Chereads / one of one / Chapter 12 - Out Of Control

Chapter 12 - Out Of Control

Hampir seluruh warga kota G memenuhi depan kediaman Dan untuk kali terakhir mengantarkan kepergian sang pewaris muda itu. Di dunia yang serba modern seperti sekarang, wanita berusia 28 dan melajang masih dianggap muda, namun sudah menjadi rahasia umum dengan siapa nona muda itu akan menikah.

Sebagian dari mereka memberikan salam perpisahan dan agar nona Dan segera kembali ke kota G seperti leluhurnya sedia kala dan beberapa pesan indah lainnya sebelum akhirnya mobil melaju ke jalan raya menuju ke hanggar.

"Well, kita akan segera pulang."

"Kau bilang Kediaman Dan adalah rumahku."

"Setelah menikah, aku bisa memindahkan semuanya ke kota G."

"You always talking about marriage, when i dont know why i must..?"

"No, you have to marry me and you will, darling."

"Aku yakin, keluarga besar Dan memiliki banyak cucu perempuan yanh bersedia kau nikahi."

"But i don't want another than you, and you know why."

"If you like, you could suck my blood and drink it."

"Yes, i will suck your blood with our children birth. I will make you pregnant again and again."

Dan Na Ra beringsut dan merasa kecil sekaligus ketakutan dengan kalimat Bai Long Jin. Entah berapa banyak pria itu sudah menjamahnya tanpa rasa berdosa, mungkin menghamili Dan Na Ra dalam waktu dekat juga bukan hal yang mustahil.

"Percaya padaku, aku lebih dari mampu melakukannya sekarang... Jadi jangan tantang kesabaranku lagi, jika kau masih ingin tetap perawan sampai malam pertama kita."

Melihat Na Ra yang tetap takut dan menjauh, adalah hiburan tersendiri bagi Long Jin, karena anak kucingnya sudah kembali jinak dan dia mencium Na Ra sampai mobil mencapai hanggar.

-_-

Na Ra tetap saja bingung, karena tadi seharusnya pesawat bertolak ke kota M dimana selama ini dia "ditawan" dalam apartemen Bai Long Jin. Namun saat dalam pesawat tiba-tiba ponsel pria itu berbunyi dan pesawat pun bertolak ke kota S. Sekarang dia sedang berada di ruanh baca ditemani dengan kudapan dan teh bunga chrysant. Sambil terus mengeksplorasi ruang baca tersebut, tanpa dia sadari seorang pria yang cukup tua pun menyapanya.

"Perkenalkan, aku Bai Long Ying, ayah Jin. Kita bertemu di Kediaman Dan beberapa hari silam."

"Ya, saya ingat."

"Ada yang ingin kubicarakan denganmu."

"Tentu, mari kita duduk."

"Tentu."

Setelah keduanya duduk, pria itu justru meletakkan tangannya di kepala Na Ra dan menelusuri rambutnya hingga ke ujung.

"Tekstur rambutmu, mirip dengan Nenek Buyutmu."

"Maaf saya belum pernah bertemu dengan beliau. Darimana Anda tahu?"

"Kau pasti sudah menerima banyak informasi dari Jin, dan semuanya adalah benar."

"Bagaimana Anda yakin?"

"Dia sudah menjadi kepala Keluarga Bai sejak tiga tahun lalu, maka sudah menjadi kewajibannya untuk mengatakan kebenaran sekalipun pahit. Dan seluruh tindak-tanduknya juga dibawah pengawasan Komunitas."

"Apakah komunitas juga tahu bahwa Jin..."

"Ada apa dengan Jin?"

"Maaf. Tidak apa."

"Aku bisa lihat kau cukup bijak dan baik dalam mempertimbangkan kalimatmu."

"Jadi, apa yang ingin anda sampaikan?"

"Tanggal Pernikahan kalian sudah ditentukan. Peramal sudah memperhitungkan tanggal kelahiran kalian juga. Dan sampai tanggal itu, kau akan tinggal di Kediaman Pamanmu, di kota B. Apakah kau bisa terima itu?"

"Pernikahannya atau kediaman Paman?"

"Aku rasa kau sudah paham dan setuju. Jika kau ingin tahu alasan dibalik pernikahan kalian, maka.."

"Dia sudah cerita semua."

"Bagus.. kupikir dia menolak memberitahu mu."

"But, why me..?" pria itu pun menoleh ke arah pintu utama ruang baca dan Na Ra terkejut karena Long Jin sudah berdiri disana entah berapa lama. Semuanya terdiam tatkala Long Jin mendekati area duduk,"Well Paman akan meninggalkan kalian berdua."

*

Na Ra menghabiskan makan siangnya dengan perasaan campur aduk. Hampir selama makan siang berjalan, tatapan mata saudari sepupunya tertuju padanya. Apalagi Long Jin seolah tidak membiarkan Na Ra sendirian, sekalipun banyak orang yang memandangi tingkah laku mereka.

Sampailah dimana Na Ra akhirnya berpamitan dengan ayah Long Jin, namun karena suatu hal pria itu tidak mengantarkan Na Ra hingga ke dalam mobil.

"Just once.. kumohon menolehlah." ucap Long Jin dari balik tirai di lantai dua kediamannya. Saat pintu mobil terbuka dan Na Ra akan masuk, tanpa sadar ia pun menoleh ke arah kediaman Bai seolah mencari sosok Long Jin yang hilang ditelan kekecewaan.

Melihat itu, Long Jin pun langsung menelepon dengan menggunakan jaringan intercom,"tahan mobil itu di gerbang." Maka sesegera mungkin ia pun berlari menuju kamar pribadinya, mengeluarkan sebuah kotak berisikan ponsel dan langsung menyambarnya. Maka dengan kecepatan lari yang biasa ia lakukan di pagi hari, ia pun mengejar mobil yang ditumpangi oleh keluarga Dan. Sekalipun ia tahu, mobil tersebut tidak akan keluar tanpa seijin Long Jin.

Bibi Na Ra pun mulai mengoceh karena perjalanan terhenti hingga akhirnya sosok Long Jin pun mendekati kaca jendela mobil, dimana Na Ra duduk. Kaca mobil pun diturunkan dan Na Ra bisa dengan mudah melihat Long Jin tengah mengatur nafasnya yang tidak teratur.

"Ada apa?" tanya Na Ra.

"Untukmu. Jangan hilang." Hanya itu yang Long Jin katakan sembari menyerahkan smart phone dengan layar sentuh berukuran 6inch berwarna hijau tosca.

"Ada.. lagikah?" tanya Na Ra dengan hati-hati, mengingat pria itu mudah tersinggung. Tanpa aba-aba seperti biasa, Long Jin mengecup bibir Na Ra dan semua orang langsung memalingkan pandangan mereka.

"Jaga dirimu, aku akan segera ke kota B." Lalu Long Jin menarik diri dan memberi komando agar gerbang dibuka dan mobil pun melesat keluar.

Di dalam mobil, bibi Na Ra kembali berkomentar,"Jika orang luar melihat, mereka akan berprasangkan bahwa Bai Long Jin sangat menyukai Dan Na Ra."

"Memang itu kenyataannya." Jawab Dan Tian Fu, paman Na Ra.

"Lagipula mereka serasi... Na Ra apakah kau senang?" sejenak alur perbincangan langsung tertuju padanya. Na Ra yang belum siap pun bingung bagaimana menjelaskan perasaannya yang kacau dan bergelombang.

"Dasar tidak sopan. Jawab pertanyaan Pamanmu." ujar Bibi Na Ra.

"Sudahlah. Na Ra belum terbiasa."

*