Dinda tampak melihat jendela kamarnya, memandang langit biru yang membentang luas di sana. Hatinya terasa belum tenang. Seolah ada rasa janggal yang terus merayapi setiap paru-paru kehidupannya. Dia sama sekali tak menyangka jika di kehidupannya ini, semua yang ada pada dirinya kini mulai berubah. Satu-satunya yang dia sesalkan adalah, ketika dia dibenci oleh seseorang lebih dari apa pun, atas semua pembelaan yang telah ia lakukan. Dia tak menyangka jika perbuatannya yang berniat untuk menolong para sahabatnya berubah menjadi hal yang merugikan banyak orang. Ada orang yang harus dikeluarkan dari perkumpulan basket nasional, dan dicabut beasiswanya. Dinda benar-benar bisa membayangkan bagaimana itu sakitnya. Menjadi orang yang paling jahat sedunia. Tanpa dia sadari, dialah yang menjadi jahat sedunia.