Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Beauty and The Cat

Annesa_Green
--
chs / week
--
NOT RATINGS
1.6k
Views
Synopsis
Arimbi pikir bahwa kepindahannya ke tempat ayahnya akan membuat hidupnya kembali tenang. Namun siapa sangka bahwa ia justru mengalami sebuah teror mimpi. Mimpi mengerikan yang setiap hari selalu sama, hingga membuat Arimbi memutuskan untuk masuk sekolah asrama. Sayangnya, apapun yang dilakukan Arimbi seolah tidak bisa mengubah fakta. Arimbi tetap bermimpi buruk bahkan terkadang insomnia. Arimbi merasa, dia selalu di awasi. Arimbi bahkan tidak tahu, apa yang membuat dosen tampannya bernama Pak Prabu selalu mengawasinya dengan intimidasi. Kejadian demi kejadian Arimbi alami di sekolahannya. Mulai dari hal yang hampir membuatnya celaka hingga akhirnya Arimbi tahu, rahasia besar apa yang Prabu sembunyikan dari dunia. Di saat Arimbi harusnya lari demi menyelamatkan nyawanya, Arimbi justru terjebak dalam lingkaran pesona Prabu Airlangga. Apa yang harus Arimbi lakukan jika nyatanya Prabu adalah malaikat pencabut nyawa sekaligus pelindungnya? "Disampingku akan membuatmu terluka." ~Prabu Airlangga. "Aku tidak peduli bahkan bila kau menyeretku ke neraka." ~Arimbi Tunggadewi.

Table of contents

Latest Update1
Bab 14 years ago
VIEW MORE

Chapter 1 - Bab 1

Arimbi lagi-lagi terbangun di waktu yang sama. Dini hari tepat pukul 02.02. Selalu saja seperti ini setiap hari. Semenjak kepindahannya ke tempat ayahnya di Jawa Timur, Arimbi seperti dihantui mimpi buruk. Anehnya, mimpi itu selalu sama seolah sengaja membuat klise di ingatan Arimbi.

Tangisan pilu seorang perempuan, jeritan sakit seorang pria, dan kemarahan perempuan paruh baya. Arimbi tidak tahu, kenangan-kenangan pilu itu milik siapa.

Tapi, kenapa Arimbi ikut merasakan sakitnya???

Kenangan siapakah itu sebenarnya?

Arimbi memegang dadanya yang tiba-tiba terasa ngilu. Di saat bersamaan, terdengar suara ketukan pada pintu kamarnya. Arimbi lekas bangkit dari dipannya dan berjalan membuka pintu.

Terlihat wajah tegang Rendra yang menyambutnya. Rendra adalah ayah kandung Arimbi. Lelaki paruh baya yang baru 3 bulan ini tinggal bersamanya.

Katakanlah Arimbi dulu termasuk anak durhaka. Ketika orang tuanya bercerai, Arimbi kecil yang kala itu masih berusia 10 tahun memutuskan untuk ikut bersama ibunya dan memilih mengabaikan ayahnya.

Namun kini, seolah karma mendatangi Arimbi. Arimbi ternyata membutuhkan sosok ayahnya sebagai pelindung hidupnya. Dulu, tinggal bersama ibunya memang menyenangkan. Ibunya wanita karir yang sukses, gaji puluhan juta. Segala kebutuhan Arimbi mudah untuk dikabulkan. Tidak seperti ayahnya yang hanya berprofesi sebagai polisi kota biasa.

Tetapi, semua itu berubah ketika ibunya memutuskan untuk menikah lagi. Bukan tanpa sebab mengapa Arimbi tidak menyukai calon yang dibawa oleh ibunya. Lelaki yang usianya 7 tahun lebih muda dari ibunya itu bukanlah pria baik-baik. Lelaki itu pernah hampir memperkosa Arimbi hingga membuat Arimbi trauma dengan sentuhan lawan jenis. Arimbi selalu menghindar dan mengunci diri di kamar ketika pria bajingan itu bertandang ke rumahnya.

Arimbi tidak bisa menceritakan perihal masalahnya kepada sang ibu. Daripada takut, Arimbi lebih khawatir ibunya merasa tidak baik-baik saja. Arimbi sangat menyayangi ibunya. Ia tidak mau membuat ibunya over thinking apalagi terluka lebih dalam. Karena Arimbi tahu, ibunya begitu tulus mencintai lelaki bajingan itu.

Dan ketika ibunya benar-benar memutuskan untuk menikahi kekasihnya, Arimbi tidak punya pilihan lain selain keluar dari tempat yang akan menjadi nerakanya kelak itu. Arimbi tidak akan pernah bisa hidup satu atap dengan lelaki yang hampir menodai dirinya. Arimbi terlanjur sangat membenci lelaki itu. Sampai mati pun, Arimbi tidak akan menganggapnya bagian dari keluarga barunya.

Arimbi lalu memutuskan untuk mencari ayahnya dan tinggal bersamanya. Hanya itu satu-satunya jalan yang Arimbi punya saat ini.

Dan saat Arimbi bertemu dengan sang ayah kandung, hal yang membuat Arimbi terharu adalah Rendra masih menyambutnya dengan sukacita. Pria paruh baya itu bahkan menangis, mengatakan merindukan putrinya yang lama menghilang.

Arimbi melihat ketulusan di mata ayahnya hanya bisa terisak keras. Merasa berdosa karena selama ini mengabaikan pria yang turut andil menghadirkannya ke dunia itu. Nyatanya, ayahnyalah satu-satunya tempat berlindung yang ia punya ketika Arimbi tidak punya siapa-siapa.

Di hadapan ayahnya, Arimbi menceritakan segala hal yang telah ia lalui, termasuk kejadian yang membuat Arimbi trauma. Rendra murka. Hatinya ikut sakit membayangkan putri semata wayangnya hampir mengalami kejadian naas. Rendra bahkan hampir tidak bisa mengontrol amarahnya dan memutuskan untuk membuat janji temu dengan sang mantan istri beserta suami barunya itu.

Rendra akan membuat perhitungan. Kalau perlu membalas dendam. Membunuh pun sanggup Rendra lakukan. Dia kepalang marah, mendengar cerita putrinya hampir dilecehkan, Rendra tidak bisa menerima begitu saja.

Tetapi, Arimbi menghalangi. Dia tidak mau membahas masalah itu lagi, yang Arimbi butuhkan sekarang adalah kedamaian. Tinggal bersama ayahnya cukup membuat Arimbi merasakan kembali hangatnya keluarga. Meski ayahnya seorang single parent, tapi pria itu benar-benar menjaganya dengan baik. Mencoba memberikan fasilitas terbaik, meskipun Arimbi tahu bahwa di daerah terpencil seperti ini sulit untuk mendapatkan akses yang komplit.

Namun akhir-akhir ini, tinggal bersama ayahnya tak semenyenangkan seperti saat-saat sebelumnya. Arimbi merasa dirinya perlahan di teror. Oleh mimpi buruk yang tak jelas dan perasaan was-was. Arimbi tidak tahu apa yang sebenarnya dia alami, tapi Arimbi takut, jika kondisinya akan membuat Rendra ikut terpuruk.

Ayahnya sering merasa bersalah. Menyalahkan diri sendiri atas apa yang terjadi pada Arimbi. Rendra merasa tidak becus menjadi seorang ayah, hingga tidak tahu bahwa putrinya banyak menderita selama ini.

Rendra terus meminta maaf karena telah ikut mengabaikan Arimbi. Andai Rendra tahu dimana putrinya itu tinggal, Rendra sudah pasti menjemputnya sejak awal, tanpa perlu harus Arimbi yang mencari keberadaannya terlebih dahulu. Bukan secara sengaja Rendra abai pada putrinya, tapi mantan istrinya dulu benar-benar menutup rapat info dan akses bagi Rendra untuk sekadar bersua dengan Arimbi.

Rendra bahkan berpikir bahwa mungkin hidupnya akan ia habiskan sebatang kara andai saat ini Arimbi tidak pulang ke rumahnya. Namun ternyata Tuhan masih berbaik hati. Membiarkan putrinya kembali untuk menemani Rendra di masa tua.

Sayangnya Arimbi kembali tidak dengan kondisi baik-baik saja. Gadis itu masih trauma, dan Rendra rutin membawanya ke psikolog guna penyembuhan.

Awalnya Rendra pikir mental Arimbi perlahan mambaik. Tapi nyatanya, putrinya itu makin tak terkendali. Setiap malam Arimbi selalu menjerit-jerit. Membuat Rendra berasumsi bahwa trauma Arimbi masih membekas di alam bawah sadarnya.

Padahal, Arimbi mengalami itu bukan karena traumanya, melainkan mimpi buruknya. Mimpi yang benar-benar menguras tenaga dan pikiran Arimbi karena terus berulang setiap hari. Arimbi tidak tahu apa yang menyebabkan mimpi aneh itu terus menghantuinya. Seolah-olah, itu adalah kutukan yang Arimbi bawa. Tapi, kutukan apa? Dan kenapa harus Arimbi yang mengalami?

Arimbi pikir, mungkin traumanya sudah mereda dan bisa saja sekarang ia kena skizofrenia. Tetapi menurut dokter yang menanganinya, kondisi kejiwaan Arimbi mulai membaik dan tidak ada indikator gangguan mental yang lain.

Lantas kalau begitu, mungkinkah ada bagian dari otaknya yang salah, hingga terus mengulang memori yang sama dan mimpi yang sama?

Arimbi hampir menyerah dengan kondisi yang dialaminya. Tetapi ketika melihat wajah Rendra yang setiap hari mengkhawatirkannya, Arimbi jadi merasa tidak tega.

"Mimpi buruk lagi?"

Dahi Rendra sampai berkerut was-was.

Arimbi malah tersenyum simpul. "Maaf membuatmu terbangun, Yah!"

Rendra menarik nafas panjang. Bersandar pada pintu sambil bersedekap dada.

"Tidak perlu meminta maaf. Ini sepenuhnya bukan salahmu. Perlukah kita konselling lagi?"

Arimbi meringis. "Tidak perlu. Kata dokter Mitha, kondisiku sudah membaik. Ini sepenuhnya hanya mimpi buruk. Ayah jangan khawatir berlebihan!"

Arimbi mengelus lengan ayahnya. Rendra hanya dapat membuang nafas lelah. Putrinya benar-benar keras kepala. Persis seperti mantan istrinya. Arimbi terlalu banyak mengambil sifat Resya yang negatif. Membuat Rendra sedikit khawatir jika Arimbi kelak akan seperti ibunya.

"Kalau besok masih mimpi buruk dan membuatmu menjerit seperti tadi, ayah tidak mau tahu. Lusa kita akan membuat janji temu dengan dokter Mitha kembali."

Arimbi mengangguk mengiyakan, daripada ayahnya lama-lama akan memberikan kultum malam-malam.

Rendra berjalan kembali ke kamarnya setelah sejenak membelai rambut Arimbi. Begitu melihat kamar Rendra sudah tertutup, Arimbi buru-buru masuk ke kamarnya dan menguncinya dengan rapat. Berjalan ke arah laci nakas dan menarik selembar kertas formulir dari dalamnya, Arimbi memantapkan tujuan awalnya.

Besok, Arimbi akan memberi tahu ayahnya kalau dia memutuskan untuk masuk ke sekolah asrama. Bukan tanpa sebab, tapi Arimbi tidak ingin melihat ayahnya terus menerus mencemaskan keadaannya.

Setidaknya, di asrama Arimbi akan memiliki banyak teman. Mungkin saja dengan sering berinteraksi dengan orang lain, mimpi buruk Arimbi perlahan menghilang. Arimbi hanya dapat berharap, semoga ini jalan keluar terbaik untuk masalahnya.

~tbc~

......