Pelangi melengkung dengan indah di langit sana, disisi lain ada yang memandang pelangi itu dengan tatapan takjub karena wanita tersebut sangat suka hujan, kemudian pelangi.
" menakjubkan ya? "
Qeena mengalihkan tatapannya kearah suara berasal, ternyata ada Zahfran disisi kanannya.
"kenapa selalu disini setiap selesai hujan?"
Benar, wanita yang memandang pelangi tadi adalah Shaqeena, atau sapaannya adalah Qeena, sedangkan Zahfran adalah teman Qeena sejak sekolah dasar sampai dewasa seperti ini.
"lagi manjain mata, sekaligus ngucap syukur. Allah ngasih mata untuk melihat segala ciptaan indah-Nya."
Qeena sudah berhenti menatap langit karena paduan warna yang menghiasi langit sudah mulai memudar. selain pelangi adalagi yang Qeena suka, harum tanah yang terkena hujan. Sungguh menenangkan.
" kita udah mau lulus. Rencana kamu kedepannya apa Qee?"
"aku... mungkin meniti karir. aku mau punya penghasilan sendiri Zahf. aku ngga mau nyusahin Bunda terus."
"kuliah?"
Qeena menggeleng samar. sejujurnya Qeena ingin sekali kuliah tapi keuangan Bunda lagi nggak baik jadi Qeena harus berusaha sendiri jika ingin merasakan kuliah. Qeena bukan Zahfran yang saat ini hidupnya masih berkecukupan, meski Qeena pernah ada di posisi Zahfran tapi saat ini kondisinya tidak sama lagi. Qeena harus mengerti walaupun sebenarnya hingga detik ini Qeena selalu merasa kecewa.
"kamu mau ngundang Ayahmu di acara wisuda nanti?"
"emang bisa?"
Kalau orang lain yang mendapat pertanyaan seperti itu dari Qeena, tentu tanpa berpikir mereka akan menjawab bisa, siapa yang akan melarang seorang ayah datang di acara wisuda puteri kandungnya? tapi jika Zahfran orangnya, tentu dia akan berpikir dua kali untuk membalas pertanyaan Qeena ini.
"mau coba?"
Qeena tersenyum samar. entah kenapa membahas Ayah membuat Qeena selalu lemah. Ada berbagai rasa yang ingin Qeena bagi, tapi sulit meskipun orangnya adalah Zahfran sekalipun.
"Qeena ngga mau terluka lagi Zahf, rasanya udah cukup Qeena terluka sama perlakuan Ayah. Qeena ngga siap."
kalau sudah begini Qeena sudah tahu hari ini akan menjadi hari yang panjang, karena Qeena akan merasa hari ini bukan hari yang baik meski hari ini ada hujan dan pelangi yang mengiasi harinya.
"kamu ngga sendiri, ada aku dan Bunda. sedih bilang, kesel bilang, semua yang kamu rasain kamu harus cerita Qee."
Qeena menatap Zahfran sejenak lalu memutuskan tatap mata itu dengan cepat. Rasanya Qeena ingin memeluk Zahfran sekarang juga tapi Qeena tahu itu tidak boleh. Meski Zahfran adalah sahabatnya tetap saja Zahfran bukan mahrom untuknya, Qeena hanya merasa lega bahwa Zahfran bisa mengerti Qeena sejauh ini.
"Assalamualaikum... Bunda, Qeena udah pulang."
Qeena mencuim punggung tangan Bunda, kenapa rasanya Qeena ingin menangis? Apa ini efek dari pembicaraan dengan Zahfran tadi mengenai Ayah? Ayah... Bunda... Qeena ingin bersama seperti dulu apa sangat sulit?
"kok wajahnya sedih gitu? ada masalah di sekolah?"
Qeena menggeleng. Ada yang ingin Qeena ucapkan hanya saja rasanya sangat sulit, Qeena takut menyakiti hati Bunda.
"Bunda... Qee ke kamar dulu ya. Qee capek banget Bun, jangan lupa ya Bun besok hari wisuda Qee."
tanpa mendengar balasan Bunda, Qeena menaiki anak tangga menuju kamarnya. Qeena menangis, entah karena Qeena merasa kasihan pada Bunda atau karena rasa rindu yang sudah di ujung untuk Ayah, berharap acara besok Ayah bisa hadir tanpa Qeena harus meminta.
QeeDaily.
Hari ini hujan, lalu pelangi muncul. Awalnya Qee yakin hari ini akan indah tapi Qee lupa tak ada hari yang indah setelah hari itu datang dalam hidup Qee. Apa besok Ayah akan datang untuk Qee? lalu jika Ayah datang karena alasan lain apa Qee bisa terima dan tetap merasa bahagia hanya karena kehadirannya?
Jakarta, 01/04/20.
Qeena terlelap setelah menulis sesuatu tentang hari ini. Apa yang akan terjadi esok adalah masalah esok.
Dilain sisi saat Qeena terlelap, Bunda sudah menatap Qeena diatas ranjang dan tanpa sengaja Bunda membaca curahan hati Qeena hari ini.
"Qee... apa ada yang bisa Bunda lakuin? Qee, kamu rindu ayah? Bunda juga rindu tapi hidup ini sebuah pilihan, Bunda sudah memilih. maaf karena Bunda kamu jadi sering menahan rindumu untuk Ayah."
Qeena menangis, awalnya Qeena memang terlelap tapi suara isakan kecil membuat Qeena kembali terjaga tapi karena Qeena sadar itu adalah Bunda, Qeena hanya diam seolah masih terlelap dan mendengar ratapan pilu Bunda.
hatinya merasa teriris. Selama ini Qeena berpikir Bunda sudah bangkit, Bunda sudah mulai menata hidup tanpa mengingat masa lalu itu. Nyatanya malam ini Qeena tahu bahwa Bunda masih di tahap berusaha, belum melupakan bahkan merelakan. Hanya saja pilihan sudah di buat, Bunda pasti merasa pantang untuk menoleh ke belakang apalagi untuk jalan mundur.
malam ini, bukan hanya Bunda yang terisak, Qeena pun terisak. membayangkan akan jadi apa kedepannya keluarga ini? Dengan semua kekacauan ini.
Lelah. Qeena sudah lelah dengan hari ini yang terasa panjang dan menguras emosinya. Qeena benar-benar harus istirahat dan berharap esok lebih baik dan akan datang sebuah keajaiban, seperti di negeri dongeng.
*********