Kayak mimpi aja sekarang ini. Aku baikan sama duo banyol yang udah lama nggak barengan. Bayangin aja, kami nggak saling kontak ataupun sapa selama tiga tahun terakhir ini. Ya intinya sejak aku hamil Aksa.
Dan sekarang kami sedang ngumpul bareng. Aku dengan Aksa, Merry dan Star yang semakin cantik, Selly yang sendiri. Well, setelah putus dari Alif, Selly kayaknya belum berniat buat deket sama cowo manapun. Itu info yang aku dapat dari Merry. Ya ampun, betapa aku udah banyak ketinggalan berita.
Nggak apa, masih ada kami yang akan selalu mendukung dan menghibur Selly kalau dia lagi galau karena jomblo. Toh aku juga nggak punya pacar sekarang.
"Ya lo nggak punya pacar tapi ada Angga. Sama aja, Sis!" sembur Selly.
Mereka akhirnya menerima Angga kembali. Dulu, Angga sempet kena getahnya juga. Itu karena salah paham kami. Mereka pikir Angga nggak mau tanggung jawab, padahal sebaliknya.
"Lo nggak kepikiran buat nikah sama Angga?" Selly mulai dengan kekepoannya.
Menghela napas sebelum jawab pertanyaan Selly, "dia punya orang yang disukai. Jauh sebelum ketemu sama gue."
Kok kayaknya aku terdengar jadi sad girl banget yak?
Itu emang bener. Insting cewe itu nggak bisa diremehkan. Memang aku nggak tahu dengan pasti, tapi aku tahu kalau jauh di hati Angga, ada cewe yang udah ambil hati Angga.
Aku nggak tahu kenapa Angga nggak ungkapin perasaannya. Dan kenapa dia lebih milih bertahan sama aku. Disini aku nggak mau besar kepala atau apa, malah aku ngerasa kayak jadi pelarian gitu.
"Angga cerita?" Merry ikutan kepo, setelah dia kelar sama anak-anak.
"No, dia nggak cerita. Tapi keliatan jelas kok." jawabku setenang mungkin.
"Lo sakit ati?"
"Iya, tapi bukan hal yang besar." aku memikirkan kalimat yang tepat untuk lanjutannya. "Aku kasih dia waktu buat mikirin semuanya, dengan nggak terima lamaran dia waktu itu. Aku pengen dia berjuang buat orang yang dia sukai."
"It work?" kekepoan Selly kadang bikin aku mikir banget.
Apa usahaku buat Angga berhasil? Apa akhirnya Angga ungkapin perasaannya sama itu cewe? Kayaknya sih belum, karena Angga masih gitu-gitu aja. Malah makin suram sejak dia nyebut nama cewe lain pas kami lagi bercinta.
"Belum berhasil. Dia belum dapetin itu cewe." jawabku lagi.
"Dari mana lo tahu?"
"Dia nyebut nama cewe itu pas kami lagi emel."
Wajah keduanya kayak yang naruh simpati banget ke aku. Well, aku memang cerita semuanya ke mereka. Termasuk hal pribadi yang aku lakukan sama Angga. Biarin dibilang murahan atau apa, karena mereka jelas bisa diandalkan.
"Ya ampun, sahabat gue jadi sad girl banget." Selly pura-pura hapus air matanya, padahal dia nggak nangis. Jelas kan kalo dia cuma mau ngejek aku.
"Iya, gue kayak jadi sad girl banget." lalu kami tertawa bersama.
Tawa kami kepotong karena ada suara bising lain yang lebih heboh dari kami. Mereka heboh karena membahas tiga cowo ganteng yang ada di mall ini.
Oh, kami lagi ada di playground karena ada anak kecil yang kami bawa. Memang sih cuma Aksa doang yang kecil, soalnya Star udah berusia 8 tahun sekarang. Itung-itung Star belajar momong adik.
"Hai girls, maaf kami telat. Nungguin anak bos properti dandan dulu." suara Jona menandakan bahwa Angga udah dateng.
Lebih tepatnya Angga and the genk, karena dia dateng sama Jona dan Galih. Kebetulan dua orang itu juga lagi main ke Jogja buat temu kangen. Pretlah mereka, orang kadang aja mereka tau-tau udah di depan pintu apartemen Angga di Singapura juga.
Mereka langsung gabung dan mulai ngobrol sama yang lain. Jona sih orangnya emang gampang akrab, jadi langsung bisa ngobrol asyik sama Selly. Beda banget sama Angga yang pendiam banget.
Hal yang nggak asik ada di Merry sama Galih. Mereka saling pandang tapi nggak ramah banget. Kayak musuh bebuyutan terus ketemu.
"Jadi, lo disini?" keriuhan kami langsung jadi tenang sewaktu Galih ngomong.
Sumpah, aku nggak pernah lihat Galih sedingin itu suaranya.
"Ya, me time tenang, sampai ada pengganggu muncul." Merry tenang banget, tapi dari matanya dia keliatan kalut.
Merry tuh tipe orang yang nyablak tapi keibuan. Dia bisa jadi sangat tenang kalo lagi ada bahaya meski pikirannya udah nggak karuan. Dan sekarang itu keliat jelas.
"Mama, Aksa ngomong apa? Aku nggak paham." Star tiba-tiba aja berdiri disamping Merry sambil pegang tangan Aksa. Tadi emang udah dibilang kalo Star harus jagain dan nemenin Aksa main.
Galih yang tadinya pasang tampang ketus galak ala-ala, langsung berubah ketika liat Star. Tunggu, ada drama apa ini?
"Lo boongin gue?" suara Galih makin serem.
"Gue balik dulu, udah capek." tanpa balas pertanyaan Galih, Merry langsung ajak Star pergi.
Kami nggak bisa berbuat apa-apa karena nggak tahu masalah yang lagi mereka hadapin.
"What?" Angga tanya ke Galih, tapi dicuekin.
"Itu anak Merry?" Galih malah tanya ke aku dan Selly.
"Ya, itu anak Merry. Kenapa?" jawabku, karena Selly kayak yang syok gitu liat Galih.
"Shit!" umpatan Galih rasanya makin bikin buruk suasana.
***
Selalu ada waktu me time buatku, tapi kali ini sedikit kesulitan karena Tika cuti, Angga belum balik. Cuti yang dia ambil buat wisuda kemarin udah kelar, jadi ya back to normal.
Nggak masalah, selalu ada jalan lain buat bisa me time. Salah satunya maskeran bareng Aksa di rumah aja udah bagus. Terus kami juga bisa makan eskrim favorit masing-masing, mumpung nggak ada Angga juga.
Angga masih ketat soal makanan Aksa. Ditambah lagi Aksa ada alergi kacang, itu bikin Angga makin gila. Ya bisa dipahami juga, karena dia juga punya alergi dan dia mungkin dapat perlakuan kayak gitu juga dari keluarganya.
Nah untuk eskrim, aku nggak tahu kenapa Angga membatasi Aksa. Padahal aku udah pilihin yang nggak ada kacangnya. Jadi, saat-saat seperti ini adalah surga buat Aksa.
"Mommy won't tell Daddy, right?" Aksa memastikan.
"Yup. As long you don't tell Daddy."
Kadang kesepakatan kayak gini tuh bikin aku sama Aksa makin solid. Yah, walo kadang Angga juga punya kesepakatan rahasia sama Aksa juga sih.
Baru aja dapet beberapa suap, bel apartemen bunyi. Mati lah. Jangan bilang itu Angga. Kalo iya, kacau udah.
Aku sama Aksa langsung panik. Kami langsung lari buat nyimpen eskrim kami dan cuci mulut. Jangan sampai ada jejak eskrim.
"Ready?" tanyaku ke Aksa, yang dijawab dengan anggukan.
Jantung rasanya mau copot. Soalnya Angga kadang emang balik tanpa kabar. Kemarin juga dia nggak kasih kepastian mau balik, padahal ada di Indonesia.
"Lama amat buka pintunya?"
"Ngapain kalian? Jangan bilang jam segini kalian molor?"
Melihat siapa yang datang, aku sama Aksa langsung ketawa gitu aja. Ya ampun, padahal kita udah panik nggak karuan. Ternyata yang datang tiga ciwi rempong. Selly, Merry dan Star.
Anak-anak langsung menuju spot main mereka. Kamar main Aksa ada banyak mainan, termasuk beberapa mainan boneka. Anteng lah kalo udah ada Star, karena Aksa tuh nurut banget sama Star.
"Ngapain kalian tadi? Mencurigakan banget tau."
"Kami lagi me time, makan eskrim. Tau kan Angga gimana ketatnya sama makanan anak kesayangannya. Mumpung dia nggak ada, kita cheat." jelasku sambil ketawa kecil. Masih nggak nyangka aja, aku sama Aksa kelabakan, takut banget kalo yang datang Angga.
"Emang Angga ketuk pintu?" Merry penasaran.
Iya juga ya. Ini kan apartemen Angga, ngapain juga dia pake acara ketuk pintu? Biasanya juga nggak ada ketuk pintu, tapi ngabarin aja kalo dia datang.
"Nggak sih." kami sontak ketawa bareng. Menertawakan kebodohanku.
Bahasan kami mulai kemana-mana. Mulai bahas masker yang lagi aku pakai sampai ke baju keluaran terbaru. Belum lagi tentang tas dan sepatu, juga tentang cowo ganteng yang ditemui sama Selly di mall sebelumnya.
"Girls, gue mo cerita." Merry kalo udah ngomong gini pasti serius, jadi kita berdua diem sambil nunggu Merry mulai cerita. "Temen Angga itu bapaknya Star."
Aku kaget banget, sampe cuma bisa melongo. Selly langsung batuk dan semburin minumannya ke meja.