Chereads / Memoar / Chapter 3 - Hidup Yang Kita Inginkan

Chapter 3 - Hidup Yang Kita Inginkan

"Senang berbisnis bersama mu."

Saat seorang pria menjabat tanganku dan mengatakannya.

Aku melebarkan senyum dan dengan yakin membalas, "ya senang berbisnis dengan anda juga."

Masih kuingat rasanya, pertama kali melakukan negosiasi dengan client. Melakukan penawaran melalui presentasi singkat, dan melakukan konsultasi mengenai project yang akan kukerjakan.

Tapi ...

Sebelum semua itu kulakukan, aku hanyalah seorang mahasiswa kuliah pulang-kuliah pulang yang mampir ke apartemen sekadar untuk menunggu pergantian jam mata kuliah berganti.

•••

Jarum jam menunjukkan pukul 4 sore KST. Aku hendak keluar dari apartemen mewahku, berniat pergi ke perpustakaan dan menenggelamkan diriku pada setumpuk buku hanya untuk membuat sebuah jurnal ilmiah.

Seperti bukan rutinitas yang kuingin ketika menjadi seorang mahasiswa.

Sejam sebelumnya, ibu menelpon.

"Kau senang? Kalau begitu habiskan waktumu dengan berbaring dan main SNS setiap waktu!" Ibu terdengar marah di telepon. Padahal ia yang bertanya lebih dulu sedang ada di mana diriku.

Memangnya salah jika kujawab, "di atas kasur dan bersandar saja."

Aku mengecek ponsel kembali sebelum benar-benar bersiap keluar rumah. Postingan di Instagram maupun SNS ku tidak ada yang salah.

Tunggu apa ini?

Sebuah akun mengkomentari kirimanku di Instagram.

@anonimous Hei @xxleeseeu kau menghabiskan waktumu dengan berbaring di rumah dan membuang uang pada tempat-tempat mewah di Seoul? Kemana otakmu?

"APA?!"

Tanpa pikir panjang aku menghapus komentar itu. Sudah kuduga pasti ibu menyuruh seseorang untuk mencari tahu akun media sosial ku dan berkomentar tidak sopan.

Tidak lupa juga ku nyalakan mode non-aktif komentar.

Di Sungkyunkwan University yang bagiku tak begitu besar, terutama karena aku berada di gedung kampus sosial. Aku sering melihat beberapa orang yang sama. Mungkin, aku punya analisa yang baik mengenai fitur wajah dan model pakaian yang sering mereka kenakan.

Dan, di lorong departemenku. Beberapa orang ramai membicarakan gadis berkaki jenjang itu. Sepertinya dia ada di laman SNS ku beberapa waktu lalu.

"Hei, Choi Ae Rin, kita belum buat perjanjian."

"Temui Ji Yoo, kau nanti akan membahasnya bersama dia."

"Baiklah."

Jiwa untuk mengetahui lebih dalamku selalu keluar. Begitu melihat satu sama lain aku pun paham, mereka tidak sedekat itu kan, untuk saling bicara empat mata? Ada urusan apa sebenarnya?

Aku pura-pura mampir ke minimarket di mana perempuan modis dengan kaki jenjang datang ke sana. Ia membeli ice cream.

Dan... Keluar menuju taman. Di sana dia terlihat memakai headphone.

"Bersantai???"

Aku kenal pria yang ditemui perempuan ini, Young Jin atau sapaannya YJ. Dia dari klub basket dan lumayan populer di angkatan kami.

Young Jin bertemu dengan seorang perempuan di sudut Cafe. Aku bisa tahu, mereka juga tampak gugup satu sama lain. Karena tidak tahan duduk tanpa obrolan selama 10 menit. Aku menghampiri karena duduk tak jauh dengan mereka.

"Hei... YJ jadi langsung saja ke intinya."

Perempuan di hadapan ku tiba-tiba terperangah.

"Aku Lia satu jurusan dengan YJ."

Kuulurkan tanganku. Ji Yoo menerimanya, sedikit tersenyum ragu.

"Aku berbisnis dengannya, tenang saja. Maaf mengagetkan, Ae Rin mengirimku to come here." Dengan aksen yang kubuat, Ji Yoo hanya mengangguk.

Awalnya YJ tampak tidak setuju dengan kehadiranku. Ia juga malu mengatakan niatnya.

"Begini saja, kau harus melakukan DP terlebih dahulu."

"Apa?"

Ji Yoo sama terperangahnya.

"Tugas ini tidak mudah. Bagaimana?"

"Baiklah." YJ mengeluarkan uang cash dari dompetnya dan menyerahkan padaku.

"Setuju. Jadi, bagaimana? Apa yang akan kau presentasikan.".

"Manajemen pemasaran club basket."

"Aku paham. Makalah ini tidak lebih dari 8 lembar." Aku menarik Ji Yoo untuk ke toilet sebentar.

"Aku paham apa yang dimaksud YJ. Jadi mari lakukan ini bersama."

Ji Yoo mengangguk seolah ia mengerti. Aku merampas hapenya dan memasukkan nomor ponselku. Setelahnya mengetikkan sesuatu di kolom chat dan meminta Ji Yoo mengirim pesan itu pada Ae Rin.

"Aku?"

"Ya, harus kau yang mengirimkan, agar dia percaya."

Ji Yoo agak ragu namun tidak bisa juga untuk menunggu lebih lama. Ia segera mengirim pesan.

Ketika aku kembali bersama Ji yoo. YJ seolah masih menunggu kehadiran kami, atau...? Sebenarnya ia tertarik pada Ji Yoo dan aku mengacaukan nya.

YJ tampak senang dibalut gugup ketika Ji Yoo sudah menempatkan diri di kursinya semula.

"Kalau begitu, apa saja yang akan kau lampirkan dalam makalah mu?"

Karena mereka sudah memulai percakapan, aku pamit untuk menemui Choi Ae Rin.

"Ini."

Aku menyodorkan uang pemberian YJ.

"Siapa kau?"

"Aku, Lia. Perkenalkan. Rekanmu."

"Apa? Hah." Choi Ae rin masih tak percaya. Ia semestinya sudah membaca pesan yang dikirim partner nya itu.

"Kau tak baca pesan?"

"Sudah. Bagaimana bisa kau lancang ingin mengolah bisnis kami?"

"Aku tidak lancang, aku ingin bekerja sama dengan kalian. Aku punya kualifikasi dan mampu dalam pemasaran bisnis ini. Kau yang ingin menenangkan diri di sini meninggalkan Ji Yoo untuk negosiasi bersama YJ. Bukankah itu bukan hal biasa baginya??"

"Baiklah, baiklah."

"Terima ini."

"Satu jam lagi kita akan mulai bekerja. Kuharap kau tidak merengek karena akan bermunculan kantung mata, dan semacamnya."

"Tidak akan. Baiklah. Bagaimana bagi hasilnya 10% dari target client dan di luar upah jam kerja?"

"10% hei!!!"

Ae Rin mungkin hampir melayangkan sikunya. Aku tidak peduli.

"Berapa banyak yang kau bisa ajak negosiasi?" Tanyanya kemudian.

"18 dalam sebulan."

Meski agak tidak yakin, tapi aku akan berusaha.

"Baiklah, tapi jika kita mendapat tugas akhir. Hal ini akan merubah kesepakatan awal."

Hatiku berbunga, sepertinya ini awal aku akan berhenti menjadi pengangguran.

Kira-kira begitulah awal aku bertemu dengan Ji Yoo, gadis pemalu yang sebenarnya sangat baik!

•••

"Pssstt, Ji Yoo aku dapat client." Perpustakaan masih sepi di pukul 09.00. Ji Yoo sudah mendapat tiga buah buku dengan tema psikologi.

"Siapa?"

"Departemen jurnalistik. Review artikel berita."

"Kau bisa mengerjakannya kali ini? Sepertinya kita sudah dapat diluar targetmu."

"Aish... Baiklah. Profitmu?"

"Tidak masalah, aku sudah cukup." Ia lanjut berbisik, "aku ada kencan Minggu ini dengan Young Jin."

Kemudian kami sama-sama tertawa kecil dan saling menepuk kegirangan.

Aku mungkin masih tidak percaya saat ini, Ibuku senang sekali mengetahui aku tidak pengangguran-penggangguran amat! Pastinya, aku lebih produktif. Selang beberapa bulan kerja dengan Ae Rin dan Ji Yoo, aku pun pindah ke sebuah rumah yang lebih sederhana dan posisinya di rooftop. Aku tidak ingin mereka berdua tahu, kalau sebenarnya bisa saja aku tidak bekerja sama di Art Project. Akan tetapi, memang ini yang aku mau. Aku berjanji untuk menjalani kehidupan yang aku inginkan.

•••

CAST:

Choi Ae Rin (Lee Sung Kyung)

Kim Ji Yoo (IU)

Shim Lia (Kim Ji won)