Ruangan itu sunyi, hanya bubur nasi di dalam panci yang panas mengepul, dan untuk sesaat, wanita tua yang diawasi semua orang itu gemetar dan menghela nafas. Dia mengangguk "Oke, oke, itu saja. Cucu Yono lebih peka dari sebelumnya, dan kali ini dia masih ingin mengajakku jalan-jalan."
Hati Layla menegang ketika dia mengatakan itu, karena takut Ini akan muncul, dia juga menambahkan ini karena dia memikirkan apa yang dikatakan wanita tua itu. Itu tidak akan kontraproduktif.
Tanpa diduga, wanita tua itu menepuk pahanya dan berkata, "Tulang tuaku ini menunggunya kembali, dan aku akan keluar untuk melihatnya."
Layla masih sedikit khawatir, takut dia akan membiarkan Alfan membacanya lagi, atau membiarkan Desi membacanya. Mengambil inisiatif untuk bertanya "Nenek, apa kau ingin aku membacakannya untukmu lagi? Jangan biarkan kak Desi membacanya lagi, untuk melihat bagaimana dia menangis, dan Alfan, di mana dia yang berbicara keras?
