Semua orang yang ada di sana pun panik. Tapi, mereka tak bisa melakukan apa-apa. Devan seperti menjaga Dinda dengan sangat posesif. Bahkan setelah dia memasukkan Dinda ke ruangan, ruangan itu langsung ditutup rapat-rapat oleh Devan. Menyisakan dia berdua dengan Dinda yang masih tak sadarkan diri.
Pelan, Devan melepaskan heels Dinda kemudian dia tertegun melihat luka yang agaknya kembali terkoyak. Devan tersenyum getir, luka Dinda tidak seremeh yang dia pikirkan. Luka Dinda menganga lebar dan sangat dalam.
Devan tampak bingung, dia bergegas memeriksa beberapa laci yang ada di sana bila mungkin ada sesuatu yang bisa ia gunakan untuk membantu mengobati luka Dinda. Tapi sialnya, tak ada apa pun di sana kecuali tisu.