"Wow, jadi kamu berani mengancem saya. Kamu benar-benar mau cari masalah dengan saya, kamu pura-pura tidak tau atau benar-benar tidak tau. Nasib kamu ada ditangan saya, saya adalah pemilik perusahaan ini. Dan saya bisa memecat kamu kapan saja saya mau, jadi kamu jangan macam-macam dengan saya. Kalau memang kamu masih mau kerja disini, ikuti perintah saya. Jangan membantah perintah saya, apalagi bersikap kurang ajar dengan saya, dan satu hal lagi jauhi istri saya." Kata Irwan sambil mengarahkan jari telunjuknya ke wajah Dika.
"Saya tau pa Irwan adalah pemilik dari perusahaan ini, pa Irwan punya wewenang di perusahaan ini. Tapi pa Irwan tidak perlu repot-repot untuk mengancam saya,karna tanpa pa Irwan memecat saya. Saya Dika Syahputra menyatakan bahwa saya mengundurkan diri dari perusahaan yang bapa pimpin, dan keputusan saya sudah bulat pa, saya tidak akan pernah menjauhi Lia." Ujar Dika tegas yang kemudian berjalan meninggalkan ruangan Irwan, tetapi saat didepan pintu Dika membalikkan badannya.
Dan kemudian berkata, "Satu hal lagi yang pa Irwan harus tau, Lia berubah bukan karena saya. Tapi Lia berubah, karena sikap pa Irwan sendiri yang selalu menyakiti hatinya.."
"Sikap saya? Menyakiti hatinya? Maksud kamu apa?" Tanya Irwan bingung dengan nada sedikit meninggi.
Tanpa menghiraukan pertanyaan Irwan, Dika meninggalkan ruangan itu. Membiarkan Irwan yang dalam keadaan bingung dan emosi karna kata-katanya...
"Dasar kurang ajar, aaaaaaagggggggghhhhhh." Teriak Irwan emosi sambil mengarahkan tangannya kearah meja dan menjatuhkan barang-barang yang berada diatas mejanya..
"Doooooooooorr." Ucap Dika Sambil meletakkan tangannya diatas kedua pundak Lia.
Lia yang sedang termenung di tepi sungai merasa terkejut karena Dika dan tersadar dari lamunannya..
"Dika!!" Ujar Lia memukul lengan kanan Dika dengan lembut.
"Kayaknya jauh banget termenungnya, sudah sampai mana tuh? Singapore apa Amerika ? Hehehehe.." Canda Dika
"Apaan sih ngga lucu tau, Oia BTW kamu mau ngomong apa dik?" Tanya Lia.
Dika menghela nafas, kemudian berkata kepada Lia, "Hmmmmm, sebelumnya aku mau minta maaf sama kamu Lia. Aku tau apa yang aku lakukan ini adalah kebodohan dan kesalahan besar, tapi jujur aku bener-bener terpaksa melakukannya. Karena aku benar-benar membutuhkan uang untuk biaya rumah sakit ibu dan biaya sekolah adik-adikku, tapi sekarang aku benar-benar menyesal dan aku terjebak dengan perasaanku sendiri."
"Memangnya kesalahan apa yang sudah kamu lakukan dik?" Tanya Lia yang merasa bingung dengan kata-kata Dika itu.
Dika pun menceritakan semuanya kepada Lia, tentang perjanjiannya dengan Irwan waktu itu...
"Aku bener-bener minta maaf Lia, aku sama sekali tidak bermaksud untuk memainkan perasaan kamu. Tapi aku bener-bener terpaksa melakukannya, karena saat itu aku memang sangat membutuhkan uang untuk biaya rumah sakit ibuku. Aku benar-benar buntu saat itu Lia, aku minta maaf, aku menyesal. Kamu boleh pukul aku Lia, kamu boleh mencaci maki aku. Tapi aku mohon jangan pernah menjauh dariku, karena sebenarnya aku sudah jatuh cinta sama kamu sejak pertama kali kita ketemu." Ujar Dika yang berlutut dihadapan Lia dan kedua tangan Dika menggenggam kedua tangan Lia yang sedang duduk di bangku dekat tepi sungai itu...
Lia sedikit merasa shock mendengar pengakuan Dika dan terdiam membeku layaknya patung, dengan air mata yang menetes dipipinya.
Beberapa saat Lia terdiam, dan Dika masih menangis menyesali perbuatannya dalam keadaan yang masih berlutut dihadapan Lia.
Kemudian Lia mengangkat wajah Dika yang sedari tadi menunduk, Lia menatap wajah Dika sejenak. Dan saat itu Lia baru menyadari ada luka memar dipipi Dika, dan kemudian bertanya, "Wajah kamu kenapa dik?"
"Ooh ini, ehh biasa laki-laki." Jawab Dika menjadi salah tingkah.
"Oh, memangnya kamu berkelahi dengan siapa Dika?" Tanya Lia lagi.
"Sudahlah ini tidak penting untuk dibahas." Jawab Dika lagi yang kemudian berdiri dan membelakangi Lia.
"Dika, kalau kamu memang masih mau berteman denganku. Tolong, jawab pertanyaan ku. Kamu berkelahi dengan siapa?" Tegas Lia
Dika masih diam tak menjawab pertanyaan Lia.
"Oke, kalau memang kamu tidak mau menjawab pertanyaanku. Aku rasa pertemanan kita cukup sampai di sini, dan jangan pernah temui aku lagi." Ucap Lia yang kemudian mengambil handbagnya yang berada di bangku tempat dia duduk tadi.
Tapi Dika meraih tangan Lia dan kemudian berkata, "Oke, aku akan jawab pertanyaan kamu Lia, tapi please jangan pernah meminta aku untuk tidak menemuimu lagi." Jawab Dika.
Dika pun menghela nafas panjang dan kemudian berkata, "Tadi pa Irwan memanggilku untuk menemuinya di kantor, dan dia meminta aku untuk menjauhi kamu. Tapi aku menolak perintahnya, karena sejujurnya aku sudah benar-benar jatuh cinta kepadamu Lia, lalu karena dia merasa sangat marah. Akhirnya dia memukul wajahku dan sekarang aku sudah tidak bekerja lagi di perusahaan pa Irwan." Lanjut Dika.
"Jadi begitu kejadiannya,baku minta maaf. Karena aku kamu jadi terluka seperti ini, di satu sisi sejujurnya aku sangat kecewa dengan pengakuanmu Dika. Namun di sisi lain,aku bisa mengerti alasanmu. Kenapa kamu melakukan ini kepadaku Dika, karena aku juga pernah merasakan hidup susah. Jadi aku bisa memahami posisi kamu saat itu, dan aku cukup bangga sama kamu, karena akhirnya sekarang kamu bisa memutuskan mana yang baik dan mana yang tidak baik untukmu. Dengan kamu menyesali segala perbuatan kamu, itu sudah cukup untuk menebus semua kesalahanmu dika, dan satu hal lagi jangan pernah membodohi diri kamu sendiri. Hanya untuk kepuasan dan kebahagiaan orang lain dika, karena nantinya kamu sendiri yang akan menderita." Ujar Lia dengan tenang tanpa menunjukkan ekspresi emosi diwajahnya.
"Iya Lia aku tau aku salah, aku minta maaf. Dan aku janji, ini adalah yang pertama dan yang terakhir kalinya aku melakukan hal seperti ini." Kata Dika berusaha meyakinkan Lia.
"Dan satu lagi Dika, sekarang ini aku masih menjadi istri mas Irwan yang sah. Aku hanya tidak ingin kamu kecewa nantinya." Tegas Lia.
"Iya aku tau Lia, dan aku tidak pernah meminta kamu untuk membalas cintaku. Tapi aku ingin untuk selalu melindungi kamu, dari sikap pa Irwan yang selalu menyakiti hati kamu Lia. Apakah aku salah?" Kata Dika yang kemudian bertanya.
"Iya kamu tidak salah sih dika, tapi aku hanya tidak ingin kamu kecewa nantinya. karena sejujurnya aku tidak mau menyakiti hati kamu Dika, dan terimakasih banyak, karena kamu sudah mau mengakui semuanya, setidaknya sekarang aku sudah tau harus berbuat apa. Dan sudah menetapkan keputusanku." Ucap Lia yang terlihat sangat yakin...
Saat jam kerja telah usai, Irwan langsung menuju rumahnya dan saat itu Lia sudah menunggu Irwan di ruang tamu..
"Assalamualaikum.." Sapa Irwan..
"Waalaikumsalam.." Sahut Lia.
"Kamu tumben ada di rumah, apa kamu ngga keluar hari ini?" Tanya Irwan sedikit canggung..
"Aku keluar tadi sebentar.." Jawab Lia.
"Oooh" Kata Irwan..
Mereka terdiam beberapa saat, kemudian Lia kembali berkata, "Aku akan siapkan makanan dulu,kamu silahkan mandi sana."
"Iya.." Kata Irwan tersenyum manis pada Lia..
Lia hanya diam bersikap dingin, dan kemudian meninggalkan Irwan yang masih berdiri di ruang tamu..