"I-itu tadi waktu di panti jompo aku ketemu sama Dika mas, terus pas Dika mau nganter aku pulang. Tiba-tiba dia dapet telpon katanya ibunya masuk rumah sakit, jadi aku sekalian deh nemenin Dika ke rumah sakit untuk menjenguk ibunya. Dan ngga kerasa tau-tau hari dah malam, aku sampai lupa ngabarin kamu karna saking asyiknya ngobrol dengan ibu Ratri. Maaf yah mas, kamu jangan marah yah mas." Kata Lia dengan lemah lembut.
"Ooh, jadi kamu pergi sama dika? Ya sudah ngga apa-apa, tapi lain kali usahakan kabarin aku kalau kamu mau balik lambat. Ya sudah sana kamu mandi dulu, kamu kan abis dari rumah sakit." Ucap Irwan.
"Baik mas." Lia pun berlalu menuju kamar untuk membersihkan dirinya..
"Heeeh, dasar kalian sama saja. Yang satu ngga ngasih kabar tentang tugasnya, yang satunya lagi ngga ngasih kabar ke suaminya. Baru berapa hari kenal cowok lain, sudah mulai bertingkah. Biasanya kemana-mana pasti kasih kabar, sekarang malah ngga sama sekali." Kata Irwan kesal.
Seperti biasa pagi ini Lia menyiapkan sarapan untuknya dan Irwan, Nasi goreng telur mata sapi itu adalah menu sarapan Favorite Irwan.
"Morning.." Sapa Lia saat melihat Irwan menghampirinya di ruang makan.
"Morning.." Sahut Irwan sambil tersenyum.
Mereka pun mulai menyantap nasi goreng tersebut, dengan lahapnya Irwan memakan nasi goreng favoritenya itu. Memang Lia pandai memasak, dan rasa masakannya pun cukup lezat. Tidak kalah dengan makanan-makanan yang ada di cafetaria atau restoran yang sering mereka kunjungi..
"Hari ini, kamu rencananya mau kemana?" Tanya Irwan.
"Mmmmmmmm, hari ini aku rencananya mau ke rumah sakit mas. Mau menjenguk ibu Ratri boleh kan?" Jawab Lia yang kemudian balik bertanya.
"Ooh, jadi kamu mau menjenguk ibunya Dika? Boleh aja sih, ya sudah kalau begitu aku berangkat dulu yah." Ujar Irwan yang kemudian berdiri dari bangkunya.
"Lho mas, kok makannya ngga dihabisin sih? Inikan makanan kesukaan kamu, emangnya ngga enak yah?" Tanya Lia yang bingung.
"Enak ko nasi gorengnya seperti biasa, tapi aku sudah kenyang dan aku baru ingat kalau aku ada meeting sebentar lagi." Jawab Irwan yang kemudian berjalan keluar rumah menuju mobilnya.
Irwan membuka pintu mobilnya dan melempar tasnya kekursi.
"Heh, pagi-pagi sudah membuat nafsu makanku hilang. Bilang saja kalau ingin ketemu Dika, pakai alesan mau menjenguk Bu Ratri lah. Padahal aku sedang lahapnya memakan makanan kesukaanku, dan aku pun masih sedikit lapar. Tapi mendengar kata-katanya, selera makanku pun langsung hilang. Heh." Keluh Irwan yang kemudian melajukan mobilnya..
Pagi itu tepat pukul 10.00 , Lia sudah sampai didepan rumah sakit dan saat Lia ingin memasuki rumah sakit itu, tiba-tiba Lia menghentikan langkahnya karna seseorang memanggil namanya"Kak Amel.." Panggil Maya yang berada didepannya.
Mereka berpapasan didepan rumah sakit, "Maya.." Ujar Lia sedikit terkejut melihat Maya.
"Ko kamu bisa ada di sini? Apa terjadi sesuatu dengan kak Rini? Kak Rini baik-baik aja kan?" Tanya Lia khawatir.
"Kak Amel tenang saja, ngga usah khawatir. Kak Rini ngga kenapa-kenapa ko, aku kesini hanya untuk menebus obat untuk kak Rini. Yah, seperti yang kak Amel tau. Kak Rini itu kan masih harus rutin minum obat, supaya bisa sembuh. Jadi hari ini aku izin setengah hari, untuk menebus obat kak Rini." Jawab Maya.
"Alhamdulillah kalau Rini ngga kenapa-kenapa, aku benar-benar khawatir dengan keadaanya." Ujar Lia merasa lega mendengar jawaban Maya.
"Kalau kak Amel sendiri kenapa ada disini?" Tanya Maya.
"Ehhhh, aku kesini karna ingin menjenguk ibu dari temanku yang sedang dirawat disini." Jawab Lia tersenyum.
"BTW, bagaimana pekerjaan kamu maya?" Tanya Lia lagi.
"Ya begitulahlah ka, aku kan sekertaris. Jadi lumayan sibuk, banyak pekerjaan yang harus aku handle. Harus mengatur jadwal meeting lah, inilah, itulah. Heh, benar-benar melelahkan. Tapi Alhamdulillah, mas Irwan banyak menolong aku. Jadi bisa sedikit terasa ringan." Jawab Maya.
"Ooh." Ujar Lia tersenyum.
"Oh iya ka, sebelum Maya lupa. Maya mau undang kak Amel untuk datang keacara pertunangan Maya dengan mas irwan Minggu depan, Maya harap kak Amel bersedia untuk hadir. Karena Maya sudah menganggap kak Amel seperti kakak kandung Maya sendiri, karena setelah ayah meninggal dan kak Rini lumpuh. Hanya ibu dan kak Amel yang selalu ada untuk Maya." Ucap Maya merayu kepada Lia.
Mendengar kata-kata Maya, Lia tersenyum walaupun sebenarnya dalam hatinya sangat terluka. Bagaimana tidak, seorang lelaki yang berstatus suaminya akan bertunangan dengan wanita lain. Yang tidak lain adalah adik dari sahabatnya sendiri, untuk membayangkannya saja sudah menyakitkan apalagi harus menyaksikannya.
Namun walaupun begitu Lia tetap menyembunyikan perasaannya, dan tetap menunjukkan ketegarannya.
"Insya Allah, kak Amel akan usahakan." Ujarnya sambil tersenyum.
Sementara itu Dika yang baru saja kembali dari kantin rumah sakit, untuk membeli makanan untuknya dan adik-adiknya tidak sengaja mendengar percakapan Maya dan Lia.
Saat Maya berpamitan kepada Lia, Dika pun membalikkan badannya seolah-olah bersembunyi dari kedua wanita itu. Setelah Maya pergi, Lia pun melanjutkan langkahnya masuk ke dalam rumah sakit itu. Dengan langkah yang tak tentu Lia berjalan melewati satu persatu ruangan di rumah sakit tersebut, sementara itu Dika mengikutinya dari belakang.
Dengan perasaan yang sangat kecewa, Lia terduduk di salah satu bangku yang ada dihadapannya.
Dika pun menghampiri Lia, dan berdiri didepan Lia. Lia mengangkat kepalanya yang tadi menunduk saat menangis, kemudian berdiri saat melihat Dika ada didepannya.
"Dika!!!" kata Lia yang kemudian memeluk Dika.
Tanpa berkata apapun Dika membiarkan Lia memeluknya, walaupun sebenarnya Dika sama sekali tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi kepada Lia, "Mengapa Lia membiarkan suaminya dekat dengan wanita lain, bahkan wanita itu pun dekat dengannya. Dan bagaimana mungkin dia menghadiri pertunangan suaminya dengan wanita lain, apa sebenarnya yang ada dipikiran Lia? Dan apa alesan Lia melakukan semua ini?" Semua pertanyaan itu bermain dalam pikiran Dika.
Dika mengajak Lia ketaman tak jauh dari rumah sakit tempat ibunya dirawat, dan ditaman itu Dika meminta Lia untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.
Dengan penuh pertimbangan, dan karna Dika terus meminta Lia untuk menceritakan semuanya kepada Dika.
Akhirnya Lia pun menceritakan semuanya kepada Dika, "Pertama kali aku melihat mas Irwan dan Maya bercanda mesra dua tahun yang lalu, saat itu aku berniat untuk menemui Maya dirumahnya. Sekaligus ingin menanyakan tentang hubungannya dengan mas Irwan, tapi setelah aku sampai di rumah maya. Aku justru mengetahui bahwa keluarga Maya telah mengalami musibah, yang mengharuskan Maya dan keluarganya pindah dari rumah mewahnya ke rumah yang sangat sederhana. Setelah mendengar dan mengetahui kemalangan yang menimpa Maya dan keluarganya, apalagi setelah aku melihat keadaan Rini. Aku langsung berubah pikiran, aku tidak sampai hati menanyakan hubungannya dengan mas Irwan kepada Maya. Tapi mendengar caranya menelpon mas Irwan, aku tahu mereka memiliki hubungan. Aku ingin memberitahu Maya bahwa mas Irwan adalah suamiku, tapi disisi lain aku tahu Maya sangat membutuhkan mas Irwan untuk menjadi penyemangatnya saat itu. Karna aku tahu betul bagaimana Maya, dia adalah anak yang sangat manja. Jadi bagaimana mungkin dia bisa melalui ini semua sendiri, itulah sebabnya kenapa aku membiarkan Maya dekat dengan mas Irwan." Jelas Lia sambil meneteskan air mata di pipinya.