Chereads / Her Plain Wish / Chapter 6 - 04. Daffodil

Chapter 6 - 04. Daffodil

Yang pertama kali gadis ini lihat adalah langit. Langit hitam kemerah-merahan yang luasnya tak terbatas. Dan bintang-bintang yang bersinar menghiasinya. Ia ingin terbangun, namun tidak bisa. Ternyata kaki dan tangannya begitu pendek.

A-apa?

Mulutnya terbuka lebar sambil melihat telapak tangan kecilnya. Ini bukan tubuh gadis itu. Sudah jelas, karena tubuh ini lebih kecil darinya. tidak, jauh lebih kecil. Melihat situasi membingungkan ini, bayi kecil tersebut hanya bisa menangis. Di tengah taman yang luas. Ternyata memang benar dugaannya, ini adalah tubuh bayi.

Matanya terbelalak.

Punggungnya terasa berada di tempat yang empuk. Menoleh ke samping, ia melihat bunga berwarna kuning yang terang. Ia pun tersenyum. Entah mengapa, melihat bunga indah dapat membuat hatinya tenang sehingga tangisannya terhenti.

Bunga daffodil. Banyak sekali yang tertanam di lahan ini.

Bicara tentang daffodil, ia pun ingat bahwa permohonannya sudah dikabulkan oleh sang penyihir pertama, yang memperkenalkan dirinya sebagai Shahnaz. Namun, sosok bersurai perak itu tidak ditemukan di sekitar sini.

Hah... jadi yang tadi bukan mimpi?

Gadis yang berada di dalam tubuh bayi itu membuka mulutnya sedikit. Saat ia ingin berbicara, kata-kata yang keluar tidak sesuai dengan apa yang ia pikirkan.

Ini.. bukan Virtual Reality atau apa, kan? Prank? B-bukan, kan? Kalau gitu... aku bener-bener terlahir di dunia lain. Masa, sih? Bukan mimpi atau khayalan kan? Nggak, tadi aku inget jelas kalau aku melihat seseorang yang seperti muncul dari anime atau game. Dia sekarang ada di mana?

Ia hanya bisa menghela napas mengingat kondisinya yang tak bisa berjalan. Hanya bisa menggerakkan dua tangan dan dua kakinya, beserta kepalanya. Mungkin, tubuh ini memiliki seorang keluarga. Kalau begitu, bukan penyihir aneh tadi yang akan menjeemputnya, namun keluarganya. Kapan, ya ada keluarga yang menjemputnya? Jangan-jangan pas lagi jalan-jalan keluarganya ini melupakan anaknya? Keterlaluan, tapi Andhira berpikir untuk memaafkan mereka. Setelah lama berpikir, akhirnya ia menerima bahwa ini hanyalah mimpi. Ayo kita nikmati mimpi sebelum ke alam sana, pikirnya.

"Siapa yang berani merusak taman Raja Kegelapan yang agung?"

Mendengar suara dari kejauhan, bayi itu pun menengokkan kepalanya.

Eh? Siapa dia?

"Hue?" Bayi itu mengeluarkan suara yang tidak sesuai dengan pikirannya. Namun, yang membuatnya terkejut bukanlah suara kecilnya. Sosok yang berdiri di sebelahnya, tanpa menginjak bunga yang ditiduri oleh bayi tersebut. Dia melayang!? Bayi itu tidak mempercayai apa yang terjadi di depan matanya. Ia berusaha untuk tetap tenang karena ia masih menganggap bahwa ini adalah mimpi. Saat itu, ia meliat jelas lelaki itu.

Lelaki remaja, memakai jas berwarna putih. Rambutnya berwarna putih bagaikan sutra, dan di sebelah kiri dan kanannya dihiasi tanduk berwarna hitam. Tetapi, tanduk itu sangat kecil. Kalau tidak ada dua, mungkin bayi ini akan mengira bahwa itu adalh jepit rambut. Matanya berwarna emas, bersinar seperti bunga yang mengelilinginya. Kulitnya pucat bagai salju yang turun pertama kali ke daratan. Dan, sungguh kebetulan. Saat ia menatap ke arah atas, dimana wajah lelaki itu terlihat jelas— ia dapat melihat butiran salju yang turun.

Salju itu turun dan mendarat di wajah kecilnya. Dingin. Namun, bukan hanya itu yang dingin.

Tatapannya lelaki itu dingin, bagaikan melihat serangga yang sedang berhinggap di teratai cantik ini. Gadis itu pun takut. Ia tidak ingin mengeluarkan suara sedikitpun, namun tubuh dan mulutnya yang masih bayi pun menangis secara spontan. Disini ia semakin takut dengan keadaannya.

Ahh, gila mati aja deh aku.... Ayah sama ibu anak ini dimana sih!? Masa di mimpi aku udah mau di bunuh sama kakak ini!?

Tunggu, raja kegelapan katanya? Yang agung? Kayaknya, aku pernah denger itu....

"Ada apa, Rigel?"

Suaranya berat-- seperti penjahat yang sedang disensor suaranya pada saat diwawancara. Ia pun menghapus pikiran konyolnya tadi. Gadis ini pun merasakan waktunya yang terhenti saat melihat figur baru di belakangnya. Tangisannya otomatis berhenti. Wajahnya yang kecil dan basah karena air matanya-- hanya bisa terkejut. Aura hitam milik makhluk itu yang mengelilinginya sangat menakutkan. Ia merasakan nyawanya berkurang saat ia melihat mata berwarna merah darah itu. Mata merahnya bercahaya, bahkan bayi ini melupakan cahaya-cahaya kecil yang mengelilinginya, bunga daffodil.

Instingnya berteriak untuk berlari. Mulutnya pun bergetar hebat sehingga tak bisa melanjutkan tangisannya. Tapi, tentu saja kaki dan tangannya yang kecil ini bahkan belum bisa merangkak, apalagi berlari.

Raja Kegelapan Chander.... Ah.. dia kan salah satu tokoh jahat dari game... game.. Tunggu. Game apa!? Jadi, ini mimpi tentang game itu!?

"A...ca.. cha..erl... "

Ia pun seketika ingin mengutuk dirinya yang berbicara keras sesuai apa yang ia pikirkan.

Padahal bayangan dari pemuda bernama 'Rigel' saja sudah mencekam gadis itu. Menutupi pemandangan langit berbintang yang indah. Ditambah dengan sosok Raja kegelapan Chander yang ikut melihatnya dari atas. Kakinya juga sama, melayang di atas hamparan bunga-bunga.

Badan raja kegelapan itu besar. Mungkin tiga atau bahkan lebih besar daripada pemuda di sebelahnya. Tidak, kalau dilihat dengan seksama itu hanyalah bayangan. Itu aura mengerikannya, yang merupakan perwujudan dari roh jahat. Kulitnya berwarna putih pucat, mengingatkannya terhadap sesuatu yang membuat ia berduka. Matanya berwarna hitam dengan pupil merah darah. Rambutnya berwarna hitam, sedikit bergelombang. Telinganya runcing, dan memiliki tanduk berwarna emas. Tangannya berwarna hitam seperti ditelan oleh sesuatu yang menakutkan. Jari-jari tangannya berkuku panjang. Bayangannya saja sudah bisa menutupi sekujur badan bayinya.

Bayi-- gadis ini merasa napasnya tercekat.

Ingatannya yang tadi pudar perlahan mulai terlihat jelas. Otome game yang terakhir ia mainkan. Yang selama bertahun-tahun menemani hari-harinya. Berjudul 'The Legend of Heroes', dan pria yang badannya besar itu merupakan villain atau tokoh jahat yang berakhir kematian, dipenjara seumur hidup, atau bahkan dikhianati rasnya sendiri di setiap rute yang ia pilih. Ia pun mengerti situasi sepenuhnya disini.

Ia masih tidak percaya kalau ini adalah kenyataan. Namun, jika memang benar ini adalah kenyataan... maka.... Ia dilahirkan kembali ke dunia otome game favoritnya. Dan sepertinya si penyihir bernama Shahnaz itu salah menempatkan dirinya. Meski ia tidak ingat sepenuhnya, namun ia mengerti bahwa pria di depannya sudah pasti seorang antagonis.

Ini tempat paling buruk untuk ditinggali! Lagian mana bisa aku menemukan keinginanku disini! Penyihir penipu! Nggak... mari percaya bahwa ini semua mimpi.. Siapapun, ayo kembalikan aku ke alam sana! Aku udah rela mati, kok!

"Rigel, kau dengar? Tadi dia memanggil namaku?"

Apa?

"Au?" Bola matanya yang berwarna biru-- bagaikan langit cerah menatap bola mata berwarna merah darah itu. Seketika dia panik.

Ahhh!! Mulutku bodoh! Bayi bodoh, bisa diam tidak!?

Mata gadis itu tertutup-- tidak mau melihat dua orang yang sedang mengancam nyawanya itu. Alih-alih merasa tenang, tubuhnya merasakan sedang melayang dari bawah tanah hingga matanya terbelalak dan mulutnya terbuka. Saking terkejutnya ia tak bisa mengeluarkan suaranya.

Badannya yang kecil pun diturunkan di telapak tangan yang hangat. Telapak tangan raja Chander. Gadis ini merasa rohnya sudah ditarik dari tubuhnya karena sangat ketakutan dengan keberadaan mereka berdua.

Chander tersenyum tulus. Tetapi senyumannya menakutkan bagi gadis ini. "Kamu datang dari mana? Lain kali jangan menginjak taman bunga ini, ya."

Intonasi sang raja begitu halus, lembut. Mengingatkannya pada saat di dunia lamanya, saat ia berbicara dengan seekor kucing peliharaannya. Namun, tetap saja dengan suaranya yang kasar itu membuat Andhira tak bisa menahan dirinya untuk merasakan teror yang kuat.

Karena raja ini menyinggung tentang taman bunga, ia pun semakin ketakutan karena badannya sudah berbaring di lahan ini. Meski tubuhnya kecil, tetap saja kemungkinan besar bunganya layu karena sudah dipakai untuk alas tidur olehnya. Ia memikirkan skenario terburuk yang akan terjadi padanya karena sudah merusak taman ini. Dipenjara? Dieksekusi? Ia hanya bisa memohon agar Shahnaz segera menjemputnya dari sosok menakutkan ini. Mungkin selimut yang membaluti dirinya kini merupakan perlindungan terkuat baginya.

Ini... mimpi, kan? Nggak, nggak. Kalaupun mimpi, gawat kalau aku tertangkap sama mereka! Setidaknya, biarkan aku bermimpi indah....

Tidak. Mungkin gadis ini bisa mengulur waktu. Setidaknya, sampai Shahnaz tahu keberadaannya. Ia tak akan segan-segan merusak tongkat sihirnya yang terlihat mahal karena sudah merepotkannya jika bertemu dengan Shahnaz.

Shahnaz pasti akan datang beberapa menit lagi, kan? Katakan iya! Nggak, atau mungkin roh aku bakal ditarik lagi ke alam sana. Makanya, ayo ulur waktu....

Meski ia tahu rencana yang ia pikirkan adalah suatu kebodohan yang tak terhingga, ia tetap menjalankannya.

Rencana gadis ini dimulai dengan tawaan kecil yang imut-- mengagetkan dua sosok ancaman besar umat manusia di dunia ini. Bahkan, bayi ini tak segan-segan memeluk jari-jari tangan raja kegelapan. Saat Rigel, tangan kanan dari raja itu menarik pedangnya-- raja kegelapan itu malah menghentikannya. Rigel terlihat kebingungan, namun menuruti perintah dari tuannya. Pemandangan selanjutnya membuat pria bersurai putih ini menjatuhkan pedangnya karena terkejut.

Jari telunjuk dari tangan kirinya mengelus kepala bayi yang ada di tangan kanannya. Raja itu mengelusnya bagaikan menjaga sesuatu yang rapuh. Membuat gadis yang diberikan kehangatan itu heran.

"Tenang. Aku tidak akan meninggalkanmu. Mulai sekarang, ayo hidup bersama, Layla."

Hmm? Tunggu. Aku harus terkejut di bagian mana?

Raja Kegelapan yang terkenal jahat dalam otome gamenya mengajak hidup bersama? Berjanji tidak akan meninggalkannya? Dan memberinya nama? Sungguh, pemandangan yang menakjubkan. Di dalam game yang ia mainkan, gadis ini sudah berkali-kali mengalahkan pasukan Raja Kegelapan. Dan, raja itu yang ada di depannya malah menunjukkan sebuah kebaikan? Entah mengapa, gadis itu tertawa karena tak percaya-- sangat konyol. Karena dia mengira bila ia berakting seperti bayi menyebalkan raja ini akan meninggalkannya!

Bukankah itu yang seharusnya terjadi? Bayangkan, ada penyusup yang tiba-tiba merusak tamanmu. Lalu, dia malah menunjukkan wajah polos, bagaikan tidak mengerti apa kesalahannya. Kalau Andhira—bukan, Layla yang mengalami ini, ia seratus persen akan menampar orang itu.

Oh. Apakah karena dia masih bayi?

"Syukurlah, kamu menyukai namamu ya?"

"Ue?"

Tunggu. Sepertinya ada kesalahpahaman disini. Atau aku yang terlalu lugu? Gara-gara aku ketawa kamu jadi salah paham?

"T..t..tunggu sebentar, yang mulia! Anda bertindak terlalu gegabah! Bahkan saya sendiri tidak bisa membenarkan kelakuan anda kali ini!"

Raja menggelengkan kepalanya. "Tidak masalah, Rigel. Aku akan berusaha semampuku. Bukankah gadis ini ditakdirkan untuk bertemu kita di sini? Di taman berbunga yang dicintai dia."

Gadis itu bergeming. Dia?

"Kalau begitu, ayo bawa dia ke istana. Kita bicarakan dengan para petinggi lain."

Gadis itu-- Layla hanya bisa terdiam. Ternyata tidak seperti harapannya, kedua makhluk ini memutuskan seenaknya bahwa ia akan diadopsi. Bukan dua sih, sebenarnya hanya Chander yang memutuskan untuk mengadopsi Layla.

Layla hanya bisa tertawa karena kekonyolan hal ini. Tidak bisa kembali-- ia akan susah untuk pergi ke luar. Mengingat istana ini bagian terjauh dari kota manusia. Ini adalah titik dimana dia menyesal karena dirinya mengikuti perkataan Shahnaz yang belum tentu bisa menepati janjinya.

Layla pun tidak sabar ingin mematahkan tongkat sihir milik Shahnaz. Dan ia juga akan meminta ganti rugi darinya.

.

.

.

Salah satu petinggi, memukul meja bundar bermaterial kayu dengan keras hingga suaranya memecah keheningan. "Aku tidak setuju! Anda sudah sekali melakukan kebodohan seperti ini, dan ujungnya malapetaka. Dan anda mengulanginya? Omong kosong!"

Layla tersentak mendengar mendengar argumen salah satu orang bertudung itu. Ia berada di tengah meja, hanya sedang mengisap jarinya dan berbaring melihat atap-atap terbuat dari batu permata yang tak pernah ia lihat.

Mejanya jadi gerak tadi....

"Au..."

Semua mata pun tertuju pada Layla. Seketika ia merasa sedang diambang maut. Ternyata mulut bayinya ini selalu berbicara meski ia tak meminta. Apalagi, suaranya yang baru keluar dari mulutnya itu seakan sedang kesal. Yah, memang gadis yang rambutnya masih tipis ini kesal karena tadi mejanya bergerak. Tetap saja ia sudah menyuarakan kekesalannya terhadap petinggi Kerajaan Kegelapan. Namun, tawaan Raja Kegelapan yang ia dengar pun mengalihkan ketakutannya.

Bukan! Ini kayaknya bukan mimpi, deh!? Layla berteriak dalam hatinya.

"Hahaha, kau lihat? Layla saja sedih tidak disetujui."

Nggak, bukan gitu. Suer. Layla mengatakannya dengan penuh percaya diri.

Perasaan terornya semakin menjadi karena suara raja kegelapan yang mengerikan itu. Rasanya gendang telinganya sudah mendengar sesuatu yang menakutkan berkali-kali. Mungkin bila ini adalah film horror, Layla sudah meninggal karena serangan jantung.

"Anda bahkan sudah menamainya!? Rigel, kamu yang ada disisinya ngapain aja?"

Pemuda bersurai putih itu hanya bisa menghela napasnya. Ia menutup matanya ketika banyak cibiran tentang dia yang tidak melaksanakan tugasnya dengan baik.

Sepertinya mereka tidak akan menanyakan pendapat seorang bayi, ya....

Layla yang sedang berbaring hanya bisa pasrah melihat atap-atap yang berkilauan dengan permata. Ia hanya bisa pasrah sambil memikirkan bagaimana cara merusak tongkat sihir Shahnaz dengan brutal. Atau ia akan mengambil semua hartanya, ya? Ia khawatir akan kesehatan mentalnya hari ini.

Tapi, mungkin saja.. mungkin saja ia bisa terbangun dari mimpi ini? Hahaha... iya. Lagipula, ini bukan novel maupun dunia anime. Mana mungkin dia tiba-tiba muncul di dalam game yang ia mainkan terakhir kali. Oh, benar. Pasti, ini adalah mimpi sebelum Andhira mati.