutupkan agar bisa menutupi wajah dan sosok Luci.
"Bawa anak ini!" tegas Spider lalu mulai berjalan.
Luci yang bingung karena semuanya gelap pun akhirnya berseru, "Ada apa? Kenapa kau tutupi aku begini?"
"Kau harus tetap bersembunyi. Orang-orang ini belum saatnya melihat wajahmu. Katakan yang mana mobilmu? Yang hitam butut itu?" tanya Spider yang sedikit melukai hati Luci.
Hanya mobil itu saja yang sanggup ia sewa tadi malam karena uang yang dia miliki dari misi sebelumnya sudah habis demi membayar utang Tante Arum yang berjumlah 50 juta itu.
"Iya, yang itu," datar Luci dengan agak kesal. Lalu Luci merasakan tubuhnya di bawa ke suatu tempat, mungkin menuju mobil sewaaannya tadi.
Ketika sudah masuk ke dalam mobil Luci pun terkejut sebab tadi yang menutupi wajah dan tubuhnya ternyata mantel milik Spider.
"Kenapa kau menutupiku dengan ini? Bagaimana dengan Hans kalau begitu? Di mana dia sekarang?" tuntut Luci mulai agak marah namun juga bingung.
"Ssst!" bisik Spider dengan telunjuk ia tempelkan pada bibir penuh dan mungil milik Luci.
Di saat itu lagi-lagi jantung Spider berdebar. Dia hampir terjatuh di dalam hasratnya sendiri, Spider hampir 'menerkam' untuk menciumi bibir Luci. Namun beruntungnya lelaki itu ,masih bisa mengendalikan diri sendiri.
'Bisa gila aku kalau begini terus,' batin Spider.
"Hei –"
"DIAM!" teriak Spider menyela kata-kata Luci.
Lelaki itu masih mengatur napas demi untuk menahan gejolak di dalam tubuhnya.
Dia tidak ingin mendengar suara Luci untuk beberapa detik, dia tidak ingin menatap pada wajah atau tubuh Luci untuk sementara waktu. Kalau tidak entah apa yang akan dia lakukan nanti.
"Id –"
"Diam atau aku akan melakukan hal tak terduga," sela Spider dengan tangan kini menangkup wajah Luci.
Mata lelaki itu secara bergantian memandangi mata Luci, lalu turun ke hidung Luci, lalu turun ke bibir gadis itu.
Dada Spider semakin berpacu dengan sangat cepat.
Ada bagian pada dirinya yang hampir saja bangun, namun untungnya dia bisa menahannya kuat-kuat.
Kemudian dia memasang sabuk pengamannya dan mulai menyetel mesin untuk kemudian mengendarainya sampai berada pada jarak terdekat dengan ambulance yang membawa Hans.
Di sepanjang perjalanan Luci tidak berkata apa pun. Gadis itu agak gugup sebab Spider membentaknya tadi.
Luci takut jika Spider akan marah dan memukulnya. Padahal apa yang Luci pikirkan salah. Spider justru ingin 'menggarapnya', terutama bibir kemudian tubuhnya yang seksi itu.
"Ehem, kenapa – kenapa kau diam saja?" tanya Spider dengan perasaan masih agak canggung.
Dia juga gugup jika ternyata Luci bisa mendeteksi bahwa Spider hampir 'bangun' tadi. Spider juga khawatir jika setelah Luci tau, Luci justru akan menjauh darinya.
'Tidak, dia sudah berjanji padaku,' batin Spider bersikukuh.
"Tidak apa-apa," lirih Luci. Gadis itu terlalu bingung untuk menjawab. Bisa saja dia hanya sensitive hari ini. bisa saja Spider tidak benar-benar membentakanya tadi.
"Kau tau kan kau sudah berjanji padaku?" imbuh Spider yang kali ini sudah mulai bisa meluruhkan kegugupannya.
"Kau harus menepatinya. Janji itu adalah hutang dan satu-satunya hal yang bisa membayarnya adalah kau harus menepatinya," deham Spider lagi.
"Tapi – tapi apa itu tidak aneh? Maksudku aku masih kecil saat itu," jawab Luci membela diri.
"Tidak, menurutku tidak. Janji itu juga tak lekang oleh waktu," tegas Spider mulai terdengar sedikit mengeraskan suaranya.
"Tapi selamanya itu sangat lama. Selamanya itu –" Luci tidak bisa melanjutkan perkataannya. "Lagi pula suatu saat kau akan hidup dengan keluarga kecilmu."
"Kau keluarga kecilku, hanya kau," sela Spider hampir tak sabaran.
'Aku menginginkamu, Bee,' bisik Spider di dalam hati.
"Bukan, bukan itu. Maksudku kau akan punya anak."
"Aku tau, kita memang akan punya anak," timpal Spider. Matanya masih berfokus pada menyetir tapi terkadang dia melirik pada pada Luci.
Wajah gadis itu terlihat sembab dan lelah, kulitnya yang bersih namun mengkilap itu begitu menggiurkan.
Spider tak tahan jika lama-lama melihatnya.
Alhasil Spider menghentikan mobilnya, lalu lelaki itu memakaikan paksa mantel miliknya tadi.
Setelah semua bagian tubuh gadis itu tertutupi, Spider kembali melajukan mobil itu.
"Apa yang –"
"Diam dan tidurlah!" perintah Spider tanpa memandang Luci sedikit pun.
Luci ingin menuruti lelaki itu tapi dia tidak bisa. Dia masih ingin memastikan ke mana mereka akan pergi.
Lagi pula sekarang Luci harus mengawal Hans yang saat ini berada di dalam ambulance di depannya.
Sejak Hans bisa hilang begitu saja di rumah sakit dan sejak gadis itu mendengar ternyata salah satu orang di Kubu Evil adalah salah satu penyumbang terbesar, Luci tidak bisa istirahat dengan tenang sekarang.
Paling tidak dia harus memastikan bahwa Hans benar-benar akan dibawa ke rumah sakit.
"Kenapa masih belum tidur juga?" tanya Spider, masih belum mau menatap Luci. Lelaki itu hanya melirik sekilas pada Luci yang saat ini duduk dengan tegak di kursi yang berada di sampingnya.
"Tidak apa-apa. Aku belum mengantuk," tipu Luci dengan seribu alasan.
"Matamu bahkan sudah terlihat tenggelam jika saja kau tidak berkedip. Tidurlah, aku tau kau lelah.
"Lagi pula setelah kita sampai di rumah sakit kau harus menjelaskan semuanya padaku tentang bagaimana bisa kau sampai di Kubu Evil.
"Maka dari itu berhubung aku masih memberimu waktu untuk tidur, maka tidurlah sekarang," titah Spider dengan nada bicaranya yang sudah mulai lembut kembali.
Awalanya Luci ingin menolak lagi, namun ternyata rasa kantuknya lebih besar menderanya.
Tanpa sadar dia pun tertidur dengan sendirinya. Jalanan yang bergerak tiba-tiba berubah gelap hingga akhirnya menghilang.
Di dalam tidurnya dia bermimpi bertemu Daniel.
Daniel masih setampan dulu dengan tubuh tinggi dan jangkung yang ia miliki. Wajahnya yang selalu ramah dan penyayang tersenyum pada Luci.
Lalu tiba-tiba dia melihat sebuah celurit datang dari udara.
Celurit itu melesat dan membacok tubuh Daniel bertubi-tubi.
Lalu Luci melihat Daniel menangis sementara Luci tak bsia berbuat apa pun.
***