Chereads / Gelora Gairah [R18+!] / Chapter 55 - Memasuki Padang Harta

Chapter 55 - Memasuki Padang Harta

Namun karena sebentar lagi gerbang menuju Padang Harta (Treasure Plains) akan segera terbuka, Vivadhi Ranata bergegas menyimpan Kitab Seribu Satu Mantra tersebut ke dalam Ruang Penyimpanan Sumeru (Sumeru Storage Space) miliknya, tentu saja setelah sang lelaki mengikat batinnya dengan Kitab tersebut dan menandainya dengan tanda spiritual miliknya.

Memanfaatkan waktu yang tersisa hanya tinggal satu muhurta saja sebelum gerbang menuju Padang Harta terbuka, sang lelaki membangunkan si kembar yang masih terlelap setelah sehari semalam digenjot dan ditempa lahir bathin dengan Ajian Sutra Hati Royal.

Vivadhi Ranata bersama dengan keempat orang wanita yang bersama dengan dirinya kemudian bersiap – siap untuk pergi ke Padang Harta.

Hanya butuh seperempat Muhurta sebelum empat orang perempuan tersebut dengan mudah mempelajari mantra [Pocket Dimension] yang ada di dalam Kitab Seribu Satu Mantra dan masing – masing membuat kantung dimensi mereka sendiri – sendiri untuk menyimpan berbagai kebutuhan mereka sehari – hari agar dapat dengan mudah dan nyaman berpetualang di tanah yang asing bagi mereka.

Faladhina Kiseki dan Myradhia Chikane mampu membuat kantung dimensi dengan volume mencapai delapan meter kubik.

Sementara itu, pasangan saudari kembar Nadhine Aisyah dan Nadhine Alisya dengan tingkat kultivasi mereka yang lebih rendah masih sanggup membuat kantung dimensi dengan volume lima meter kubik.

Tak hanya senjata yang diberikan oleh Vivadhi Ranata, ransum makanan, pakaian, bahkan hingga ke perlengkapan dapur dan rumah tangga semuanya masuk ke dalam kantung dimensi para wanita.

Muka Vivadhi Ranata sekilas membuat ekspresi yang sedikit lucu ketika sang lelaki melihat si kembar Nadhine Aisyah dan Nadhine Alisya memasukkan sekotak tissue, kosmetik, sabun mandi, shampoo hingga conditioner dan segala macam toilettries lengkap lainnya ke dalam kantung dimensi milik mereka.

"Apa mereka pikir kita semua ini mau pergi tamasya atau piknik? Ah, sudah lah, barang punya mereka, suka – suka mereka juga mau bagaimana." Batin sang lelaki di dalam hati.

Waktu tersisa sekitar 10 menit sebelum gerbang terbuka ketika Vivadhi Ranata keluar dari rumahnya dan mengunci pintu serta memasang [Barrier] [Ward] dan [Lock] untuk mengamankan rumahnya selama dia pergi agar tidak ada siapa pun yang bisa memasuki properti miliknya tersebut.

Kemudian sang lelaki diiringi oleh keempat orang wanitanya bergegas pergi ke rumah keluarga Nadhine agar si kembar bisa pamitan kepada kedua orang tuanya sebelum mereka berlima pergi memasuki Padang Harta.

Dengan kecepatan yang mereka semua miliki, jarak setengah kilometer dengan mudah mereka lewati hanya dalam waktu kurang dari lima menit.

Nadhine Aisyah dan Nadhine Alisya berpamitan kepada kedua orang tua mereka yang saat itu baru saja keluar dari rumah hendak berangkat ke tempat mereka bekerja masing – masing.

Setelah sepuluh menit berlalu sementara mereka semua berbincang – bincang, tanda jimat di tangan Vivadhi Ranata pun mulai bersinar.

Dengan sebuah isyarat, Vivadhi Ranata pergi ke belakang rumah keluarga Nadhine yang sepi lepas dari pandangan mata orang lain.

Vivadhi Ranata yang diikuti oleh keempat orang wanitanya serta kedua orang tua pasangan Nadhine kembar pun kemudian membuka gerbang gaib menuju ke tempat lain dengan mengacungkan telapak tangan kirinya tempat tanda Jimat Kunci Padang Harta itu berada.

Seberkas cahaya biru yang perlahan – lahan semakin membesar dan berbinar hingga membentuk sebuah portal pun kemudian muncul di hadapan mereka semua.

Vivadhi Ranata, Faladhina Kiseki, Myradhia Chikane, serta Nadhine Aisyah dan Nadhine Alisya dengan penuh hati – hati berjalan menembus portal cahaya biru tersebut, meninggalkan kedua orang tua Nadhine kembar yang dengan penuh rasa takjub melihat gerbang gaib yang terbuat dari cahaya tersebut.

Gerbang tersebut pun kemudian menutup tepat seratus delapan detik setelah terbuka.

....

Vivadhi Ranata, bersama dengan Faladhina Kiseki, Myradhia Chikane, serta Nadhine Aisyah dan Nadhine Alisya dengan penuh rasa kagum bercampur dengan keingin - tahuan yang besar melihat pemandangan luas yang terhampar di hadapan mereka.

Sebuah padang rumput yang maha luas terbentang di depan mereka berlima, dengan rumput – rumput yang terhampar tumbuh tinggi ada yang hanya sepinggang mereka saja tapi banyak juga yang tingginya menutupi sampai ke atas kepala mereka.

Sang lelaki beserta keempat orang wanita yang bersama dengan dirinya mencoba menyibak rerumputan yang menghalangi pandangan mereka untuk melihat ke sekeliling dan mendapati ada serangkaian pegunungan yang membentang di sebelah utara nun jauh di horison dari tempat mereka berlima sedang berdiri saat ini.

Sementara itu, tak jauh dari tempat mereka berada saat ini, terlihat hamparan hutan lebat yang kelihatannya semakin gelap dan rimbun semakin jauh mereka melihatnya.

Hutan rimbun tersebut berada di sebelah timur kelima insan yang baru tiba di tempat tersebut.

Jarak mereka dengan hutan tersebut kira – kira hanya berkisar satu atau dua kilometer saja.

Sementara itu di sebelah barat dan selatan tidak ada apa pun yang menarik perhatian mereka selain rumput, rumput, dan lebih banyak rumput lagi.

Dan bagian yang paling mencolok yang membuat mereka berlima yakin bahwa saat ini mereka sedang berada di sebuah dunia yang berbeda dengan dunia yang mereka tinggali adalah adanya tiga buah bola cahaya seperti matahari yang membentuk segitiga di atas langit yang menerangi tempat tersebut.

Namun meski pun ada tiga buah cahaya yang terlihat seperti mentari kecil yang menerangi langit, bintang - bintang yang seharusnya hanya bisa dilihat pada malam hari tetap terlihat tersebar berkerlap - kerlip di atas langit bersama dengan tiga buah matahari kecil yang menggantung di ufuk timur.

Pemandangan ini pun membuat langit di tempat ini terlihat seperti campuran antara langit siang dan malam.

Cahaya yang menerangi tempat ini sangat lah pas, tidak terlalu terang dan terik, tapi juga sangat cukup untuk menerangi dan melihat segala hal dengan mudah layaknya cahaya terang mentari pagi.

[Catatan Penulis: Ilustrasi Pemandangan di Padang Harta bisa dilihat di kolom komentar atau pada komentar di Judul Chapter ini.]

"Hmmm... [Druidcraft] [Guidance] [Detect Magic] [Detect Trap] [Detect Poison] [Detect Disease]...." Vivadhi Ranata merapalkan beragam mantra - mantra untuk mencari informasi sebanyak – banyaknya tentang tempat yang asing ini.

[Druidcraft] meramalkan bahwa cuaca di tempat ini akan cerah hingga esok hari.

[Guidance] mengarahkan dirinya untuk mengunjungi lima titik, empat titik berada tak jauh dari tempat mereka berlima berdiri dan tempat ke lima adalah hutan lebat di arah timur yang memang sudah direncanakan akan dijelajahi oleh sang lelaki sembari mereka bergerak menuju pegunungan di arah utara.

[Detect Magic] mendeteksi adanya reaksi sihir di dua dari lima titik yang diarahkan oleh [Guidance].

[Detect Trap] mendeteksi ada jebakan di dua titik lainnya yang diarahkan oleh [Guidance].

Entah itu adalah jebakan alami atau jebakan yang dibuat oleh seseorang, sang lelaki tidak tahu.

Tapi sepertinya kemungkinan besar jebakan tersebut dibuat oleh seseorang.

Jika hal tersebut adalah benar, maka berarti bukan hanya mereka berlima saja orang yang berada di Padang Harta ini.

Besar kemungkinan, orang lain juga bisa memasuki Padang Harta ini.

Dan tentu saja, jika mereka bisa masuk dan menjelajah tempat ini, sudah dapat dipastikan kalau mereka itu pasti adalah para pendekar dan kultivator yang ingin mencari peruntungan di Padang Harta ini.

Dan terakhir, [Detect Poison] serta [Detect Disease] tidak mendeteksi apa pun yang berarti.