"Yaudah elo kalau mau keluar silakan. Gue mau nemenin kekasih hati gue dulu," kata Nathan. Markus mengangguk-angguk semangat kemudian dia memandang Nathan dan Dinda secara bergantian.
"Gue minta nomor HP kalian ya?" katanya semangat, Nathan pun mengangguk saja.
Tak lama setelah itu, Nathan duduk di samping Dinda. Dinda tampak mengulum senyum karena sekarang ditemani oleh suaminya.
Suami—istri? Itu adalah sebutan yang agaknya belum cukup membuat keduanya terbiasa. Itu sebabnya Nathan agaknya bingung menyebut Dinda. Istriku, adalah sebutan yang sangat sakral baginya. Apa dia sudah boleh menyebut Dinda dengan sebutan itu?
"Rasanya nggak enak kita nggak bisa sekelas," kata Nathan. Dinda pun mengangguk menjawabi ucapan dari suaminya itu. "Nggak ke kantin?" ajak Nathan lagi, Dinda tampak menggelengkan kepalanya.