Nathan terdiam, sambil duduk di bingkai jendela kamarnya. Melamun, sementara pandangannya menatap langit malam yang penuh bintang. Lagi, dia menghembuskan napas beratnya, pikirannya benar-benar kacau, terlebih ketika memikirkan kejadian tadi.
Seharusnya dulu dia tidak melakukan perjanjian konyol dengan Rendra, hingga akhirnya cewek yang benar-benar ia cintai kini marah besar kepadanya.
"Galau lo, Boy?" tegur Regar, yang baru saja datang ke tempat Nathan.
Ia, dan Benny langsung buru-buru ke sini setelah mendapat telepon dari Rendra tentang apa yang terjadi tadi. Dan kalau masalah seperti ini, yang bisa Regar, dan Benny lakuin hanyalah diam. Habis, mau bagaimana lagi, memang? Toh selama ini, sahabatnya yang bernama Nathan Alfaro tidak pernah yang namanya patah hati. Jadi, melihat Nathan seperti ini, benar-benar membuat Regar, dan Benny bingung.