Mendengar hal itu, Dinda tampak mengerutkan alisnya. Ucapan cowok ini benar-benar seperti Nathan dulu. Tapi, bukankah dia dulu adalah seorang ketua BEM. Tapi, bagaimana ada ketua BEM yang modelnya seperti itu.
Dinda pun langsung menggelengkan kepalanya, kemudian dia melangkah pergi. Menarik tangan Nora agar ikut serta dengannya untuk kembali masuk ke lapangan basket. Dia ingin melihat pertandingan timnya sampai selesai, agar dia tahu tim mana yang menang dan yang kalah dengan pasti.
"Din, jangan galak-galak, Din! Lo mau hidup nyaman di sini nggak sih? Kalau ntar lo kuliah di sini, dan Kak Dimas udah jengkel ama elo, bisa-bisa masa OSPEK lo akan berakhir dengan mengerikan. Lo harus tahu situasi, Dinda. Kalau kita di sini tuh tamu," marah Nora kepada Dinda, yang menahan Dinda untuk duduk.