"Sakit, Ren," eram Dinda. Sambil mencengkeram pundak Rendra dengan kuat. Dan ranting itu tercabut dengan sempurna. Membuat Dinda menjerit kesakitan, darah itu langsung keluar tanpa henti.
Saking bingungnya, Rendra harus berbuat apa. Dia buru-buru merobek bagian depan kausnya. Kemudian dia ikatkan di kaki Dinda agar pendarahan itu agaknya berhenti.
"Sini," kata Rendra, sambil berjongkok di depan Dinda. Dinda agaknya memandang Rendra dengan tatapan bingungnya. "Sini,"
"Apa?" lirih Dinda. Bahkan suaranya tampak parau. Rendra tahu kalau kini Dinda menangis. Karena kesakitan dengan kakinta itu.
"Sini gue gendong."
"Enggak!" tolak mentah-mentah Dinda.