Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Tentang Retrouvailles

🇮🇩yupitawdr
--
chs / week
--
NOT RATINGS
20.5k
Views
Synopsis
Maksud Lyodra kembali ke Jakarta adalah memperbaiki hubungan pertemanannya dengan Nuca. Tapi, ia terlalu naif. Semuanya sudah berubah. Nuca bukan anak kecil lagi yang mau menerimanya setelah kesalahan yang ia perbuat. Ia berusaha agar semuanya tetap baik-baik saja. Tapi, sayang pertemuannya dengan sosok lelaki bernama Samuel membuat hidupnya tidak pernah tenang. Dulu, Lyodra punya segalanya. Keluarga, teman yang baik, dan kebahagiaan. Lantas, setelah kembali, hidupnya jungkir balik. Hancur. Karena Samuel. "Mulai sekarang, lo harus nurut sama gue. Apapun yang gue perintah harus lo lakuin. Posisikan diri lo sebagai budak gue. Gue nggak menerima bantahan, kalau lo masih berani ngelawan, gue jamin aib orangtua lo kebongkar. Bahkan gue bisa nyuruh pengawal-pengawal gue buat bunuh nyokap lo," ucap Samuel penuh ancaman. Lyodra memejamkan matanya ketika tangan Samuel mengusap air matanya yang jatuh. "Tahu hal terburuk apalagi yang bakal terjadi kalau skandal bokap lo sama pramugarinya kebongkar? Gue jamin dia bakal dipecat dan keluarga lo akan hancur. Jadi.. lo ngerti kan?" Meksipun berat, Lyodra akhirnya mengangguk. Samuel tersenyum penuh kemenangan. "Sekarang pulang sana. Engap apartement gue ada lo," usir Samuel sambil mendorong Lyodra menjauh. Dengan tangis yang belum reda, Lyodra membenahi kemejanya agar kembali rapi. Hatinya sakit sekali diperlakukan kurang ajar begini. Ia keluar dari kamar Samuel, menyambar tas nya yang tergeletak di dekat sofa ruang depan lalu benar-benar keluar dari unit apartement dengan nomor 198 tersebut. Ia mengusap air matanya yang terusan keluar. Lorong sepi yang dilewatinya menjadi saksi betapa hancur dirinya sekarang. *** Lyodra yang awalnya keras kepala dan tidak mau kalah berubah 360°. Gadis itu menjadi lebih pendiam dan sering murung ketika satu-persatu rahasianya berada di tangan Samuel.

Table of contents

Latest Update1
Prolog4 years ago
VIEW MORE

Chapter 1 - Prolog

"HAI, apa kabar?"

Lyodra Margaretha Ginting. Di hari pertama ia menyandang status siswi baru, ia sudah berani mencegat seorang siswa kelas dua belas di koridor sekolah. Gadis itu tersenyum lebar dengan mata berbinar.

Ada jeda sekitar lima belas detik. Lelaki di depannya itu hanya menatapnya datar. Tanpa ekspresi. Berbanding terbalik dengan dirinya, yang begitu exited dan senang sekali bertemu kembali. Senyumnya perlahan luntur. Lelaki itu tidak mengatakan apapun. Hanya memandangnya dengan sorot biasa saja.

"Hai," jawab lelaki itu. Singkat. Kemudian pergi. Tanpa permisi dan itu sedikit membuat Lyodra sakit hati.

Lyodra melongo. Respon lelaki tadi itu benar-benar di luar perkiraannya.

Padahal, tiga tahun yang lalu semuanya masih baik-baik saja. Mereka sebenarnya berteman sejak kecil, sejak masih ingusan. Kemanapun selalu berdua, seolah tidak terpisahkan. Tapi, saat keluarganya memutuskan pindah ke Medan saat ia menginjak kelas dua SMP, mereka lost contact dan bertemu kembali hari ini.

Padahal, saat ia memutuskan untuk ikut kakaknya kembali ke Jakarta. Ia sudah berharap dan memimpikan banyak hal. Termasuk semua hal tentang lelaki itu.

"Kak Nuca!! Tunggu!!" teriaknnya kemudian mengejar lelaki itu sebelum menghilang di belokan koridor.

Untung saja sekolah lumayan sepi karena masih pagi. Jadi, ia bisa lebih leluasa. Lyodra menarik lengan Nuca kemudian menahannya agar tidak kemana-mana.

"Apa?"

Lyodra menahan emosinya agar tidak meledak. Mau marah karena respon Nuca tadi tapi ia cukup sadar diri. Memangnya ia siapa?

"Kak Nuca kenapa sih?"

Nuca menaikkan sebelah alisnya. "Emangnya gue kenapa?"

Lyodra merengut. Ia jadi gregetan sendiri. "Kenapa biasa aja gitu pas lihat aku kembali?!!"

"Terus gue harus gimana?"

"Ya ngapain kek. Heboh gitu, peluk, atau apa gitu!!"

Nuca menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia melepaskan cekalan tangan Lyodra dengan sedikit paksa karena Lyodra semakin mengeratkan pegangannya.

"Nggak jelas," kata Nuca pelan sambil kembali beranjak pergi.

Meninggalkan Lyodra sendiri.

Dari hari itu, Lyodra sadar bahwa ia begitu naif selama ini. Mengharapkan kisah hidupnya seperti di fairytale yang akan berakhir bahagia. Lalu, semuanya akan berjalan sebagaimana mestinya.

Padahal, beberapa hal di dunia itu bukan ditentukan oleh kita. Semesta yang bekerja. Kadang, kita juga hanya perlu menerima.