Sepanjang perjalanan Dinda memeluk Nathan dengan sangat erat. Pasalnya, Nathan mengemudikan motornya dengan ugal-ugalan. Sesekali, Dinda berteriak. Tapi, dia tak berani untuk mencubit, atau memukul Nathan. Karena dia takut, jika nanti apa yang ia lakukan malah membuat konsentrasi menyetir Nathan bubar.
"Naath, jangan kenceng-kenceng!" teriak Dinda untuk sekian kalinya. Nathan tertawa mendengar teriakan Dinda. Membuat ceweknya ketakutan, dan memeluknya semakin erat adalah tujuannya.
"Iya, kenceng. Sekenceng cintaku ke kamu, Din," jawabnya. Dinda mencibir, sebelum keduanya memekik. Karena gerimis mulai turun dari langit. "Berteduh dulu, yuk!" ajaknya, melajukan mobilnya memelan, kemudian menepi pada sebuah toko yang kebetulan tampak tertutup.
Keduanya langsung turun, sambil mengibas-kibas pakaian mereka, kemudian mereka duduk pada kursi kayu panjang, yang ada di depan toko.
