Chereads / Gelora Gairah [R18+!] / Chapter 94 - Melawan Ranah Inti Emas IV  

Chapter 94 - Melawan Ranah Inti Emas IV  

*tringgg* slash! slash!! Slash!!!

Dengan satu tangan dan kedua kaki yang sudah terluka, lelaki dari Sekte Golok Naga tersebut baru saja berhasil menahan satu serangan dari Faladhina Kiseki sebelum dirinya dengan penuh tanpa daya menerima tiga tebasan dari bilah tajam Guan Dao berwarna putih murni yang dipegang oleh lawannya yang masih belia tersebut.

Dengan tanpa mengenal ampun, Faladhina Kiseki pun menebaskan senjatanya dan melukai lawannya sebanyak tiga kali.

Kali ini sang gadis memberikan satu luka tambahan di tangan lawannya dan dua luka baru di tangan sebelahnya lagi.

*Dang* Slash! Slash!! Slash!!! Slash!!!!

Dengan kedua belah tangan dan kaki yang sudah terluka, lelaki karismatik dari Sekte Golok Naga yang dilawan oleh Faladhina Kiseki hanya mampu menahan satu serangan dari sang gadis sebelum empat buah tebasan lainnya mendarat dengan mulus di tubuhnya dan semakin menambah luka - luka yang ada di tangan dan kaki lelaki tersebut.

*Dang* Slash! Slash!! Slash!!! Slash!!!! Slassh!!!!!

Serangan selanjutnya semakin menenggelamkan lelaki dari Sekte Golok Naga tersebut dalam gelombang - gelombang bilah tajam Guan Dao sang gadis yang dengan ganas seolah - olah bagaikan ombak - ombak yang terus menerjang lawannya dengan tanpa henti.

Lima luka baru pun mendarat di badan lelaki tersebut dan membuat tubuh sang lelaki yang tadinya terlihat begitu perkasa dengan otot - ototnya yang begitu maskulin menjadi penuh bercucuran akan darahnya sendiri.

Slash! Slash!! Slash!!! Slash!!!! Slassh!!!!! Slash!!!!!

Dan akhirnya, dengan banyaknya luka - luka yang telah dia terima, lelaki dari Sekte Golok Naga tersebut pun tumbang dan tanpa mampu memberikan perlawanan apa - apa lagi, ditelan dalam enam tebasan ganas dari Faladhina Kiseki yang menyerang kedua tangan dan kakinya serta punggung lelaki tersebut yang sudah rebah tertelungkup di atas tanah.

Dengan satu tendangan, Faladhina Kiseki menendang lelaki yang sudah sekarat tersebut bagaikan seorang striker yang menendang bola sepak ke arah Vivadhi Ranata yang baru saja selesai "menyantap" pria tua yang menurut Saladhina Olivia adalah seorang Tetua dari Sekte Merpati Hitam dengan Ajian Ilmu Seni Kekayaan Pixiu yang dimiliki olehnya.

Alih - alih ditangkap bagaikan seorang kiper yang menjaga gawang dan menerima bola yang ditendang oleh sang striker, Vivadhi Ranata malah mencakarkan kedua tangannya secara menyilang dan dengan mulus merobek tubuh sekarat lelaki dari Sekte Golok Naga tersebut dibagian dadanya hingga badan orang yang nyawanya sudah berada di ujung tanduk tersebut pun tercabik - cabik menjadi empat bagian.

Mayat yang tercabik - cabik tersebut pun dengan segera berubah menjadi hujan energi murni yang diserap oleh Vivadhi Ranata, sementara jantung lelaki tersebut yang menerima serangan penghabisan dari Vivadhi Ranata berubah menjadi sebongkah Spirit Stone.

Sementara itu....

(Myradhia Chikane vs Tetua dari Sekte Harimau Putih)

*Tring tring tring*

Myradhia Chikane dengan dua bilah katana terhunus di tangan kiri dan kanannya saling beradu jurus dengan pria botak dari Sekte Harimau Putih yang bersenjatakan sepasang gauntlet bercakar besi di kedua tangannya.

Pertarungan mereka berdua berjalan cukup seimbang, dimana pria botak tersebut memiliki gerakan yang sangat cepat dan tangkas sehingga mampu menghindari atau pun menangkis tebasan - tebasan katana Myradhia Chikane dengan tangannya yang terlapis gauntlet besi.

"Hmmm.... Lumayan juga si botak ini, bisa bertahan dari serangan - seranganku walaupun ranah kultivasinya satu tingkat di bawahku...." gumam Myradhia Chikane di dalam batinnya sambil mengayunkan katana yang dipegangnya di tangan kanan.

*trang*

Tebasan katana dari Myradhia Chikane yang mengarah ke ulu hati lelaki botak dari Sekte Harimau Putih tersebut berhasil ditangkis dengan tangan kirinya yang terlapis gauntlet.

*whisss !!!*

Namun dengan cepat Myradhia Chikane pun memberikan serangan susulan dengan mengayunkan katana di tangan kirinya ke arah leher lelaki botak yang sedang dilawan oleh dirinya tersebut.

*tring*

Ayunan katana Myradhia Chikane yang sangat cepat dan mengarah ke salah satu titik vital lelaki tersebut hampir saja tidak mampu dihindari ataupun ditangkis oleh lelaki botak dari Sekte Harimau Putih tersebut sehingga bagian kanan leher lelaki tersebut pun tergores oleh ujung katana milik sang gadis dan menorehkan luka yang cukup dalam hingga mengucurkan darah yang mengalir membasahi leher, bahu dan dada lelaki botak tersebut.

"Yes, akhirnya serangan ku ada yang kena juga." Gumam Myradhia Chikane di dalam batinnya sambil menyunggingkan senyum penuh kepuasan di bibirnya yang manis.

Sementara itu, si lelaki botak yang lehernya sudah terluka tersebut pun melihat senyuman yang tersungging di bibir gadis muda yang sedang dilawan oleh dirinya dan tersulut lah amarahnya karena lelaki botak yang merupakan tetua yang sangat disegani di sektenya sendiri dan ditakuti oleh orang - orang hingga dijuluki sebagai "seekor harimau ganas berkulit manusia" merasa dirinya sedang dicemooh oleh senyuman sang gadis yang tersungging setelah wanita muda tersebut berhasil melukai dirinya.

"Bangs@t! Jangan senang dulu kamu, baru bisa menggoresku seperti ini saja!" seru lelaki botak tersebut sambil dengan ganas menerjang Myradhia Chikane dan menghujani sang gadis dengan cakar - cakar besinya yang maju menyerang dengan sangat cepat dan liar.

"Ups, ternyata si botak ini gampang disulut juga ya, pas sekali dengan kepalanya yang botak kayak pentol korek api begitu." Pikir Myradhia Chikane sambil dengan santainya menangkis semua serangan - serangan lelaki botak tersebut yang di matanya terlihat tidak lebih dari amukan kasar seorang anak kecil yang begitu membabi buta.

*trang trang trang*

Bagaikan seekor binatang buas yang sedang terluka, lelaki botak dari Sekte Harimau Putih tersebut pun dengan ganas terus - menerus menghujani sang gadis dengan serangan - serangan cakar besinya, yang dengan mudah selalu dapat ditangkis oleh Myradhia Chikane dengan ujung - ujung katananya yang justru menjadi semakin menciptakan jarak di antara lelaki botak tersebut dengan gadis cantik muda belia yang sedang dilawannya.

"Hmmm, kelihatannya cuma sampai disini saja, dia bisa berguna sebagai samsak latihanku." Gumam Myradhia Chikane di dalam hatinya.

*trang trang trang*

Dengan penuh keanggunan, Myradhia Chikane yang saat ini bagaikan sehelai daun di tengah badai menangkis dan menahan segala serangan yang diarahkan kepada dirinya dengan ringan dan santai seolah tanpa beban sedikit pun.

Bagaikan sehelai daun di tengah gelombang besar, sekeras apa pun ombak yang menerjangnya, tak akan mampu merobek dan menenggelamkan daun tersebut yang dengan santainya akan terus mengambang terapung di atas lautan yang dipenuhi oleh ombak yang ganas bergulung - gulung.

Myradhia Chikane terus menangkis dan menahan serangan - serangan ganas dari pria botak tersebut, sambil mengumpulkan momentum untuk melancarkan serangan penghabisan untuk mengakhiri pertarungan ini dengan cara yang paling efektif dan efisien.