Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

MY MINE

Martin_Nugroho
--
chs / week
--
NOT RATINGS
2.8k
Views

Table of contents

VIEW MORE

Chapter 1 - 1. Pertemuan

Dijalanan yang tersembunyi dibalik pegunungan dan perkebunan hijau ada sebuah mobil yang melintas perlahan, sebuah mobil yang dikendarai oleh seorang pemuda tampan tiba tiba menghentikan mobilnya dengan mendadak...

Seorang melambai lambai didepan mobilnya dan mendekat ke arah mobilnya ketika mobil itu berhenti mendadak...

Dengan rambut yang acak acakan, nafas yang tidak beraturan, dan baju yang sangat tipis dan kusut wanita itu berkata

"Please! Help me!" sambil mengatupkan tangannya dan sesekali mengetuk kaca jendela.

Terlihat dari dalam mobil, mata wanita itu penuh dengan ketakutan dan dengan rasa cemas, air matanya mulai menetes sambil pemohon mohon.

"Masuklah" kata Can Yaman sambil membuka kaca mobilnya.

Can Yaman kembali menjalankan mobilnya. Kesunyian terjadi didalam perjalanan, suara musik yang tadinya terdengar pun sengaja dimatikan.

"Bolehkan aku tau kemana aku harus mengantarmu?" tanya Can Yaman.

"Aku tidak tau, aku tidak ingin kembali kedesa ini apalagi ketempat itu. Itu sangat menakutkan" terdengar sebuah kesesakan saat wanita itu berkata.

"Tuan, bolehkan aku ikut denganmu? Mungkin kau kekurangan pekerja di rumahmu?" kata wanita itu dengan suara yg sedikit bergetar.

Can Yaman hanya melihat dengan tatapan mata yang tidak bisa ditebak.

"Tuan, aku janji aku akan bekerja dengan baik. Aku benar benar bisa bekerja Tuan, aku sangat membutuhkan bantuan." kata gadis itu lagi dengan tatapan yang sangat memohon.

"Jika kau tidak mau, bisakah bawa aku ke kota asalmu Tuan. Lalu kau bisa meninggalkanku di jalanan, itu sudah cukup Tuan." sambung wanita itu dengan mata yang penuh permohonan dan suara yang putus asa.

"Aku tidak suka wanita berisik" kata Can Yaman dengan nada ketus.

"Aku tidak akan berisik Tuan, bantu aku setidaknya sampai kau tiba di kota asalmu" kata wanita itu dengan memohon.

"Ceritakan bagaimana kau bisa berlari keluar dari tengah hutan" tanya Can Yaman tanpa menatap wanita itu.

"Semenjak ibuku meninggal, ayahku mempunyai banyak hutang. Ayah menjadi orang yang tidak aku kenal, berjudi selalu menjadi tujuannya" kata wanita itu dengan mata yang mulai berkaca kaca.

"Dia selalu ingin mencoba keberuntungannya agar bisa membawaku pergi dari sini. Tapi, keberuntungannya tidak lebih besar dari hutangnya, dan apa yang dia lakukan malah membuat dirinya sendiri dan aku semakin menderita karna hutangnya yang semakin banyak." suara wanita itu bergetar dan air matanya mulai menetes.

"Lalu?" tanya Can penuh dengan selidik.

"Lalu atas ijin ayahku orang orang dari rumah perjudian dan rumah bordil milik Mami Yener membawaku untuk melunasi hutangnya. Aku tau itu berat untuk ayahku, tapi dia harus melakukannya agar rumah peninggalan ibu tetap aman." kata wanita itu dengan air mata yang sudah membanjiri pipinya.

"Dan Mami Yener akan menjualku ke salah satu tamu disana. Aku kabur dan entah sudah seberapa jauh aku berlari, aku mencoba menyusuri jalanan berharap lolos dari kejaran anak buah Mami Yener dengan cara menemukan mobil yang lewat dan meminta tolong." kata wanita itu suaranya serak dan penuh ketakutan. Seolah olah bahaya masih ada di sekitarnya.

Seketika Can menghentikan laju mobilnya. Menatap ke wanita itu yang penuh dengan ketakutan.

"Tuan..." kata wanita itu penuh dengan putus asa. Tiba tiba Can mengemudikan mobilnya membelokan menujzu arah berlawanan. Wanita itu pun menangis menjadi jadi.

"Tuan... aku mohon..." kata wanita itu sambil mengatupkan tangannya.

"Tuan..." kata wanita itu lagi dengan air mata yang penuh dengan permohonan.

"Kau hanya perlu diam, dan aku akan meyelesaikannya." kata Can Yaman.

"Tapi Tuan........" belum selesai wanita itu berkata Can Yaman sedikit membentak.

"DIAM!"

Bentakan Can Yaman membuat wanita itu terdiam, air matanya keluar dan wanita itu sudah tidak bisa berkata kata lagi. Pasrah dan putus asa yang dilakukan wanita itu.

Dengan kecepatan maximal, 30 menit ditempuh menuju rumah Mami Yener. Can turun dan membukakan pintu untuk wanita itu. Wanita itu terdiam sejenak lalu menatap Can dengan tatapan memohon.

"Kau bilang kau ingin ikut denganku, maka kau harus turun dulu setelah semua selesai, kau bisa ikut denganku." kata Can sedikit ketus. Wanita itu turun dari mobil dengan tubuh yang gemetar ketakutan dia berdiri dihadapan Can. Wajahnya kotor dan sudut bibirnya berdarah. Badannya penuh luka tipis dan pakaian yang dikenakan sangat tipis. Can melepas jaketnya dan memberikan kepada wanita itu.

"Pakai ini dan ikutin aku!" kata Can dengan tegas.

Wanita itu segera memakai dan mengikuti Can, berjalan tepat dibelakang Can dan memegangi pakaian Can wanita itu benar benar bergetar ketakutan.

Seorang pelayan membukakan pintu dan nempersilahkan Can Yaman dengan penuh hormat. Tetapi seketika tatapannya penuh dengan penghinaan ketika melihat wanita dibelakang Can.

Seorang wanita yang sudah berumur tetapi masih tetap terlihat cantik menyapa Can Yaman dengan tatapan penuh hormat.

"Tuan Can Yaman, sudah sangat lama sekali kau tidak datang. Apa yang bisa membuat wanita ini menyenangkan Tuan Can Yaman?" kata Mami Yener penuh dengan hormat.

Can bergeser dan terlihat jelas seorang wanita yang sedang Mami Yener cari. Berusaha menahan emosinya, tatapan Mami Yener sangat kejam kedapa wanita itu. Tiba tiba tatapannya berubah menjadi lembut ketika Mami Yener menatap Can Yaman.

"Tuan Can Yaman, dia adalah anak buah rumahku yang kabur semalam. Aku sangat berterimakasih karna Tuan Can Yaman mengantarnya sampai kesini." kata Mami Yaner dengan suara yang sedikit berat menahan emosi.

"Pengawal bawa..." belum selesai Mami Yener berbicara sebuah suara menghentikan kata katanya.

"Berapa aku harus membayar untuknya?" kata Can.

"Maaf bukan untuk satu malam dengannya, tapi untuk seluruh hidupnya." sambung Can dengan suara tegas.

"Hahahaha, Tuan Can kau sangat bermurah hati terhadap gadis kecil ini." kata Mami Yener

"Aku rasa 150 ribu lira adalah harga yang pantas untuknya." sambung Mami Yener dengan senyum yang sumringah. Can duduk di kursi yang ada, mengeluarkan sebuah kertas dan memberikannya pada Mami Yener.

"Tulis yang kau mau, tidak lebih dari 400 ribu lira" kata Can segera pergi sambil menggenggam tangan wanita disampingnya. Mami Yener melambai dengan senyum sumringah diwajahnya.

Perjalanan menjadi semakin sunyi ketika musik pun tidak dinyalakan, tanpa pembicaraan Can Yaman dan wanita itu pun terdiam satu sama lain.

"Aku harus memanggilmu apa?" kata Can memecahkan keheningan.

"Kau bisa memanggilku Hazal" kata wanita itu.