Chereads / Between Love And World / Chapter 9 - CHAPTER 8 TRAGEDI

Chapter 9 - CHAPTER 8 TRAGEDI

"Tanpa kusadari, aku memulai hidupku dengan kejadian pahit. Karena itu aku berhenti mengharapkan kebahagiaan"

Sosok hitam yang bersembunyi di balik pohon menghilang setelah melihat kejadian itu. Ia pergi ke suatu tempat dan mendapati laki – laki dengan rambut cokelat gelap sedang duduk menunggunya,

"bagaimana kali ini?" tanya pria itu.

Sosok bayangan itu pun membuka penutup kepalanya lalu menunduk hormat dan membuka mulutnya "jeoseung saja itu menyelamatkan tuan muda sebelum saya melakukannya."

Mendengar penjelasan pengawalnya, pria itu melebarkan matanya dengan ekspresi tidak percaya. Tawa kerasnya pecah tidak percaya mendengar perkataan pengawalnya itu.

"tuan?" panggil pria berambut wine itu bingung,

"siapa nama makhluk itu?"

"Han Sa Rang, tuan.."

000

Aku tidak bisa tidur sekejap pun setelah kejadian yang ku alami semalam. Aku terus terbayang saat Se Sang menyebut namaku dan aku terus – menerus mengutuk diriku diriku sendiri, 'eotteohge?' tanyaku pada diriku sendiri. Aku memejamkan mata sambil menghembuskan nafas panjang dari mulutku gelisah, lalu bangkit dari tempat tidur meninggalkan kamar. Aku berjalan ke arah meja makan dan duduk dengan tatapan kosong,

"apa yang kau lakukan?" tanya eomma heran dengan sikapku

"aku tidak bisa tidur" jawabku datar dan membaringkan kepalaku di atas meja makan.

Eomma hanya menghembuskan nafas panjang melihat tingkahku dan kembali dengan kesibukannya di dapur. Aku mengangkat kepalaku melihat kearah eomma sejenak dan mencibirkan mulutku berharap eomma memperhatikanku dan berbicara denganku, tapi aku gagal (eomma bahkan tidak melihatku sedikitpun). Aku bangkit dari kursiku dan masuk kembali ke dalam kamar menjatuhkan diriku keatas kasur, suasana kamar yang hening dan tenang membuatku semakin merasa kesepian. Getaran ponelku sontak membuatku bangkit dengan semangat, ekspresiku berubah melihat pesan yang tertera disana

Yoon Mi:

Bukankah kau seharusnya melaporkan tindakanmu kemarin?

"AAARRGGGHHH..." geramku kesal sambil mengacak – acak rambutku dengan kasar (ini menjadi saat pertama aku sangat membenci diriku sendiri).

Aku sampai di benteng dalam hitungan detik dengan wajah datar dan lesu, sampai didepan ruangan Yoon Mi aku menghembuskan nafas berat sekejap untuk menenangkan diriku, dan mengetuk pintu ruangannya. Saat mendengar suaranya dari dalam aku membuka pintu dan masuk dengan langkah pelan yang cangung,

"ada apa denganmu?"

Aku mengangkat wajahku dan menatap Yoon Mi "entahlah" jawabku singkat, lalu duduk didepannya.

"Kau menyelamatkannya kan?" tanya Yoon Mi dengan nada santai yang membuatku menunjukkan ekspresi kaget dengan mata terbelalak;

Melihat ekspresiku Yoon Mi tertawa kecil dan membuka mulutnya "kau kaget kenapa aku bisa mengetahuinya?"

"ne.. aku bahkan belum melaporkan apapun" jawabku dengan nada cangung dan bersalah

"aku tahu"

"bagaimana eonni bisa tahu?" tanyaku sambil memaninkan jariku panik

"sebelum aku menjawabmu, bisakah kau menjawabku terlebih dahulu?" aku menatap Yoon Mi dengan tatapan bingung tanpa mengeluarkan sepatah katapun "kenapa kau menyelamatkannya?" lanjutnya dengan wajah serius. Mendengar pertanyaan itu aku memutar mataku dan semakin bingung pada diriku sendiri, 'benar juga, kenapa aku melakukannya?' tanyaku dalam hati. Aku kembali mentap Yoon Mi yang terlihat sedang menunggu jawabanku, dan terus diam menundukkan kepalaku

"kau mengenalnya kan?" tanya Yoon Mi.

Aku menundukkan kepalaku dan menghembuskan nafas berat, "mianhae.. eonni.." jawabku bersalah dengan suara canggung. Mendengar jawabanku, Yoon Mi menghembuskan nafas berat dan kembali membuka mulutnya

"sepertinya sembentar lagi akan terjadi"

Aku mengangkat wajahku bingung dan bertanya "apa yang akan terjadi?"

Yoon Mi membenarkan posisi duduknya dan wajahnya menjadi serius, "alasan kenapa kita tidak boleh jatuh cinta"

Suasana saat itu menjadi aneh dan membuatku tertekan, memang aku mengetahui peraturan bahwa jeoseung saja tidak boleh jatuh cinta, tapi alasannya mengapa? Aku tidak tahu itu. Aku terus diam dan menatap Yoon Mi penuh kebingungan

"tragedi" ungkap Yoon Mi singkat.

Kebingungan semakin besar memenuhi pikiranku, aku semakin tidak mengerti apa yang terjadi, apa maksud perkataan Yoon Mi. Aku tidak mengatakan apapun dan terus befikir keras, "jika kamu merasakan cinta, itu akan membuatmu melakukan segalanya, seperti ibu Se Sang" buka Yoon Mi.

"Maka dari itu bagi kita cinta adalah tragedi, sekali kau merasakannya kau akan berujung pada kematian. Kau akan melanggar peraturan, kau akan melakukan apapun untuknya, dan yang terburuk kau akan menangis karenanya."

Aku teringat mengenai peraturan bahwa kita tidak boleh menangis, dan membuatku memberanikan diri untuk bertanya "mengapa kita tidak boleh menangis?" Yoon Mi menunjukkan senyum miringnya dan menjawab "kau akan mengetahuinya suatu saat nanti." Suasana kembali hening dan membuatku berfikir mencari topik pembicaraan, tiba – tiba aku teringat sesuatu

"eonni, kenapa Se Sang bisa menyentuhku?"

Pertanyaanku membuat mata Yoon Mi melebar kaget "apa katamu? Dia bisa menyentuhmu?" tanyanya memastikan.

Aku mengangguk kecil "iya, tapi ketika dia menyentuhku aku baik – baik saja, maksudku tidak ada luka bakar atau tersetrum" jelasku. Raut wajah kaget bercampur bingung semakin terlihat jelas di wajah Yoon Mi, aku menatapnya lurus – lurus dan membuka mulutku

"eonni? ada apa?"

ia menatapku serius lalu berkata "bisa kau pertemukan aku dan Ren secepatnya?"

000

"Tuan apa rencana anda kali ini?" tanya pria berambut wine sambil memindahkan barang – barang tuannya ke dalam kardus. Pria berambut cokelat itu tersenyum dan menjawab

"bangkit dari kematian"

Pria berambut wine itu tidak paham maksud tuannya dan kembali bertanya "apa maksud tuan?" mendengar pertanyaan pengawalnya, ia mengambil sesuatu dari kantongnya dan melemparkan benda kotak tipis kecil pada pengawalnya. Pria itu pun menangkap benda pemberian tuannya dan melihat kartu penduduk dengan foto wajahnya terpajang disana, melihat itu ia mematung dengan wajah terkejut

"itu akan menjadi namamu Han Ryung Joon, dan mulailah memanggilku appa" mendengar itu ia sontak menoleh ke arah tuannya dengan eksprsi kaget sekaligus tidak percaya,

"Han Jae Hoon akan bangkit dari kematian."

000

"HAN SA RANG.. CEPAT BANGUN!!"

teriak Ren dari lantai bawah, aku mengerang kecil dan membuka mataku perlahan. Aku segera bangkit dari tempat tidurku dan melihat ponselku,

7 pesan

23 panggilan tidak terjawab.

Melihat itu aku langsung bingung, tidak biasanya ada yang mencariku seperti ini. Aku mulai melihat kotak pesan dan menemukan yang mengirimkan pesan adalah teman – temanku dan beberapa dari Yoon Mi yang mengingatkanku untuk datang ke benteng bersama Ren, aku mengangguk kecil dan menutup kotak pesan dan beralih ke menu panggilan. Mataku melebar sesaat melihat nama Se Sang muncul disana, 'ia menelfonku sebanyak lima kali' kataku dalam hati, aku penasaran apa yag ingin dia katakan padaku dan memutuskan untuk menelfonnya.

"Hallo.." suaranya terdengar riang dari seberang sana

"hallo, kau menelfonku lima kali semalam, mungkin ini hal yang penting" kataku canggung

"aku ingin bertemu denganmu."

Mendengar itu aku tidak berkata apapun dan teringat pada pembicaraanku dengan Yoon Mi eonni kemarin, 'bagi kita cinta adalah tragedi'

"halo? Hey, kau mendengarku kan? Sa Rang -ah"

aku tersadar dari lamunanku dan cepat – cepat menjawabnya "ah, hari ini aku tidak bisa.. aku ada janji"

terdengar suara tawa kecil dari seberang telfon "aku akan menunggumu" katanya singkat dan membuatku terkejut, aku mengedipkan mataku beberapa kali menenangkan diriku dan membuka mulutku "aku akan sangat lama"

"kedai tteokpokki jam 8 malam, aku akan tetap menunggumu" katanya singkat sebelum menutup telfonya tanpa menunggu jawabanku.

Aku hanya menghembuskan nafas berat dari mulut dan menurunkan ponselku dari telinga, 'sepertinya kali ini aku yang takut' kataku dalam hati. Aku keluar dari kamar dengan langkah berat turun ke ruang makan, keningku langsung berkerut dalam melihat ada sepiring kue beras dengan berbagai rasa berusaha mengingat siapa yang ulang tahun hari ini. Aku memalingkan wajah dari kue beras itu dan bertanya pada eomma yang sedang memotong sayuran di dapur

"kue beras untuk siapa ini? Seingatku tidak ada yang ulang tahun hari ini."

Eomma menoleh ke arah kue beras di meja makan dan membuka mulutnya "aahh.. itu pemberian dari tetangga baru kita, dia baru pindah hari ini" jelasnya.

Aku hanya mengangguk pelan dan duduk di meja makan diam, eomma pun menoleh kecil "makanlah lalu siap – siap" sahutnya lembut. Aku hanya menoleh sekilas lalu mengambil makanan, pikiranku kembali hanyut pada perkataan Se Sang tadi "aku ingin bertemu denganmu" mengingat itu aku mengembuskan nafas berat dari mulutku.

"Kenapa? apa makanannya tidak enak?" tanya eomma mendengar suara nafasku,

aku tersadar dari lamunanku dan cepat – cepat menjawab "tidak ini enak, aku hanya memikirkan sesuatu tadi" tepisku cepat

"apa yang kau pikirkan sekeras itu?"

"Han Se Sang.." jawabku singkat.

Eomma terlihat membuka mulutnya untuk melanjutkan pembicaraan, tetapi bunyi keras bel pintu menghentikan suaranya. Eomma melepaskan celemeknya cepat dan pergi membuka pintu, tak lama terdengar suara dua orang pria di sambut suara hangat eomma yang mempersilahkan pria itu masuk ke dalam rumah "duduklah sebentar" kata eomma sambil menunjuk ke arah sofa ruang tamu. Kedua pria itu hanya tersenyum dan membungkuk kecil lalu duduk di sofa sambil melihat – lihat sekeliling rumah, 'aneh sekali' pikirku mengamati kedua pria yang duduk diruang tamu itu.

Eomma pun menunduk mendekat ke telingaku "Sa Rang bisa kau temani mereka sembentar" bisik eomma pelan dengan nada minta tolong, aku melihat makananku dan kedua pria itu bergantian langsung memasang ekspresi pasrah.

"Baiklah" kataku singkat melatakkan sumpitku lalu berdiri meninggalkan meja makan,

aku melangkah ke ruang tamu dan menyungingkan senyumku yang paling sopan "anyeonghaseyo.. aku Han Sa Rang" kataku sopan sambil membungkukkan badanku, pria dengan wajah yang lebih tua dengan rabut berwarna cokelat kemerahan langsung berdiri dengan senyum yang aneh dan mengulurkan tangannya

"Han Jae Hoon" sebutnya gagah.

Mataku melebar mendengar nama itu, aku menatap pria paruh baya itu lurus - lurus 'nama yang sama dengan nama ayah Se Sang' kataku dalam hati, aku segera membuyarkan lamunanku dan melihat ke arah tangan pria itu, menjabatnya sambil membungkukan badan sopan. Pria itu menoleh kebelakangnya dan merangkul pria lainnya dengan wajah lebih muda dengan rambut berwarna seperti wine, "ini putraku" katanya dengan senyum lebar dan nada suara yang bangga pada putranya. Mataku beralih pada pria yang lebih muda itu dan mulai mengamatinya 'tampan dan terlihat kuat dengan tubuhnya yang gagah' nilaiku dalam hati.

Pria itu menyunggingkan senyum kecil di ujung bibirnya "Han Ryung Joon" kata pria itu sambil mengulurkan tangan ke arahku, aku tersenyum kecil dan menjabat tangan pria itu "Han Sa Rang"

"hae.." sahut pria itu dan membuatku terkejut bingung, dia tertawa dan menyahut "aku hanya bercanda, kau tidak berpikiran aku benar - benar mengatakan saranghae padamu kan?" guraunya hambar.

Mendengar perkataan itu aku tertawa garing dan melambaikan tanganku diudara "tidak, aku tahu anda hanya bercanda" jawabku mengendalikan ekspresi wajahku yang cangung.

Ia melepaskan tangannya santai lalu kembali memasukan kedua tangannyake dalam saku celana "kau bisa menggunakan banmal padaku" timplnya,

"tidak, kau sepertinya lebih tua dariku" jawabku sambil mengamati wajah Ryung Joon dengan seksama

"aku 21 tahun, kau?" tanyanya sambil melihatku lurus – lurus;

Aku tersenyum licik dan berkata dengan nada menghina "kau ternyata tua sekali oppa, aku masih 19 tahun" sahutku menyombongkan diri.

Ryung Joon terlihat melayangkan tawa hinanya ke arahku dan membuka mulutnya pedas "oh.. aku pikir kau lebih tua karena wajahmu sangat tua" jawabnya tidak mau kalah. Aku menghenduskan nafas kesal sekaligus tidak percaya dari hidungku dan hendak membuka mulutku menanggapi perkataannya. Tiba - tiba Ren mengahampiri kami dengan ekspresi bingung melihat aku sedang berbincang – bincang dengan dua pria asing di ruang tamu. Dia menunduk dan berbisik di telingaku "nugu?" tayanya pelan. Aku menoleh ke arah dua pria di depanku dan tersenyum "ini saudaraku Han Sae Ren" sambil menunjuk ke arah Ren. Aku dan Ren tertawa kecil melihat wajah mereka terlihat takjub dengan kemiripan kami, Ren membungkuk sopan memperkenalkan diri "Han Sae Ren.. senang berkenalan dengan anda" sapanya.

Ryung Joon tampak menatap kami dengan tatapan tidak percaya sejenak, sebelum akhirnya memperkenalkan dirinya pada Ren "aku Han Ryung Joon, senang berkenalan dengan mu juga Sae Ren -ssi"

Ren tertawa "cukup Ren" jawabnya singkat lalu kembali menatap kearahku "siap – siaplah aku akan menggantikanmu" bisiknya.

Aku bangkit dari sofa dan menunduk pamit "aku permisi dulu" kataku singkat lalu pergi ke kamarku tanpa menunggu jawaban mereka. Ryung Joon terus menatapku dengan wajah penasaran dan aneh sampai akhirnya aku menghilang di tangga. Melihat Ren yang mencurigai tatapan Ryung Joon, Jae Hoon pun membuka mulutnya mengalihkan perhatian Ren "aku Han Jae Hoon" buka pria setengah tua memulai pembicaraan dengan Ren. Ren hanya tersenyum dan menunduk sopan tanpa mengeluarkan sepatah katapun,

"apa kalian akan pergi?" tanya Han Jae Hoon

"ahh.. iya ahjussi kami harus pergi menyelesaikan urusan" jawab Ren dengan sopan,

"Sae Ren –ssi apa kau sudah punya pacar?" tanya Ryung Joon tiba - tiba, mendengar pertanyaan itu Ren tertawa dan menjawab "jawaban apa yang Ryung Joon –ssi harapkan?" tanyanya bergurau

"aku berharap tidak" jawab Ryung Joon singkat sambil mengamati reaksi Ren, "panggil aku oppa seperti Sa Rang dan kau juga bisa menggunakan banmal" tambahnya.

Mata Ren melebar dan ia berdeham kecil tanpa menjawab perkataan Ryung Joon, ia mengedipkan matanya beberapa kali dan memalingkan pandangannya keluar jendela dengan senyum kaku di wajahnya. Kedatangan eomma menjadi keselamatan bagi Ren, eomma datang dengam rantang berisikan lauk dan menyodorkannya pada Jae Hoon "kalau kurang bisa datang kembali kemari" kata eomma dengan senyum cerah. Setelah mereka pergi Ren menghembuskan nafas lega dan segera naik ke kamarku

"Sa Rang.. kenapa kau lama sekali" teriaknya sambill mengetuk kasar pintu kamar mandiku,

"iya sembentar" teriakku dari dalam kamar mandi dan langsung mempercepat gerakanku.

000

Se Sang berlari mengitari lapangan kosong yang hening dan tidak ada seorang pun disana. Sesekali ia berlari sambil melihat kelangit lalu kembali menundukkan kepalanya, nafasnya terenggah dan membuat langkahnya melambat akhirnya behenti. Ia menundukkan badan dan menopang tanggannya di lutut sambil berusaha mengatur nafasnya, "apa yang menggangu pikiranmu?" tanya seseorang yang tiba – tiba muncul dibelakangnya. Se Sang yang tidak menyadari kedatangan orang itu sebelumnya menoleh kebelakang cepat menatap sosok itu dengan tatapan waspada, eskpresinya melunak dan ia langsung memalingkan wajahnya dari sosok itu mengetahui siapa yang berada di belakangnya "Jin Woo.." panggilnya singkat.

Jin Woo tersenyum miring "kau bahkan tidak menyadari kedatanganku" katanya sambil berjalan mendekati Se Sang lalu menyodorkan sebotol air. Se Sang mengambil botol itu sambil memamerkan senyum miringnya yang tampan, "entahlah.." katanya dengan nada putus asa,

"Sa Rang bersikap aneh sekarang" lanjutnya sambil berjalan pelan melihat ke arah sungai di sebelah kirinya.

Jin Woo menatap Se Sang lurus "kau menyukainya kan.. Han Sa Rang" tebaknya santai,

"tidak.. untuk saat ini aku tidak yakin" jawab Se Sang singkat lalu menoleh menatap Jin Woo, "Han Sae Ren" sebut Se Sang singkat. Mendengar nama itu Jin Woo memasang ekspresi kaget "ada apa dengan Ren?" timpalnya,

"bisakah kau mempertemukannya denganku?" minta Se Sang secara tiba – tiba, dan menoleh kearah Jin Woo.

Mendengar permintaan Se Sang, Jin Woo terdiam sambil berfikir keras apa tujuan Se Sang ingin bertemu dengan kekasihnya itu "tenang aku tidak akan melakukan hal aneh, aku juga mengajakmu ikut bukan?" timpal Se Sang sambil tertawa kecil melihat ekspresi Jin Woo yang sedang mencurigainya. Tanpa mendengar jawaban Jin Woo, ia berjalan meninggalkan Jin Woo di belakangnya berbelok kedalam gang kecil lalu masuk ke sebuah apatremen tua, Se Sang mengeluarkan kunci dari dalam tasnya dan membuka salah satu pintu apartemen dengan langkah santai. Ia masuk ke dalam, terdiam menatap ruangan gelap dengan ekspresi datar lalu menghembuskan nafas berat dari mulutnya, ia kembali melangkahkan kakinya ke dalam ruang apartemen dan menjatuhkan dirinya lemas ke sofa. Suara detikan jam menyelimuti suasana sepi apartemen itu, Se Sang memejamkan matanya sejenak namun dia kembali membuka matanya dengan ekspresi kaget

"aku sudah gila" katanya pada dirinya sendiri.

Ia mengigit kecil bibir bawahnya 'kenapa aku memikirkan dia?' tanyanya dalam hati,

Se sang kembali menghembuskan nafas beratnya dan teringat pada pertanyaan Jin Woo padanya,

'kau menyukainya kan.. Han Sa Rang' ia mengusap kasar wajahnya dengan kedua tangan lalu bangkit dari sofa menuju kamar mandi. Ia melihat wajahnya yang terpantul di cermin dan membuka kaus merah yang di kenakannya, dalam sekejap tubuhnya yang bidang dan berotot telah terpantul sempurna di cermin. Pandangannya terarah pada luka bakar berbentuk cincin yang terletak di dada kirinya dan langsung membuatnya hanyut ke dalam ingatannya.

Ingatan mengenai sosok wanita cantik yang tidak ia kenali, wanita itu menggendongnya dan memeluknya dengan kasih sayang sambil berlari menjauh dari kerumunan orang yang mengejar mereka. Wanita yang memberikan luka itu di dadanya lalu meninggalkannya di dalam hutan dengan sepucuk surat,

"Dia akan menjadi dunia, siapapun yang menemukannya jagalah dia. Dia satu – satunya dunia, Han Se Sang."

000

Yoon Mi langsung membawa kami menemui tuan Won saat kami sampai di benteng. Terdengar suara tuan Won dari dalam ruangan, membuat Yoon Mi menghembuskan nafas berat lalu membuka pintu kayu di hadapannya pelan, kedatangan kami di sambut pertanyaan tuan Won

"kau sudah menemukan jawabannya?"

Yoon Mi menggelengkan kepalanya dan membuka mulutnya "kami datang dengan maksud lain"

"ada apa?" tanya tuan Won sambil melipat tangannya di atas meja, Yoon Mi melihat ke arahku dan mengangguk kecil memberi tanda untukku mulai bercerita.

Aku pun membuka mulutku ragu "tuan aku merasa aneh dengan Han Se Sang, sebenarnya dia makhluk apa? Dia bisa melihatku saat aku menjemputnya dan dia bisa menyentuhku" jelasku hati - hati.

Mendengar perkataanku tuan Won tersenyum kecil dan menoleh ke arah Yoon Mi di belakangku "aku kan sudah memberi petunjuk kecil padamu" katanya dengan ekspresi menantang. Mendengar hal itu aku menoleh ke arah Yoon Mi dengan ekspresi bingung meminta penjelasannya, Yoon Mi yang tidak mengerti semua ini juga menoleh dengan ekspresi yang sama ke arahku.

Tuan Won menghembuskan nafas kecil "mereka akan bersama jika mereka adalah makhluk yang sama" sahutnya sambil menuliskan sesuatu di sebuah gulungan kertas.

Setelah selesai menulis, ia meletakkan penanya dan meletakkan tangannya ke atas gulungan itu, tak lama muncul cahaya tipis dari gulungan itu dan pecah menjadi butiran kecil berjatuhan memenuhi seisi ruangan. Aku dan Ren takjub melihat hal itu, butiran itu kecil seperti salju namun bersinar indah seperti kristal, aku mengangkat tanganku menadahi butiran yang berjatuhan itu namun saat menyentuh tanganku butiran itu menghilang begitu saja. Tuan Won mengangkat tangannya dari gulungan itu dan membuka mulutnya

"jika kau belum menyadarinya, mungkin cara ini akan membuatmu menyadarinya" setelah mengatakan itu, gulungan kertas yang tadinya berada di meja tuan Won terbang ke arah Yoon Mi. Aku dan Ren sama – sama menoleh ke belakang mengikuti kemana arah gulungan itu terbang dengan wajah takjub, saat gulugan itu sampai ke tangan Yoon Mi aku berdiri menghampiri Yoon Mi untuk melihat apa yang di tuliskan Tuan Won disana. Ekspresiku berubah bingung melihat kertas kosong di tangan Yoon Mi, aku menoleh ke arah Ren yang masih di tempatnya dan menggeleng kecil, Ren pun mulai bingung dengan reaksiku melihat gulungan itu. Ia berdiri mengahmpiriku melihat gulungan itu putih bersih tak bernoda.

Ren pun menoleh kecil memberanikan diri membuka mulutnya "tuan kenapa tidak ada apapun di dalamnya?" tanya Ren Hati – hati,

tuan Won hanya tersenyum licik dan tidak menjawab sepatah katapun. Yoon Mi yang sejak tadi diam mematung melihat gulungan itu mengangkat kepalanya dan menunjukkan ekspresi yang aku dan Ren tidak pahami maksudnya.

Ia mengangkat pandangannya "appa.. benarkah ini nyata?" bukanya,

aku dan Ren saling melihat satu sama lain "appa?" bisik kami kompak dengan nada kaget yang sama.

Yoon Mi kembali mengeluarkan suaranya, namun kali ini getaran kecil terdengar di suaranya "appa ini tidak mungkin, hanya yang kau mengetahui hal ini, tidak mungkin jeoseung saja biasa mengetahuinya" lanjut Yoon Mi,

"itulah yang harus kau selesaikan, akhir takdir kedua anak ini sudah tertulis, aku tidak bisa mneyelesaikannya, jadi selesaikan hal itu untukku" jawab tuan Won dengan tatapan tajam ke arah Yoon Mi.

Yoon Mi tidak menjawab perkataan ayahnya itu dan menundukkan kepala dengan wajah tidak percaya, melihat kejadian ini aku berjalan ke hadapan tuan Won dan berdiri terdiam di hadapannya. Aku menatapnya sesaat dan mengepalkan kedua tanganku,

"aku akan mengalah" ungkapku keras dengan nada tegas.

Aku menelan kecil air liurku sejenak "kalau ini karena aku dan Ren, aku akan mengalah" ulangku. Mendengar perkataanku, Ren sontak menoleh ke arahku dengan wajah tercengang, suasana ruangan itu menjadi dingin dan hening. Aku dan tuan Won saling menatap lurus tanpa suara sampai Yoon Mi membuka mulutnya "baiklah, aku terima semua ini" timpalnya.

Senyum penuh arti merekah di bibir tuan Won, ia mengalihkan pandangannya dariku dan menjawab "lakukan dalam 5 hari" perintahnya tegas,

"jika hari kelima aku tidak bisa menyelesaikannya.." sahut Yoon Mi terhenti "semua itu akan terbuka dimata mereka" sambung tuan Won.

Aku menatap tuan Won dan Yoon Mi bergantian, aku berusaha memahami apa yang mereka maksud sejak tadi, sampai mataku tertuju pada gulungan kertas di tangan Yoon Mi

'BINGO..!'

"aku anggap itu adil" jawab Yoon Mi singkat dan membalikkan badannya meninggalkan ruangan.

000

"RYUNG JOON.. HAN RYUNG JOON..!!!"

teriak Jae Hoon lantang karena pengawalnya itu tak kunjung datang kehadapannya. Ia menghenduskan nafas kesal dan mulai mencari ke setiap sudut rumah, namun ia tidak menemukan Ryung Joon dimanapun. Ia berjalan ke arah meja makan dengan langkah kesal, mengambil gelas dan menuangkan air di dalamnya, gerakkannya terhenti saat hendak menegak air dalam gelasnya, matanya tertuju pada memo kecil yang di tinggalkan Ryung Joon di meja makan. Ia meletakkan gelasnya kembali ke atas meja dan dahinya berkerut membaca memo tersebut

"aku pergi menemui mawar merah tuan, ini harinya" tulis Ryung Joon di memo itu.

Ekspresi Jae Hoon berubah lebih tenang setelah membaca memo itu dan menegak airnya cepat lalu pergi ke halaman belakang rumahnya, halaman itu terbuka tanpa atap dan mawar putih tumbuh di seluruh sisi halaman itu. Di ujung halaman terdapat sebuah ruangan kecil yang terbuat dari kayu, ia mengeluarkan kunci dari sakunya dan membuka ruangan itu pelan, sebelum masuk ia menoleh ke sekelilingnya memastikan tidak ada yang melihantya masuk keruangan itu. Setelah masuk ke dalamnya Jae Hoon kembali mengunci ruangan itu dan menyalakan lampu di sebelah pintu ruangan yang sekejap membuat ruangan itu terang benderang. Ruangan itu hanya sebuah ruangan sempit yang di dalamnya hanya terdapat selambu hitam yang menutupi sesuatu di baliknya.

Jae Hoon berjalan ke arah selambu itu dan membukanya dengan satu gerakan cepat. Terdapat cermin dengan ukiran mawar berwarna emas yang sangat besar tergantung di dinding ruangan itu, ia mundur selangkah dan mengamati cermin itu sambil tersenyum penuh arti dan membuka mulutnya

"tunjukkan dia" katanya singkat.

Sesuai perintahnya cermin itu menunjukkan sosok wanita cantik dengan rambut hitam panjang yang terurai indah, wanita itu menggunakan celemek dan sibuk melayani tamu yang sedang makan sebuah kedai kaki lima kecil. Ekspresi wanita itu terlihat sangat bahagia seakan tidak ada kesedihan di dunia yang ia tinggali itu, orang – orang sekelilingnya juga menunjukkan ekspresi yang sama. Han Jae Hoon hanya melihat wanita itu lekat – lekat dan mengulurkan tangannya ke arah cermin itu dan mengusap cermin itu dengan lembut, kesedihan yang ia pendam dalam hatinya pun mulai tergambar di wajahnya 'aku akan segera mengeluarkanmu dari sana' katanya dalam hati.

000

Aku dan Ren berjalan di belakang Yoon Mi setelah keluar dari ruangan tuan Won, kami tidak mengeluarkan sepatah katapun begitu pula Yoon Mi. Sampai di depan meja penjaga Yoon Mi membalikkann badannya dan membuka mulutnya

"kalian harus pulang, berhati – hatilah"

"baiklah, kami duluan" kataku singkat dan membungkukkan badan lalu pergi meningggalkan Ren

"kami duluan" jawab Ren singkat dan berlari menyusulku.

Aku tenggelam dalam lamunanku sebelum meninggalkan ruangan tuan Won tadi, ia menahanku dan Ren untuk pembicaraan pribadi. Saat yang tersisa dalam ruangan itu hanya kami bertiga, tuan Won pun membuka mulutnya cepat "Han Sa Rang, kau tahu kan apa yang harus kau lakukan?" tanya tuan Won. Aku hanya terdiam menunjukkan ekspresi bingung dan menggeleng pelan, tuan Won tersenyum kecil dan melipat tangannya di atas meja,

"jika kau melakukan segalanya maka segalanya akan terbuka di depan matamu, jika kau menyerahkan diri pada takdir maka takdir akan menelanmu" sorot mata tuan Won semakin tajam mengarah padaku,

"apa yang kau pilih?" lanjutnya.

Aku berfikir keras mendengar semua itu dan kembali teringat pada gulungan kosong di tangan Yoon Mi, mataku melebar seketika "segalanya terbuka di depan mataku" kataku menemukan jawaban atas pertanyaan tuan Won.

Senyum puas mnegemang di ujung bibir tuan Won "kau lebih cepat dari dugaanku, ini akan menjadi awal bagiku" jawab tuan Won,

"awal?" kataku bingung

"ya, awalku memperbaiki kesalahhan putriku"

"putri? Yoon Mi eonni?" tanyaku hati – hati

"untuk kau sampai disini, sekarang Han Sae Ren" jawab Tuan Won santai dan mengalihkan pandangannya ke arah Ren.

Ren memajang ekspresi bingung dan sedikit memiringkan kepalanya, "kemarilah" kata tuan Won sambil menuliskan sesuatu pada gulungan kertas di mejanya. Aku mendorong Ren yang ragu untuk mendekati tuan Won, dan membuatnya berjalan lebih cepat mendekati meja tuan Won

"letakkan tanganmu disana" perintah tuan Won. Ren memasang ekspresi takut bercampur ragu dan perlahan melakukan apa yang di minta tuan Won, ketika tangan Ren menyentuh kertas itu keluar cahaya hitam kemerahan dan bunyi dentuman singkat. Saat aku membuka mataku gulungan kertas yang tadinya berada di meja tuan Won telah berubah menjadi sebuah buku, keningku berkerut penasaran

"ini.." kata Ren sontak menarik tangannya melihat buku yang tidak asing itu

"ambillah, kau akan membutuhkannya, cepat atau lambat kau akan menyerahkan dirimu" jawab tuan Won

"appa menyimpan milikku di dalam berangkasnya" jawab Ren canggung

"tidak, Han Bin mengembalikannya padaku katanya kau tidak membutuhkannya, tapi aku tahu cepat atau lambat kau akan menyerah pada takdir" tepis tuan Won tegas.

Aku menghembuskan nafas berat dari mulutku dan menundukkan kepalaku lemas, aku terus mengutuk keadaan yang ku alami saat ini 'ada apa sebenarnya' kataku dalam hati. Ren yang sejak tadi memperhatikanku dengan ekspresi bingung menggandeng tanganku dan memulai pembicaraan

"apa yang kau pikirkan? Tuan Won?" tanyanya.

Aku hanya melirik ke arahnya dan menghembuskan nafas berat dari mulutku diam. Ren yang paham dengan tingkahku memutuskan untuk tidak membahasnya lagi dan mengalihkan topik pembicaraan

"apa kau sudah memikirkan baju apa yang akan kau pakai minggu depan?" tanyanya dengan nada berharap, aku memiringkan kepalaku dan mulai berfikir "ada apa minggu depan?"

Mendengar jawabanku ekspresi Ren berubah kesal, ia langsung memukul keras lenganku "hey.. itu hari kelulusan kita.." omelnya tidak percaya

aku mengangguk kecil "ahh.." gumamku teringat

Ren menoleh kaget "AHH..?" ulangnya kaget.

Aku meringis kecil sambil menggaruk canggung belakang kepalaku. Tawa Ren pecah melihat kekonyolanku itu dan ia menggeleng heran sambil menyusuri jalan yang di penuhi dengan deretan kedai tteokpokki. Mata Ren tertuju pada seseorang yang membuat langkahnya terhenti, aku melihat ke arah Ren bingung dan mengikuti arah tatapan Ren.

Mataku langsung melebar kaget "Han Se Sang" panggilku pelan,

Ren menoleh ke arahku dan berkata dengan suara pelan "apa kau berjanji untuk menemuinya?"

Aku menggeleng singkat, tiba – tiba aku teringat bahwa dia akan menungguku dan membuatku mengutuk diriku sendiri 'kenapa kita lewat jalan ini' kataku dalam hati, aku menoleh ke arah Ren dan membuka mulutku "dia bilang dia akan menungguku" bisikku canggung. Mendengar perkataanku Ren membalikkan badan dan berbisik padaku

"apa dia menyukaimu?"

"aku tidak tahu" jawabku singkat,

"apa kau menyukainya?" tanyanya lagi

"aku.." jawabku terhenti,

"mwoya.. kau menyukainya?" tanya Ren kaget

"aku hanya memikirkannya setiap kali dia menghubungiku" elakku cepat.

Ren tidak menjawab apa – apa dan kembali membalikkan badan namun sosok Se Sang sudah ada di depannya sontak membuatnya berteriak kaget sambil mendorong Se Sang menjauh. Melihat reaksi Ren, Se Sang yang memasang ekspresi bingung membungkukan badan sambil meminta maaf

"maaf aku tidak bermaskud mengejutkanmu" kata Se Sang singkat,

Ren hanya menatapnya dan kembali menggandengku, ia merapikan bajunya dan melirikku sekilas. Aku yang tidak mengerti apa yang harus aku lakukan melirik Ren sebagai upaya meminta pertolongan, namun kami berakhir saling melirik satu sama lain 'kegagalan tim macam apa ini' kataku dalam hati. Se Sang yang sejak tadi mengamati tingkah kami membuka mulut

"apa bisa aku pinjam Sa Rang sembentar" katanya dengan sopan dan gagah.

Mendengar itu aku langsung menatap Se Sang lurus – lurus dengan wajah tercengang, tiba – tiba Ren melepaskan tanganku dan mendorongku ke arah Se Sang dengan gerakan cepat "ambilah, aku akan pulang duluan" katanya dan langsung berlari meninggalkanku bersama Se Sang, tentunya aku berusaha mencegatnya, namun gerakan Ren lebih cepat dari gerakanku. Aku terus melihat kearah Ren berharap ia kembali untukku namun harapan itu sia – sia, ia justru masuk ke dalam taksi dan semakin jauh meninggalkanku. Aku menundukkan kepalaku sejenak lalu menyibakkan rambut panjangku ke belakang menoleh ke arah Se Sang dengan tatapan sinis

"kau berubah seketika setelah saudaramu tidak ada di sekitarmu" katanya ringan sambil tersenyum kecil melihatku;

"WAE??" jeritku kesal.

Ekspresi Se Sang langsung berubah dan ia mulai mengamati sekelilingnya, orang – orang di dalam kedai terlihat menoleh ke arah kami kesal akibat teriakanku, dan membuatku tersadar saat ini kami menjadi pusat perhatian. Se Sang langsung menggunakan penutup kepala jaketnya dan berbalik meninggalkanku begitu saja, aku pun segera menunduk memindahkan rambutku ke depan menutupi wajahku dan berlari mengejar Se Sang.

Kami duduk berdampingan di sebuah ayunan, aku terus diam mendongak ke langit dan tidak mengeluarkan sepatah katapun. Rasa canggung yang semakin menguasai hatiku pun membuatku memutuskan untuk berdiri dan membuka mulutku "aku duluan" kataku sambil membungkuk singkat dan berjalan cepat meninggalkan Se Sang, melihat tingkahku Se Sang memasang ekspresi bingung dan berlari mengejarku

"hey, Han Sa Rang" teriaknya sambil mengejarku.

Aku terus berjalan cepat pura – pura tidak mendengar pangilannya, "Han Sa Rang" panggilnya semakin dekat denganku, saat aku merasa tangannya akan meraihku aku segara berlari dan tidak menoleh sama sekali. Se Sang yang melihatku berlari memutuskan untuk menghentikan langkahnya dan melihatku berlari semakin jauh darinya, ia menghembuskan nafas berat dari mulutnya dan mendongak menatap langit

"aku rasa kau memang berbeda dari yang lainnya"

sahutnya pelan dan membalikkan badannya berjalan ke arah yang berlawanan denganku.

***