Dinda tampak menelan ludahnya beberapa kali. Sanggupkah dia? Siapkah dia? Kuat mentalkah dia? Itu adalah haln yang selalu membuat Dinda agaknya berdebar-debar. Hingga jemari besar itu menggenggam erat jemari mungilnya, seolah menguatkan. Dinda tampak memandang tangan Nathan yang sudah menggenggam erat tangannya, kemudian dia tersenyum simpul.
Ya, dia sudah sangat siap. Saking siapnya dia bahkan sudah tak sabar untuk bertemu dengan Oma. Dengan langkah pasti keduanya secara bersamaan berjalan mendekati rumah Oma Natalie. Keduanya langsung mengetuk pintu itu dengan semangat.
"Oma ada di rumah nggak ya?" tanya Dinda harap-harap cemas. "Oh iya, aku bawa buah tangan buat Oma," dia langsung mengambil suatu barang di dalam tasnya, sebuah bingkisan berbungkuskan warna krem dan dihiasi pita-pita yang sangat manis.