Di kantor, Carlos Effendi sedang menggosok yodium, dan sudut mulutnya bergerak-gerak terus menerus. Jantungnya kesal sekaligus sedih. Dia dipukuli oleh seseorang hari ini. Anak itu terlalu berani.
"Saudaraku, ada apa?" Herman Effendi masih memiliki bekas luka di keningnya. Melihat kakak tertuanya dipukuli seperti ini, aku merasa sedikit aneh. Masih ada orang di tanah di Kota Surabaya yang berani melakukan sesuatu padanya.
Meskipun Carlos Effendi bukan karakter yang sangat kuat, dia juga seorang taipan di industri real estate. Siapa pun yang bertemu dengannya harus keras kepala. Siapa yang begitu berani?
"Rumput! Aku dipukuli oleh anak laki-laki tak dikenal, oh, sakit sekali." Carlos Effendi mengutuk, dan menarik luka di sudut mulutnya, dan tidak bisa menahan untuk tidak berteriak.
"Bocah tanpa nama itu, apakah kamu tahu siapa itu?" Herman Effendi mengerutkan kening dan bertanya.