Devan pun agaknya baru paham, kalau Dinda adalah tipikal manusia seperti itu. Saking tak enakannya dia sampai menyakiti dirinya sendiri seperti ini.
Tak lama jemari Dinda mulai bergerak-gerak lemah, membuat Siska dan Devan tampak lega luar biasa. Devan dengan sigap mengambil posisi tidur Dinda untuk lebih nyaman, sementara Siska memberikan minuman untuk putri kecilnya.
"Sayang, kamu baik-baik aja kan? Kamu kenapa? Ada yang sakit selain kakinya?" tanya Siska panik.
Dinda tampak menggeleng lemah, matanya kini memandang pada Devan yang sudah ada di sampingnya.
"Aku nggak apa-apa, Ma. Aku hanya pusing aja tadi," jawabnya.
"Nggak apa-apa apanya, elo pingsan dan luka lo berdarah banyak banget. Kita ke rumah sakit sekarang," ajak Devan. Dinda kembali menggeleng.
"Gue mau tunggu Nathan jemput aja. Gue mau pergi ama dia,"