Bertemu Dikantor, Mau Tak Mau Ibu Emily Harus Bersikap Profesional.
" Apa Yang Kau Lakukan?". Tanya Pak Leonardo Heran.
" Hehehe...., Saya Hanya Berminiat Meminta Maaf Pada Pak Leonardo, Atas Sikap Saya".
" Oh, Baiklah". Jawab Pak Leonardo, Setelah Itu Melesat Pergi.
" Hah...Hanya Itu Saja".
"Ish...Dasar Pak Leonardo, Memangnya Iya Tqk Penasaran Apa?".
Tak Puas Dengan Jawaban Pak Leonardo, Ibu Clara Melenggang Pergi Mengikuti Pak Leonardo.
Pak Leonardo Yang Terganggu Dengan Keberadaan Ibu Emily, Langsung Saja Menyambar Dengan Beberapa Pertanyaan.
" Apalagi, Hah?".
" Sudah Kubilang, Aku Telah Memaafkanmu, Lalu Kenapa Kau Tak Pergi Bekerja, Malah Mengikuti Saya Kesini?".
" Bisa Tidak, Nada Suaramu Jangan Ditinggikan?".
" Ya, Saya Akui Saya Memang Bersalah Pada Bapak, Tapi Setidaknya Bapak Juga Menghargai Saya".
Jangan Mentang-Mentang, Bqpak Adalah Atasan Saya Jadi Seenaknya Berteriak.
" Jika Bapak Tak Berniat Memaafkan Saya, Maka Saya Minta Maaf Atas Sikap Saya Yang Begitu Kurang Ajar". Saya Permisi, Maaf Jika Pak Leonardo Merasa Terganggu.
Ibu Emily Langsung Pergi Keruangannya. Sedikit Sedih Karena Iya Merasa Tak Dihargai.
" Tchi...., Apa-Apaan Dia?".
" Hmm.., Andai Saja Si Brengsek Itu Tak Menggangguku, Pasti Semua Tak Akan Jadi Seperti Ini".
Argh....Kenapa Emosiku Selalu Lepas Kontrol.
Moodku Bemar-Benar Hancur Hari Ini, " Atau Aku Ijin Saja?". Guman Ibu Emily Berperang Pikiran.
" Sebenarnya Clara Kemana, Aku Sudah Berulang Kali Mengirim Beberapa Pesan, Tapi Bahkan Tak Merespon Chattku".
" Apa Sebaiknya Malam Ini, Aku Menginap Diapartemennya Saja".
" Hah...Frustasi Aku".
Sedangkan Diruang Ibu Clara, Seperti Biasa Bekerja Dan Terus Tersenyum. Entalah Akhir-Akhir Ini, Iya Dibuat Merona Terus-Terus Oleh Sikap Atasannya.
Contohnya Saja Saat Ini.
" Sayang, Nanti Siang Ayo Kita Makan Bersama Di Cafetaria".
" Bagaimana?".
Dengan Cepat Tangan Ibu Clara, Mengetik Balasan Pesan Tersebut.
" Baik".
Untuk Sementara, Pak Richard Harus Menahan Diri, Untuk Bertemu Dengan Ibu Clara, Karena Iya Harus Berkencan Dengan Beberapa Tumpukan Kertas, Yang Terletak Diatas Meja.
Semakin Kesini, Tumpukan Kertas Semakin Banyak Yang Menyambut Pekerjaan Pak Richard.
Sama Halnya Dengan Pak Leonardo, Iya Semakin Gesit Menghabiskan Pekerjaan Yang Tertumpuk Diatas Meja, Dimulai Dengan Merekap Jadwal Pak Richard, Hingga Beberapa Pekerjaan Kecil, Yang Harus Iya Tangani.
Beberapa Saat Sebelum Acara Makan Siang, Pak Leonardo Memikirkan Kembali Perkataan Dari Ibu Emily.
Sedikit Merasa Bersalah, Karena Tadi Pagi Iya Meninggikan Suara.
" Gadis Itu Benar-Benar Menyusahkan".
Guman Pak Leonardo, Namun Iya Tetap Mrlanjutkan Pekerjaannya".
" Sepertinya, Aku Harus Meminta Maaf Kepadanya, Biar Bagaimanapun Juga Iya Sudah Meminta Maaf Kepadaku".
Dan Ya Tekad Pak Leonardo, Sudah Bulat.
15 Menit Sebelum Istirahat Makan Siang, Akhirnya Pekerjaannya Beres.
Kali Ini, Iya Berniat Pergi Keruangan Iby Emily, Lalu Mengajaknya Makan Siang Bersama, Kemudian Menyampaikan Permintaan Maafnya.
Lift Telah Berhenti Dilantai 6. Sedikit Tergesa-Gesa, Pak Leonardo Keluar Dari Lift.
" Huft Semoga Ada". Doa Pak Leonardo.
Tepat Didwpan Ruangan Ibu Emily, Pak Richard Mengetuk Pintunya.
Jika Diperhatikan, Diruangan Tersebut Hanya Ada Beberapa Karyawan Yang Sibuk Menyimpan Peralatan Mereka Kedalam Tas.
" Dimana Ibu Emily?". Pak Richard Bertanya Dalam Hati.
Tak Berselang Beberapa Lama, Sosok Wanita Yang Iya Tunggu Keluar Dari Satu Ruangan Dan Pak Leonardo Yakin Itu Kamar Mandi.
Pak Leonardo Melihat Wajah Ibu Emily Yang Membengkak, Karena Terlalu Penasaran. Pak Leonardo Mendekatkan Tubuhnya Menyapa Ibu Emily.
Tai Sayang Seribu Sayang, Karena Orang Yang Disapa, Bahkan Tak Merespon Sapaannya, Dan Seketika Itu Juga, Nyalinya Menciut.
" Apa Yang Kau Lakukan Disini?". Tanya Ibu Emily Datar, Tak Ada Ekspresi Sama Sekali.
Pak Leonardo Yang Melihat Ekspresi Ibu Clara Seperti Itu, Langsung Bergidik Ngeri.
Lidahnya Tampak Kelu. Apa Yang Kau Bicarakan?.
" Tentu Saja Aku Datang Untuk Mengajakmu, Makan Siang Bersama".
" Pergi Saja Dari Sini, Saya Belum Lapar. Dan Juga Terima Kasih Atas Tawaran Anda". Jawab ibu Emily Kembali Duduk Dikursinya.
Sedang Beberapa Karyawan Yang Tadi, Sempat Ada Didalam.Ruangan Ibu Emily, Sekarang Sudah Melenggang Pergi Ke Cafetaria.
Tak Memedulikan Eksistensi Pak Leonardo, Dengan Wajah Tampak Serius, Ibu Emily Kembali Menatap Pekerjaannya.
Dengan Sabar, Pak Leonardo Memilih Duduk Disalah Satu Kursi Karyawannya.
15 Menit, Pak Leonardo Tetap Menunggu Dengan Sabar Tanpa Membuat Keributan.
Akhirnya Ibu Emily Menumpahkan Segala Emosinya, Melalui Tangis Yang Teredam Beberapa Saat.
Pak Leonardo Yang Melihat Bahu Ibu Emily Bergetar, Dengan Sikap Gentlenya Iya Bangun Lalu Menarik Ibu Emily Kedalam Pelukannya, Tanpa Menanyakan Pertanyaan Yang Mengganghu Ibu Emily.
Masih Terisak, Ibu Emily Membuat Pak Leonardo Tertawa Kecil Dengan Sikap Menggemaskan Ibu Emily.
" Biasanya Aku Melihatmu, Dengan Sifat Periang Tapi Sekarang, Kau Malah Terlihat Lebih Menyedihkan".
" Hmm, Menangislah, Aku Tau Kau Butuh Sandaran".
Seakan Terhipnotis Dengan Ucapan Dari Pak Leonardo, Ibu Emily Langsung Balas Memeluk Pak Leonardo Dengan Erat.
15 Menit Mereka Dalam Posisi Berpelukan Hingga, Perut Pak Leonardo, Tiba-Tiba Berbunyi.
" Aaah..., Maaf, Sepertinya Aku Harus Makan".
" Baiklah, Ayo Kita Makan".
" Eh...Eh, Mau Tak Perlu Menemaniku Makan, Tadikan Kau Bilang Tak Lapar, Jangan Memaksakan Tak Masalah, Aku Baik-Baik Saja".
" Kau Ini, Keras Kepala Sekali, Kubilang Ayo Makan Ya Ayo Makan".
" Kenapa Harus Berdebat Denganku Dulu, Barulah Kau Mengiyakan Ucapanku?".
" Maaf..., Aku Benar-Bwnar Minta Maaf Karena Telah Membentakmu Tadi Pagi, Sungguh Aku Tak Bermaksud Membuatmu Menangis".
" Aku Hanya Tak tau Harus Berlaku Seperti Apa".
Aku Tau Ucapanku Terlalu Kasar, Maka Dari Itu, Aku Ingin Meminta Maaf Padamu.
" Kamu Maukan Berdamai Denganku?". Ucap Pak Leonardo Lembut.
" Baiklah, Aku Memaafkanmu Tuan Jutek". Jawab Ibu Emily Tersenyum Kecil.
" Apa Tuan Jutek?". Tanya Pak Leonardo Yang Belum Paham Dengan Nama Panghilan Barunya.
" Yaampun, Aku Tak Menyangka, Ternyata Kepribadianmu Sama Saja Seperti Sahabatmu Ibu Clara".
" Kenapa, Kalian Terlalu Bangga, Mengganti Nama Orang?". Tanya Pak Leonardo Dengan Alis Bertautan.
" Hanya Ingin". Jawab Ibu Emily Terlewat Santai.
" Oh...., Kalau Begitu, Aku Juga Mempunyai Nama Panghilan Khusus Untukmu. Bagaimana Jika Gadis Cerewet?".
" Apa-Apaan Kau Ini?". Lagi Kali Ini, Ibu Emily Tak Terima Dengan Panggilan Barunya.
Sejak Kapan Kita Mulai Dekat Seperti Ini, Kenapa Kau Malah Mengganti Nama Panggilanku Seenaknya.
" Panggil Aku Emily, Aku Tak Suka Dengan Panggilan Gadis Cerewet, Itu Sama Sekali Tak Ada Dalam Kepribadianku".
Sudahlah Jangan Marah-Marah Lagi, Ayo Kita Makan, Perutku Sudah Lapar.
" Ya Ayo". Jawab Emily Setengah Teriak, Padahal Pak Leonardo Belum Keluar Dari Ruangannya.
" Tchi, Gadis Cerewet".
" Apa Kau Bilang?".
" Tidak..., Tidak, Aku Bertanya Apakah Kau Sudah Memaafkanku".
" Bagaiman Jika Aku Tak Mau Memaafkanmu?".
" Hah...Dasar Gadis Cerewet, Kenapa Suka Sekali Memperpanjang Masalahnya?".
" Panggil Aku Sekali Lagi Dengan " Gadis Cerewet", Maka Aku Akan Mengigit Tanganmu".
" Coba Saja". Tantang Pak Leonardo.
" Kau Mau?".
" Psikopat". Jawab Pak Leonardo Ngeri.
" Ya Kau Harus Tau, Sebenarnya Aku Adalah Seorang Psikopat". Jawab Ibu Emily Datar, Lalu Beranjak Mendekati Pak Leonardo.
Seketika Pak Leonardo Menjadi Gugup.
"Punya Pribadi Ganda, Kah?" Guman Pak Richard Dalam Hati.