" Antrian no.24,diharapkan untuk memasuki ruang audisi. Eun Joon memasuki ruang audisi dengan hati yang berdetak kencang. Hari ini merupakan hari keberuntungan Eun Joon. Tidak heran bahwa Eun Joon bisa sampai ke tahap ini karena Eun Joon merupakan seorang gadis yang berbakat di bidang kesenian dan akademik. Big Hit Entertainment merupakan agensi kedua terbaik di Seoul, Korea Selatan.
"Baiklah, Park Eun Joon... selamat datang buat anda. Saya melihat informasi anda bahwa anda mempunyai bakat yang terpendam, saya dan salah satu anggota BTS akan menilai semuanya. Jadi anda bisa memulai." Ucap Bang Shi Hyuk salah satu manager Big Hit Entertainment. " Apa anda ingin meminta lagu? Biar saya yang akan memutarkan lagunya." Ucap Rapmon, ketua BTS. "Danger dan Dope." Ucap Eun Joon sekilas. Rapmon mengangguk kepalanya dan memutarkan lagu Danger dan Dope di hp-nya.
"Neo jigeum wiheomhae wae nareul shihomhae,
Wae nareul shiheomhae? Hetgallige hajima,
Jangnanhae neo? Dodaeche naega mweoya?
Manmanhae uh? Nal gatgo noneun geoya?
Neo jigeum wihomhae wae nareul shiheomhae?
Wae nareul shihomhae? Hetgallige hajima"
Eun Joon menari dengan lincah dan tidak memikirkan orang yang disekitarnya. Rapmon tidak bisa menyangka bahwa cewek seperti Eun Joon bisa menari selincah itu. Dan Eun Joon sungguh berbeda dari peserta yang lain.
" Hyung..siapa itu? Tariannya berbeda sekali dari yang lain, malah dia juga menyanyi dengan nada yang bagus." Ucap Jimin yang baru saja memasuki ruangan audisi.
" Park Eun Joon, peserta no.24, makanya aku dari tadi tidak kedip mata gara-gara dia." Ucap Rapmon yang masih menulis nilai di kertas prestasi peserta. Jimin hanya melihat sosok wanita yang bernama Park Eun Joon itu. "Eun Joon-shi.. apa kamu bisa menari dengan lagu remix song? Mungkin aja aku bisa memutarkan lagu remix Mic Drop yang pernah kami persembahkan di MAMA 2018?" Ucap Jimin yang ingin menguji kehebatan Eun Joon. Eun Joon langsung menari dan menyanyikan lagu Mic Drop tersebut.
" Ternyata anak ini sungguh berbakat seperti kalian. Baiklah aku harus menerima dia. Setuju Rapmon? Jimin?. Rapmon dan Jimin hanya bisa mengangguk kepala dan juga tersenyum. Bang Shi Hyuk mengerti dengan respon mereka berdua.
-30 menit kemudian-
" Akhirnya, selesai juga audisi ini, ternyata ini sungguh melelahkan sekali. Ternyata menjadi artis itu juga membutuhkan perjuangan yang banyak." Ucap Eun Joon di dalam hatinya. Eun Joon melanjutkan perjalanannya keluar dari koridor ruangan audisi tersebut. Eun Joon berhenti di depan pintu masuk Big Hit Ent dan mengeluarkan foto ibunya. " Eomma...seandainya aku diterima di agensi yang selama ini aku impikan, semoga aku bisa menyambung hidupku bersama adik. Maaf eomma karena aku tidak bisa melindungimu." Ucap Eun Joon di dalam hatinya dan meneteskan air mata. Eun Joon menuruni anak tangga dengan wajah sedih karena masih memikirkan ibunya yang telah meninggal satu tahun yang lalu.
" AHH!" Eun Joon tersungkur dikarenakan ada yang menabrak secara langsung.
" Hey,PABO! Gak lihat apa ya?!" Eun Joon menahan rasa perih yang ada di lututnya.
" Eun Joon-shi? Gwenchanayo? Kenapa lututmu?" Jimin mulai khawatir akan kondisi Eun Joon. "Ouh? Itu? Ada yang menabrakku sebentar tadi. Aduh... sudah tau pakai mobil eh? Pergi begitu saja!" Ketus Eun Joon yang masih memegang dan menahan luka di lututnya.
" Ya! Ini sungguh parah! Ayo! Masuk duluan, biar aku yang mengobati lututmu itu." Belum saja Eun Joon ingin berkata, Jimin lansung menggendong Eun Joon sekilas dan memasuki Big Hit.
"MWO? Turunkan aku! Apa kamu gila Jimin-shi?! Kita bisa dilihat orang!" Ucap Eun Joon yang masih terkejut dengan apa yang dilakukan Jimin. "Diam, kapan kamu akan bisa sembuh, tenanglah!" Eun Joon terdiam sejenak dan hanya bisa melihat apa yang dilakukan Jimin kepada dirinya.
" Aduh ! Maksudku...."
" Apa itu sakit? Mianhae mungkin saja aku tidak terlalu perlahan." Ucap Jimin yang masih membersihkan luka di lutut Eun Joon. Eun Joon hanya terdiam dan tidak bisa melakukan apa-apa. Jimin yang masih mengoles obat di lutut Eun Joon berhenti sejenak. " Aku yang mengoles obat di lututmu ini, aku mengingatkan aku kepada mantan pacarku. Ya, seperti ini lukanya tapi parahnya masih punyamu" Eun Joon kebingungan dengan apa yang Jimin katakan kepadanya dirinya.
" Mantan pacarmu? Apa itu masih di bangku sekolah? Dan dimana dia sekarang?" Eun Joon bertanya kepada Jimin. Jimin hanya bisa tersenyum karena mengingatkan memorinya dimasa lalu. " Nae...pacar diwaktu sekolah. Tapi sayang sekali, dia malah memutuskan hubungan denganku dikarenakan aku tidak berkemampuan pada waktu itu." Ucap Jimin. " Ouh? Jahat sekali! Apa kamu masih mengingatnya? Ya... barangkali ketemu.." Ucap Eun Joon. Jimin menatap Eun Joon .
" Tidak, aku sudah membuangnya dari memori terburukku! KETEMU? Sudah tidak lagi." Ucap Jimin dengan nada yang sedikit tinggi. " Mianhae, aku tidak berniat untuk membuatmu marah. Tapi saya bangga! Soalnya Jimin-shi sudah sukses sampai saat ini." Ucap Eun Joon yang membuat Jimin sedikit tenang. Jimin telah meletakkan perban dan telah selesai mengobati lutut Eun Joon. " Gwenchana.. sudah selesai. Apa masih sakit lututmu?" Eun Joon menggeleng kepalanya.
" Sebaiknya biar aku yang yang menhantarmu pulang."
" Ani... Aku hanya ingin sendiri sekarang."
" Kamu masih sakit! Jangan bikin aku khawatir." Ucap Jimin kepada Eun Joon. Eun Joon merasa aneh, karena Jimin itu adalah seorang artis yang tidak bisa keluar dengan seorang wanita begitu saja. " Tapi aku..." Belum saja Eun Joon menyelesaikan kata-katanya, Jimin menarik tangannya dan membawanya masuk kedalam mobil.
" Apa maksudmu? Kalau netizen melihat ini? Eottoke?" Ketus Eun Joon.
Jimin hanya bersikap tenang dan tidak merasa apa-apa.
*******
Jimin menghentikan mobilnya dihadapan rumah Eun Joon. Jimin keluar dn melihat keadaan rumah Eun Joon yang sederhana itu. Eun Joon menyusul keluar dari mobil Jimin. " Ini rumahmu? Aku berpikir bahwa kamu itu orang kaya" Ucap Jimin.
" Tidak, aku tinggal dirumah sederhana ini dan ini merupakan salah satu peninggalan ibu." Eun Joon mulai memikirkan ibunya.
" Apa kamu tinggal sendiri dirumah ini?
" Aku tinggal bersama adikku, sudah! Aku tidak ingin membahas ini lagi. Jimin-shi kamu harus segera pergi, kamu itu harus tau posisimu saat ini. Mianhae." Eun Joon pergi meninggalkan Jimin begitu saja. Jimin yang hanya bertanya berubah menjadi seorang yang kebingungan.
" Waeyo?Apa pertanyaanku salah? Eun Joon! Ani.. Aku tidak bermaksud seperti itu." Ucap Jimin sambil menggunakan suara yang lantang. Eun Joon mendengar teriakan Jimin tetapi Eun Joon tidak menghiraukan teriakan Jimin.
" Mian...Jimin-shi. Aku tidak bermaksud untuk mengusirmu seperti itu tetapi aku tidak ingin mengingat masa lalu yang bisa membuatku gila lagi!" Marah Eun Joon dihadapan pintu masuk rumahnya. Eun Joon yang tadinyanya marah langsung menangis.
" Annyeonghaseyo eonnie! Aku pulang! EONNIE?GWENCHANAYO?"
Ucap Jira, adiknya yang tersayang yang baru saja pulang dari kelas tambahannya. Eun Joon yang melihat adiknya pulang, langsung memeluk adiknya. Jira heran akan tingkah laku eonnienya itu.
" Waeyo, eonnie? Apa ada sesuatu yang terjadi? Ceritakanlah kepadaku."
" Erm... Jira aku berjanji akan melindungimu! Aku berjanji bahwa waktu itu tidak akan terjadi lagi!" Ucap Eun Joon yang terisak-isak dengan tangisan yang sunguh dalam.
" Owh? Tenanglah. Ayo masukkalah dan eonnie harus beristirehat sepenuhnya, supaya eonnie tidak kepikiran dengan masa lalu itu" Ucap Jira. Eun Joon hanya mengangguk kepalanya dan mengikuti saja apa yang dikatakan oleh adiknya itu.
" Eonnie.. istirehatlah. Apa eonnie ingin makan? Barangkali eonnie lapar sekarang."
" Tidak, aku hanya ingin tidur. Aku butuh ketenangan." Ucap Eun Joon dengan wajah yang sungguh datar. Jira mengerti dengan apa yang dialami eonnienya itu. Park Eun Joon seorang wanita pemberani di setiap hal. Tidak itu juga seorang yang pintar di bidang akademik dan seorang yang lincah didalam tarian dan mempunyai suara yang bagus.
" Nae, semoga eonnie sehat lagi." Ucap Jira dan langsung keluar meninggalkan kamar eonnienya itu. " Eonnie, gomawo. Semoga kamu kan sukses kedepannya." Ucap Jira didalam hatinya.
*******
" Baiklah, hari ini audisi hari yang ke-2, lumayan banyak yang mengikut serta disini, selamat bekerja!" Ucap Bang Shi Hyuk kepada BTS. " Nae.." Ucap BTS secara bersamaan. Big Hit Ent dipenuhi dengan beratus orang yang ingin memasuki audisi tersebut. " Hyung? Kenapa denganmu hari ini? Tiba-tiba saja diam seperti itu? Apa ada yang tidak beres?" Tanya Jungkook yang duduk bersebelahan dengan Jimin. Jimin yang mendengar pertanyaan Jungkook langsung mengubah topik pembicaraan. " Ani.. Aku tidak sarapan tadi. Makanya aku diam. Apa ada yang aneh?" Tanya Jimin. " Selalunya kamu tidak seperti itu, hyung. Apa ada peserta yang diterima kemaren hyung?" Ucap Jungkook yang ingin mengetahui peserta yang diterima di Big Hit Ent. Jimin langsung memberikan tumpukan kertas kepada Jungkook.
" Ouh? 12 orang? Lumayan banyak! Namja dan yeojanya sama banyak. Syukurlah." Ucap Jungkook yang masih merapikan berkas-berkas penting, di sisi lain Jimin hanya duduk terdiam dan hanya memikirkan Eun Joon yang berubah seperti itu
. " Tidak mungkin dia seperti itu. Tapi aku berpikir dia mempunyai masalah yang menghantuinya. Aku harus mencari tau." Ucap Jimin yang bermonolog dihatinya.
-Eun Joon POV-
" Eomma! Aku menginginkan sesuatu! Ini merupakan impian yang aku dambakan selama ini. Apa eomma ingin mendengarkannya?" Ucap Eun Joon yang masih ceria di pagi itu. " Waeyo? Ceritakan saja, mungkin saja ibu bisa membantumu, putriku tercantikku!." Ucap eomma Eun Joon, Park Sunmi yang menghibur anaknya itu.
" Eomma, Eun Joon ingin memasuki audisi di Big Hit Ent. Eun Joon mau menjadi artis seperti BTS, kalau Eun Joon sukses, Eun Joon akan membiayai hidup kita. Eun Joon berjanji!" Ucap Eun Joon yang bersemangat. " Jinjjayo? Baiklah eomma mendukungmu sepenuhnya, eomma yakin bahwa kamu akan sukses seperti BTS! Apa kamu ingin menjadi artis solo, apa group band?" Ucap eomma Eun Joon. Eun Joon yang mendengar itu bertambah semangat untuk menjawabnya.
" Group Band! Karena aku ingin membuat mereka sukses sampai akhir. Aku sudah memikirkan nama, arti, warna, lambang, nama Fandom Group. Dan beranggotakan 7 orang. Doakan aku eomma." Ucap Eun Joon. Eomma Eun Joon hanya bisa tersenyum dengan anaknya itu. " Eonnie! Kalu sudah diterima di Big Hit Ent, jangan lupa bawa aku kesana bersama teman-teman eonnie, nae?". Eun Joon ketawa dengan kata-kata adiknya itu, dengan sengaja, Eun Joon mencubit pipi adiknya. Setelah mencubit pipi adiknya, Eun Joon pergi meninggalkan eomma dan adiknya itu.
" Appo! Awas eonnie! Aku akan mengejarmu! HAHA!" Ucap Jira yang masih merapikan kain-kain rumah. Setelah itu, Jira mengejar eonnie kasayangannya itu.
" Kamu tidak bisa menangkapku, haha!". Eun Joon berlari secepat mungkin. Jira masih saja mengejar eonnienya, tapi Jira tidak bisa menangkapnya. Eomma mereka hanya bisa ketawa dengan kelakuan Eun Joon dan Jira itu yang masih berlari-lari mengelilingi kamar mereka.
" BRAKK!" Suara pintu yang keras didengar oleh mereka bertiga dikamar itu. " SUNMI! KELUAR!". Suara yang tidak asing itu didengar oleh Eun Joon.
" Eomma! Jangan! Biar aku yang mengatasinya." Ucap Eun Joon. Eomma Eun Joon menepis tangan anaknya itu supaya tidak menemui appanya itu. " JANGAN! Ini adalah urusan eomma dan appa." Eomma Eun Joon langsung meninggalkan Eun Joon dan Jira. " Eomma! Tapi.. Jira jangan keluar, tetaplah disini." Eun Joon keluar menyusul eommanya.
" Waeyo?!! Apa kamu belum puas dengan pekerjaan itu?!"
Eun Joon tidak mengerti dengan apa yang dikatakan eommanya itu. Eun Joon pasti melihat eommanya dipukul oleh appanya setiap hari tetapi Eun Joon tidak berani untuk melindungi eommanya itu. " Kamu harus melayani mereka! Ingat kamu itu pelampiasan mereka." Ucap Park Dongwoo, suami dari isterinya. " SUDAH! Aku sudah capek dengan semua ini! Aku tidak suci lagi hanya dengan pekerjaan seperti itu! Dasar lelaki tidak tahu diri!." Ketus isterinya. Suaminya yang mendengarkan apa yang dikatakan isterinya langsung memukul isterinya.
" MWORAGO?! BERANINYA KAMU MEMBANTAH PERINTAHKU! RASAKAN INI!". Suaminya memukul isterinya dengan keras sekali. Eun Joon yang melihat adegan itu langsung keluar melindungi eommanya.
" ARGH!!" Suara Eun Joon yang keras itu memecahkan suasana rumah. Jira yang masih di kamar, mendengar teriakan eonnienya, langsung kebawah untuk mengetahui keadaan eonnienya dan eommanya itu. " EUN JOON! APA YANG KAMU LAKUKAN?! BIAR IBU YANG MENANGGUNG SEMUANYA!" Ketus eomma Eun Joon.
" Ani.. Aku tidak akan meninggalkan eomma begitu saja!" Marah Eun Joon sambil meneteskan air mata. Appa Eun Joon yang melihat itu langsung langsung mendorong Eun Joon ke sudut lemari yang ada diruangan itu. "BRUK!" Eun Joon tersungkur dan kepala Eun Joon berdarah dikarenakan kepala Eun Joon terkena di bagian tajam lemari di sudut tersebut. " Eun Joon ! ANAKKU! BERANINYA KAMU MEMBUNUH ANAKMU BEGITU SAJA! AWAS!" Teriak eomma Eun Joon. Appa Eun Joon yang melihat anaknya itu langsung lari keluar dari rumah itu. Eomma Eun Joon mengejar suaminya itu. Jira yang bersembunyi dibalik tembok, keluar untuk melihat eonnienya.
" EONNIE!! GWENCHANAYO?!!" Jira memegang kepala Eun Joonyang berdarah itu. " Eodieseo, eomma?" Tanya Eun Joon yang berusaha untuk menahan kesakitan dikepalanya. Jira hanya menggeleng kepalanya. Eun Joon coba untuk bangkit. " Aku harus mencari eomma! Arghh!" Eun Joon mencoba untuk berdiri dan mencoba untuk keluar dari rumahnya. Jira tidak mengerti dengan tingkah laku eonnienya itu.
" KAU MAU KEMANA!? NAMJA TIDAK BERGUNA! KAU SEHARUSNYA MATI" Tegas eomma Eun Joon. " Waeyo? Kau perlu apa denganku. Dan kamu bukan isteriku lagi. HAHA! JANGAN MIMPI!" Ucap suaminya yang sudah tidak menggangap isterinya itu lagi. " PERGI!" Eomma Eun Joon mendorong suaminya itu tetapi kekuatannya tidak sebanding dengan suaminya.
" Tidak akan! KAMU YANG AKAN MATI!" Suaminya menampar dan mendorong isterinya hingga terjatuh di trotoar jalan, kemudian suaminya melarikan diri. Eomma Eun Joon yang berusaha untuk bangkit ternyata tidak bisa, sebuah truk telah menghampirinya. " Selamat tinggal anakku." Eun Joon yang melihat eommanya yang akan ditabrak oleh sebuah truk, tersungkur dikarenakan kesakitan yang dialami oleh kepalanya.
" EOMMA!!". Ternyata eommanya sudah ditabrak dan tidak bisa diselamatkan. Eun Joon tidak berdaya untuk berdiri dan akhirnya pingsan. Jira yang melihat eommanya ditabrak langsung memanggil polisi serta ambulan. " Eonnie, mianhae, Jira tidak bisa membantu eonnie dan eomma." Ucap Jira sambil menangis. Masyarakat disekitar rumah Eun Joon dan Jira itu membantu eomma dan Eun Joon untuk dibawa ke rumah sakit.
-Beberapa jam kemudian-
" Aku...aku ada dimana?" Ucap Eun Joon yang baru sadar setelah 3 jam berlalu. Jira yang berada disamping eonnienya tersadar dari tidurnya. "Eonnie? Sadar? Dokter!" Ucap jira yang baru saja menyadari bahwa eonnienya sudah sadar.
Dokter serta asistennya langsung memeriksa keadaan Eun Joon. " Syukurah, dia sadar. Lukanya sudah agak membaik". Jira yang mendengar itu langsung menjadi tenang.
" Jira, eodiseo eomma? Apa eomma masih hidup?" Tanya Eun Joon dengan perlahan. Jira yang mendengar pertanyaan eonnienya itu langsung menundukkan kepalanya. " Waeyo? Jawablah." Dengan tenang, Jira menceritakan apa yang terjadi kepada eomma mereka. " Eonnie, sebelum eonnie sadar, keadaan eomma sangat parah sehingga beberapa bahagian yang retak, kekurangan darah. Ternyata setelah dilihat eomma menderita penyakit." Ucap Jira yang hampir saja ingin meneteskan air mata.
" Penyakit?? Apa itu parah?" Ucap Eun Joon yang penasaran. Jira tidak kuat yang ingin menceritakan keadaan eomma mereka, tetapi Jira terpaksa untuk bercerita kepada eonnienya itu. " Ibu menderita penyakit rahim tahap 4. Menurut dokter eomma terkena itu dikarenakan sering melakukan hubungan intim dengan pria berbeda, ternyata eomma tidak melakukan terapi untuk mencegah penyakit itu. Seteah memeriksa keadaan eomma buat kedua kalinya ternyata detakan jantung eomma telah berhenti. Aku yang berada disitu pertama tidak percaya dengan itu. Ternyata itu telah menjadi kenyataan." Jira sudah meneteskan air mata. Eun Joon yang mendengar itu langsung bangkit dari kasurnya!
" EOMMA!!ANDWAE! MAAF AKU TIDAK BISA MELINDUNGIMU!" Teriak Eun Joon. Jira mencoba untukmenenangkan eonnienya itu. Para perawat uang baru saja datang langsung menyuntik Eun Joon dengan suntikan penenang. Jira yang melihat Eun Joon yang telah disuntik itu langsung membenarkan posisi tidur Eun Joon dengan benar dan meyelimuti eonnienya itu.
" Eonnie, tidurlah. Aku hanya ingin kamu tenang dan sembuh seperti biasa. Semoga ini tidak terjadi lagi." Ucap Jira sendirian.