Chereads / Gelora Gairah [R18+!] / Chapter 124 - Jumat Tanggal Tiga Belas di Padang Harta III

Chapter 124 - Jumat Tanggal Tiga Belas di Padang Harta III

Tak perlu menunggu waktu lama, maka terbangun lah kelima orang wanita cantik yang sedang terlelap di dalam kemah tersebut.

Vivadhi Ranata memberikan [Metode Kultivasi Jiwa Kembar Matahari dan Rembulan] kepada Nadhine Aisyah dan Nadhine Alisya.

Kemudian sang lelaki pun menghabiskan satu muhurta untuk mengamalkan ilmu [Metode Kultivasi Herbal Sang Dewa Obat] sementara para kekasihnya sibuk membereskan kemah dan membersihkan diri mereka masing - masing.

Lalu selama satu muhurta selanjutnya mereka habiskan untuk memanen dan menggunakan tanaman - tanaman obat yang masih segar kaya akan kandungan energi spiritual tersebut untuk menstabilkan dan meningkatkan kultivasi mereka semua masing - masing, tentu saja dengan para gadis dibantu oleh genjotan spiritual dan siraman rohani dari Vivadhi Ranata seperti pada hari sebelumnya.

Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi ketika mereka semua sudah siap untuk melanjutkan perjalanan mereka menjarah..., ehm..., mengumpulkan harta karun di Padang Harta.

Sepanjang perjalanan menyusuri kedalaman Hutan di Padang Harta menuju ke daerah Pegunungan di utara, Vivadhi Ranata dan kelima orang kekasihnya pun menemui berbagai macam hewan purba yang semuanya sudah menembus Ranah Inti Emas (setara dengan Evolver Tahap Elite Tingkat Satu sampai dengan Tiga).

Ada berbagai macam hewan purba yang Vivadhi Ranata dan kelima orang kekasihnya temui di sepanjang perjalanan mereka.

Di antara hewan - hewan purba tersebut, yang paling mencolok dan merepotkan rombongan Vivadhi Ranata dan para kekasihnya adalah seekor dinosaurus yang berbentuk seperti seekor Polacanthus, atau Stegosaurus yang punggungnya penuh berisi barisan duri - duri yang panjang dan tajam.

Bagian perut dan dada dinosaurus tersebut tertutupi oleh lapisan kulit tebal berwarna hijau lumut sementara punggungnya yang ditumbuhi oleh dua baris duri dari leher sampai ke ekornya diwarnai oleh corak kuning dengan loreng - loreng berwarna biru.

Dinosaurus berkuku tiga tersebut mengeluarkan raungan yang keras dan panjang, bertindak seolah - olah seperti pemimpin rombongan dinosaurus - dinosaurus herbivora lain di sekitarnya.

Ada tak kurang dari tiga puluh ekor dinosaurus hebivora lain dari berbagai jenis yang berada di sekitarnya, mulai dari yang berbentuk seperti Brontosaurus, Stegosaurus sampai Triceratops, dan semua dinosaurus tersebut juga memiliki kekuatan setara dengan kultivator Ranah Inti Emas Tahap Awal (setara dengan Evolver Tahap Elite Tingkat Satu).

Semua dinosaurus yang mendengar raungan keras dari Polacanthus berpunggung loreng tersebut seolah - olah langsung seperti serigala kesetanan yang dengan membabi buta menyerbu ke arah Vivadhi Ranata dan para kekasihnya.

Maka pertempuran hebat antara manusia modern dan makhluk purbakala tersebut pun tak terelakkan lagi.

Untung saja walau pun jumlah lawan mereka ada banyak sekali, namun dengan tingkat evolusi yang dimiliki oleh Vivadhi Ranata dan para kekasihnya, mereka semua dapat mengatasi terjangan kawanan dinosaurus tersebut tanpa kesulitan yang berarti.

Faladhina Kiseki dan Myradhia Chikane masing - masing berhasil menghabisi empat ekor dinosaurus.

Sementara Saladhina Olivia dengan seorang diri mampu membabat lima ekor dinosaurus yang menyerbu ke arah mereka.

Bahkan si kembar Nadhine Aisyah dan Nadhine Alisya yang memiliki tingkat evolusi paling rendah saja, dengan kerja sama kompak mereka berdua mampu menghabisi delapan ekor dinosaurus.

Dan terakhir, Vivadhi Ranata berhasil menghabisi pemimpin kawanan tersebut bersama dengan delapan ekor dinosaurus lainnya dengan tangan kosong, sebelum lanjut menghabisi sisa kawanan yang mencoba melarikan diri dengan menghunus Nightfall Dragon Guan Dao miliknya.

Setelah beristirahat sejenak sambil makan siang sehabis bertempur melawan kawanan dinosaurus tersebut, Vivadhi Ranata bersama dengan para kekasihnya pun melanjutkan perjalanan mereka menembus hutan ke arah pegunungan besar di utara.

Menjelang sore hari, setelah mereka berenam menjagal setiap makhluk yang menghadang dalam perjalanan mereka dan mengumpulkan setiap tanaman magis serta harta karun yang bisa mereka dapati di sepanjang jalan, akhirnya Vivadhi Ranata dan para kekasihnya bertemu dengan makhluk - makhluk yang berwujud seperti seekor Gavial (buaya bermoncong panjang yang ada di Kalimantan) dengan sisik yang berwarna ungu, biru dan merah, serta surai berwarna keemasan dengan ujung yang berwarna merah tembaga.

Hewan purba tersebut juga memiliki sebuah organ yang berbentuk seperti sebuah layar yang mencuat dari duri - duri panjang di punggungnya, persis seperti yang dimiliki oleh Dinosaurus dari spesies Dimetrodon.

Layar di punggung makhluk tersebut berwarna kuning, merah dan biru, cerah temerlang seperti benderang nyalanya api.

Hewan purba tersebut menunggu di pinggiran sungai yang menjadi batas antara daerah hutan dengan pegunungan di Padang Harta, siap setiap saat untuk menerkam dengan secepat kilat, makhluk apa pun yang tidak awas saat mencoba menyeberangi sungai tersebut, termasuk Vivadhi Ranata dan para kekasihnya.

Gavial berpunggung layar tersebut meskipun ada lima ekor jumlahnya, namun hewan - hewan purba tersebut semuanya masih berada di Tingkat Pertama Ranah Inti Emas, jauh di bawah tingkat evolusi Vivadhi Ranata dan para kekasihnya sehingga mereka semua dapat dengan mudah menghabisi hewan air purba tersebut.

Lalu setelah menyebrangi sungai lebar maha luas yang terbentang seperti lautan kecil di hadapan mereka, maka sampai lah rombongan Vivadhi Ranata dan kelima orang kekasihnya di daerah pegunungan di bagian utara Padang Harta.

Berbeda dengan daerah hutan yang penuh berisi pepohonan besar yang tumbuh tinggi dan lebat di atas tanah yang subur, wilayah pegunungan di Padang Harta memiliki tanah yang masih padat dan keras seperti batu karang, dan hanya ditumbuhi oleh lumut, rerumputan dan lebih sedikit pepohonan jika dibandingkan dengan wilayah hutan.

Vivadhi Ranata dan para kekasihnya pun melanjutkan perjalanan mereka menembus area pegunungan tersebut, hingga akhirnya mereka berenam menemukan sebuah bangunan menyerupai sebuah kuil yang tersembunyi di tengah - tengah lembah hijau yang subur.

Lembah tersebut memiliki bentuk yang sangat aneh, tanahnya terpetak - petak seperti membentuk sengkedan atau terasering dan seolah - olah sudah diatur oleh sebuah kekuatan supranatural yang sangat besar dan terkontrol.

Seolah - olah seperti dipahat oleh seorang Dewa.

Lapisan - lapisan tanah yang keras dan padat seperti batu karang dengan teratur seolah sudah dipahat dan diukir oleh seorang raksasa hingga menjadi lingkaran - lingkaran anak tangga yang semakin lama semakin merendah ke dalam seperti sebuah sistem terasering yang naik melingkar ke luar.

Sehingga sungai - sungai dengan airnya yang jernih mengalir dari daerah pegunungan yang melewati lembah tersebut pun aliran airnya semua berkumpul di tengah - tengah lembah tersebut, di tempat dimana sebuah bangunan yang menyerupai kuil tersebut seolah - olah seperti berdiri di tengah - tengah kolam.

Bangunan putih pualam yang menyerupai sebuah tugu kuil dengan sebuah stupa di puncaknya tersebut dihiasi dengan ukiran - ukiran relief yang terbuat dari emas, berdiri tinggi menjulang di tengah - tengah lembah tersebut.....