"Dinda diajak kencan Mama, beli beberapa barang buat ngisi kamar barunya,"
"Malam-malam gini? Kan bisa minta orang buat belikan, apa pesen ama kenalan Papa," kata Nathan lagi. Semenjak mamanya kenal Dinda, jadwal pacaran Nathan terpaksa harus berkurang. Karena mamanya sering membawa Dinda untuk belanja, atau melakukan hal-hal yang bersifat cewek dan itu hanya berdua. Atau kalau tidak, Nathan ikut, dan digunakan sebagai manusia pembawa barang belanjaan mereka.
"Kayak nggak tahu mamamu aja. Udah, sabarlah, mamamu kan cita-citanya pengen anak cewek. Biarin Mama bahagia, ngalah dikit, ya,"
Nathan hanya mendengus, kemudian dia mengabaikan papanya. Sudah sibuk dengan bukunya sampai ia tak melihat, ada satu pesan masuk di sana.
"Nath, maafin Papa, ya,"
"Hm?" kata Nathan, menarik sebelah alisnya dengan malas, menanggapi mimik wajah papanya yang serius.
