Gadis berambut panjang itu terkejut karena melihat Danial tidak sendiri disana, melainkan ada gadis lain yang berada di kamar tersebut bersama Danial.
"apa ini kak?" Tanya Farosha bingung.
"Kamar 37 kepemilikan pretty girl atas nama Danial Faresta Arianza" ujar Danial.
"Mantan pretty girl, sorry" lanjut Danial.
"Hah, kakak anak The pretty class?" Tanya Farosha terkejut.
"Ya, tapi 5 bulan lalu saya telah mengundurkan diri dari program gila ini" sahut Danial cepat.
"Jadi, papan tulis yang ada di kamar..." Ucap Farosha ragu.
"Iya, itu misi saya untuk membubarkan program idiot ini. Bersama dengan Aqira" ujar Danial di akhiri dengan senyuman manis untuk orang di sebelahnya, yaitu Aqira.
"Ok, saya masih gak paham dengan semua ini. Kakak itu anggota The pretty class yang udah mengundurkan diri, tapi masih punya hak atas fasilitas khusus ini?. Kenapa kakak mengundurkan diri, apa alasannya?" Tanya Farosha panjang lebar.
"Satu-satu Farosha, jangan buru-buru saya akan jawab. Kamar yang di miliki oleh setiap anggota The pretty class sudah terprogram secara khusus dengan keamanan sidik jari dan retina mata dari kepunyaan pretty girl. Dan yang paling penting adalah, keamanan ini sudah di desain untuk jangka waktu selama 2 tahun 9 bulan. Jadi, gak ada orang lain yang bisa membuka ataupun membobol keamanan kamar ini, selain pemilik dari sidik jari dan retina mata tersebut" jelas Danial.
"Kenapa keamanannya gitu?" Tanya Farosha.
"Itu karena, untuk masuk ke dalam zona The pretty class itu sangat sulit. Mereka menjaga betul keamanan dari setiap anggota The pretty class, sekaligus menjaga rahasia program khusus ini agar tidak terbongkar ke siapapun di luar The pretty class" ujar Danial.
"Oh iya, satu lagi. Saya adalah orang pertama dan satu-satunya yang berani mengundurkan diri dari program yang sudah berdiri selama 19 tahun di sekolah Arginindra" lanjut Danial dengan senyuman.
"Jadi, apa tujuan kakak sebenarnya?" Tanya Farosha.
"Menghancurkan program khusus ini" sahut Danial.
"Kenapa kak?" Tanya Farosha lagi.
"Kamu tau, program gila ini sudah membuat banyak anak perempuan di SMA ini merasa insecure dengan wajah sendiri. Bahkan banyak yang rela melakukan apa saja demi bisa masuk ke dalam program khusus ini, dan gak jarang juga ada anak yang melakukan operasi plastik" ujar Danial dengan wajah serius.
"Pantes, saya lihat banyak siswi cantik di sekolah ini tapi gak tergabung dalam program The pretty class" lanjut Farosha.
"Iya Farosha, dan apa kamu tau bahwa anak-anak di The pretty class itu gak bener-bener bahagia seperti yang kalian pikirkan?" Ujar Aqira.
Farosha yang mendengar hal itu hanya terdiam dan menunjukkan wajah kebingungan.
"Ok. Singkatnya, semua pretty girl disini tidak ada lagi yang perawan" bisik Danial tepat di telinga Farosha.
Gadis berambut panjang itu membelalakkan matanya karena terkejut.
"A--apa?" Ucap Farosha.
"Jadi kakak--?" Lanjut Farosha sambil menunjuk Danial.
"No. Saya masih perawan, karena saya berhasil melarikan diri dari program gila ini" sahut Danial cepat.
"Kak Aqira?" Lanjut Farosha.
Aqira tidak mampu berucap, gadis dengan rambut pirang itu hanya mengangguk pelan sebagai tanda mengiyakan pertanyaan Farosha.
Farosha menutup mulutnya dengan tangannya karena terkejut.
"Farosha... Kamu harus bergabung dengan kami untuk menghancurkan program gila ini" ucap Danial sambil menepuk pundak Farosha.
"Tapi kenapa saya?" Tanya Farosha.
"Wajah kamu cantik Farosha, dan wajah kamu memiliki standar kecantikan yang di maksud oleh The pretty class" ujar Aqira.
"Masih banyak yang cantik kenapa harus saya?" Tanya Farosha yang mulai merasa takut.
"Standar kecantikan para pretty girl adalah natural beauty, gak bisa kalau kecantikannya di raih karena perawatan wajah yang instan apalagi sampai operasi plastik" ujar Danial dengan penuh pengertian.
Farosha menelan ludahnya ketika mendengar ucapan Danial.
"Terus..., Apa yang harus saya lakukan sekarang?" Lanjut Farosha.
"Kamu harus bisa bergabung dengan program The pretty class" ucap Danial.
"Tapi gimana caranya?" Tanya Farosha.
"Saya bisa jamin kalau kamu akan terpilih menjadi the next pretty girl" ujar Aqira.
Danial dan Aqira saling pandang dengan senyuman penuh makna. Farosha yang melihatnya hanya bisa diam dan mencerna segala yang ia tau tentang program The pretty class.
****
Setelah kegiatan sekolah berakhir, Farosha melihat kerumunan yang memenuhi tempat mading sekolah. Farosha yang penasaran, lalu menghampiri kerumunan tersebut dan melihat apa yang terpajang di mading tersebut.
Sebuah informasi di kertas berwarna pink ber-list emas, menuliskan nama-nama siswi kelas 10 yang terpilih untuk menjadi pretty girl berikutnya. Farosha cukup terkejut saat melihat namanya tercantum dalam daftar pemberitahuan tersebut. Pasalnya hanya ada 15 orang siswi kelas 10 yang terpilih, dan Farosha cukup terkejut melihat namanya di sana.
Gadis berambut panjang itu segera berlari menuju kamar asramanya. Saat dia masuk, ternyata sudah ada Danial di dalam kamar yang sedang berdiri menatap papan tulis mininya.
Danial membalik tubuhnya ketika mendengar suara pintu kamar terbuka. Sambil memainkan spidol di tangannya, Danial memberikan senyum penuh makna pada Farosha.
"Misi pertama kita. Fokus pada tujuan" ucap Danial masih tersenyum.
"Kakak tau saya kepilih?" Tanya Farosha sambil melangkah menuju tempat Danial berdiri.
"Saya udah bilang. Wajah kamu adalah standard kecantikan bagi The pretty class" sahut Danial.
Danial menuliskan sesuatu di papan tulisnya dengan spidol hitam di tangannya.
"Jangan pernah tergiur dengan kemewahan dan perjanjian" ucap Danial sambil menulis kalimat tersebut di papan tulis.
Farosha mengernyitkan keningnya tanda ia tak mengerti.
"Maksudnya?" Tanya Farosha.
"Tujuan kita adalah menghancurkan program khusus ini. Untuk itu, langkah pertama yang harus di perhatikan adalah, jangan pernah tergiur dengan perjanjian dan kemewahan apapun yang di berikan oleh guru pembimbing The pretty class. Apapun itu" jelas Danial.
"Kecuali fasilitas kamar" lanjut Danial.
"Lalu?" Sahut Farosha.
"Lakukan itu, dan jika kamu sudah siap dengan rencana berikutnya, maka beri tau saya. Oh ya Farosha, kamu akan pergi dari kamar ini besok" ujar Danial.
"Hah, secepat itu?" Ucap Farosha terkejut.
"Kenapa?, Lebih cepat lebih baik kan. Kamu gak perlu tidur di kamar sempit ini lagi, apalagi harus sekamar dengan saya" ujar Danial.
"Bukan gitu kak, tapi dari mana kakak tau kalau saya akan pindah kamar besok?" Tanya Farosha heran.
Belum sempat Danial menjawab, tiba-tiba suara ketukan pintu dari kamar mereka terdengar beberapa kali.
Tok... Tok... Tok...
Farosha melangkahkan kakinya untuk membukakan pintu kamarnya.
Ternyata yang datang adalah pak Antonio selaku guru pembimbing The pretty class. Danial memberikan senyuman kepada guru tersebut.
Tentu saja sudah tertebak bagi Danial, bahwa kedatangan pak Antonio adalah untuk menjemput Farosha sebagai anggota baru The pretty class.
Farosha melihat Danial yang sudah duduk di kasur dengan satu kaki terangkat di dengkulnya.
"See?" Ucap Danial.
Farosha hanya terdiam, lalu pergi ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya.