Chapter 3 - 2

"SAYA TERIMA NIKAHNYA PARAMITHA BINTI SUJONO DENGAN MAS KAWIN YANG TERSEBUT DIBAYAR TUNAI."

Tegas, lantang dan cepat. Andre mengucapnya tanpa keraguan sedikitpun.

"Sah..."

Suara-suara itu menyambut ikrar lantang pernikahan yang baru saja Andre ucapkan.

Sang penghulu mulai membacakan doa. Semua yang berada diruang tamu rumah keluarga besar Magdalena mengangkat tangannya  masing-masing. Mendoakan hidup baru yang akan dijalani pengantin.

Andre nampak gagah dengan memakai jas hitam berkalung kan rangkaian melati. Dia sedang berkabung dengan nasibnya sendiri. Bayangan indah didepan mata dan bulan madu yang sudah dia rencanakan. Sekarang pupus sudah. Yang nyata berganti dengan pernikahan palsu yang sedang dia susun sendiri.

Sedangkan Mitha tertunduk dalam disebelahnya. Tak berani menatap siapa pun. Hijab putih dengan cadar brokat tipis menutupi sebagian wajahnya. Yang nampak hanyalah mata bulat dengan bulu mata lentik. Cantik sekali...

Gadis itu sedang menitikkan air mata dibalik selendang berenda yang menyatukan kepalanya dan Andre. 

Dia gemetar sejak tadi. Entah kenapa hatinya goyah. Dia sempat larut dalam kahayalannya sendiri, bahwa pernikahannya ini nyata, impian indahnya terwujud.

Tapi... dalam sekejab, bayangan indahnya itu memukul kepalanya. Memecahkan angannya, menyadarkan halusinasinya. Bak seorang artis, sekarang dia sedang berakting peran nikah-nikahan.

Lalu bayangan pesan Bu Mirna tadi pagi melintas, saat wajah tua itu tersenyum tulus menatapnya. Tak tega rasanya dia telah menipu mereka.

"Titip Andre. Anak lelaki ibu satu-satunya. Ibu berharap kehadiranmu membuatnya bahagia sampai ajal memisahkan kalian."

Kata-kata itu terngiang ditelinga Mitha, beberapa waktu yang lalu Bu Mirna mengenggam tangannya cukup lama. Matanya nampak basah dan memandangnya tulus. Lalu setelah cukup lama, Bu Mirna memeluknya dan mengucapkan kalimat sakral itu. Rasanya dunia Mitha langsung hancur saat itu juga.

Dia adalah seorang penipu. Bagaimana bisa dia mendapatkan amanat dari seorang ibu yang memohon padanya untuk membahagiakan anaknya. Dia tau jelas rasanya. Karena dia pun seorang ibu.

Tangannya mengenggam tissu yang sudah basah oleh keringat dan air matanya. Entah kenapa pekerjaannya kali ini terlalu berat baginya. Terlalu banyak orang yang terlibat. Harusnya dia tak menyetujui permintaan Andre sejak awal.

Satu persatu keluarga besar mereka bergantian memeluk mereka. Dan tak lama, orang tua Magdalena pun mendekat. Mengucapkan permintaan maaf dan mendoakan dengan tulus kebahagiaan Andre. Hati mereka sama hancurnya. Kecewa dan marah. Bayangan putri kesayangan mereka yang memakai baju pengantin pupus sudah.

Dimana lagi mereka bisa menemukan lelaki sebaik Andre. Walau tak kaya, tapi pangkat lelaki itu bisa menjadi tameng perusahaan mereka.

Akad nikah yang direncanakan berlangsung sesuai rencana. Para  kerabat dekat tetap datang seperti yang tertulis diundangkan. Bedanya, mereka mendapat sedikit kejutan. Bahwa yang menikah bukanlah salah satu keluarga mereka, melainkan seseorang yang diakui sebagai anak angkat keluarga itu.

Tentu saja ini menjadi tanda tanya. Ada apa dan mengapa?

***

"Uruslah buku nikah kalian. Mumpung kamu masih lama berada disini. Buku nikahmu dengan Lena yang telah kalian daftarkan tidak sah." Ujar Bu Mirna sesaat setelah mereka pulang kerumah.

"Nanti saja Bu. Masih banyak yang perlu Andre urus. Andre juga masih harus melihat situasi kantor."

Andre melirik Mitha perlahan. Gadis yang sedang berbincang dengan adiknya nampak cepat menyesuaikan diri. Profesional sekali batin Andre.

Semua orang pasti akan mengutuknya jika tau profesi apa sebenarnya yang dijalani Mitha.

Dia juga sangat cantik dalam balutan kebaya putih milik Noni yang mereka pilih secara mendadak. Tentu saja Andre tak sudi sedikitpun Mitha memakai kebaya milik Lena, apapun tentang gadis yang mengkhianatinya.

Kini, sesaat jantungnya sedikit berdebar saat melihat senyum manis perempuan itu.

Sekarang tinggal memikirkan apa  yang harus dia lakukan sesampainya dikantor nanti. Semua rekannya tau bahwa hari ini adalah hari pernikahannya. Bersyukur dia tinggal jauh dari kota ini, setidaknya dia masih punya waktu untuk berpikir.

***

"Uangnya sudah ku kirim semuanya ke rekeningmu." Ujar Andre pelan.

Keheningan yang terjadi sudah cukup lama, saat ini mereka berdua saja didalam kamar pengantin.

"Loh kenapa mas? Bukannya aku belum menyelesaikan pekerjaanku. Bagaimana kalau besok aku kabur." Ucap Mitha tak kalah pelan.

"Aku tau kau tak akan melakukannya." Jawab Andre sembari melipat sajadahnya. Dia baru saja menyelesaikan sholat asharnya.

"Aku hanya... Merasa bersalah padamu." Ujar Andre lagi dengan raut wajah memelas.

"Gak mas, jangan merasa bersalah. Aku sudah dibayar dengan harga yang sangat pantas." Ujar Mitha.

Perempuan itu nampak lebih lembut. Banyaknya asam garam yang sudah dia makan membuatnya sedikit banyak menjadi lebih tenang setiap menghadapi masalah. Baginya tak ada gunanya dia emosi atau marah, toh Tuhan tetap mengariskan jalan hidupnya. Yang terpenting baginya bagaimana caranya menjalani hidupnya sendiri.

"Aku juga merasa berdosa..." Guman Andre pelan.

"Aku sudah menipu semua orang."

Andre mengusap wajahnya yang masih basah oleh air wudhu. Dia duduk ditepi ranjang sambil menatap lawan bicaranya.

Perempuan yang berada didepannya sudah sah menjadi istrinya dalam pernikahan palsunya. Istri yang dibayarnya.

Wajahnya sangat cantik, tutur katanya lembut, begitu juga perilakunya. Walau profesi gadis itu terbilang tidak biasa. Tapi belum pernah sekalipun Andre melihatnya berkata kasar selama mengenalnya. Padahal hidup perempuan ini cukup mengenaskan baginya.

Dulu, suatu hari dia dan anggotanya sedang melakukan pengerebekan gembong narkoba disebuah club' malam. Mitha kebetulan berada disana. Menemani bandar narkoba saat itu.

Jadi mau tak mau gadis itu harus ikut digelandang kekantor polisi. Mengikuti serangkaian introgasi yang panjang. Bukan karena dia ikut memakai barang haram itu. Tapi karena dia berada diwaktu dan tempat yang salah.

Setelah itu Andre beberapa kali bertemu dengannya kembali. Gadis itu beberapa kali dipanggil kekantor polisi untuk melengkapi bukti dan wajib lapornya.

Disanalah Andre jadi sedikit mengenal kehidupan pribadinya. Banyak yang mengatakan perempuan cantik itu berbahaya, itulah yang terjadi sekarang. Kecantikan Mitha sangatlah berbahaya baginya.

Tok.. tok.. tok...

"Bang.."

Suara ketukan pintu dan panggilan terdengar dari balik pintu. Mitha dengan cepat beranjak dari kursinya dan membuka pintu.

Nampak Noni memperhatikan raut wajah mereka sebentar sebelum memulai bicara. Sedikit aneh, kedua orang yang berada didalam ruangan nampak tak sedikitpun menunjukan tanda-tanda bahagia. Wajar saja sih sebenarnya, kakaknya yang sangat bersemangat memulai kehidupan baru dengan Magdalena tiba-tiba saja dikhianati. Hatinya pasti sangat hancur saat ini.

Lalu siapa Mitha sebenarnya? Mungkinkah dia hanya dijadikan TTM seperti mbak Ria dulu batin Noni. Atau dia pacar lain bang Andre dikota itu, sehingga dengan mudah mau diajak menikah. Kakaknya tidak mau menjelaskan apapun pada mereka siapa sebenarnya Mitha.

Ah sudahlah apakah itu penting sekarang?

"Apa kalian sudah selesai? Kita akan memulai persiapan memakai baju pengantin yang sebenarnya." Ujar Noni bersemangat.

"Oh ya bang, bang Mario ada didepan." Ujar Noni lagi.

Senyumnya mengembang memberikan dukungan pada kakaknya tersayang.

TBC