"Selanjutnya rencanamu mau kemana lagi Lia?" Tanya Dika.
"Rencanaku selanjutnya!! Aku ingin menjenguk temanku yang sedang sakit." Jawab Lia.
"Oh, mau aku temani tidak?" Tanya Dika lagi.
"Akh, tidak perlu aku bisa sendiri ko." Jawab Lia menolak tawaran Dika.
"Lagi pula tidak begitu jauh dari sini." Lanjut Lia yang kemudian memesan beberapa macam makanan untuk dibungkus.
Tapi sebenarnya Dika masih merasa khawatir dengan Lia, seolah-olah dia merasa seperti ada sesuatu yang Lia sembunyikan dan lagi pula setelah apa yang berlaku tadi. Bagaimana mungkin Dika membiarkan Lia mengendarai mobilnya seorang diri.
Akhirnya dengan berbagai macam alasan, Dika pun berhasil membujuk Lia supaya mengizinkannya untuk menemani Lia. Setelah makanan yang Lia pesan sampai, akhirnya mereka pun berlalu pergi menuju rumah temannya Lia.
Sesampainya di rumah temannya, rumah yang sederhana. Tidak bisa dibilang kecil, tapi juga tidak bisa dibilang besar.
Mereka pun memasuki rumah itu, saat berada di ruang tamu mata Dika tertuju pada sebuah foto yang membuatnya agak terkejut.
Iya, foto itu adalah foto Maya yang sedang merangkul pundak seorang wanita yang dia tidak kenal.
"Apakah ini rumah Maya? Kalau memang benar, itu artinya Lia mengenal Maya? Pantas saja dia bersikap biasa saja saat melihat Maya bersama pak irwan, atau jangan-jangan ini semua memang rencana Lia. Seperti pak Irwan yang memaksaku untuk menggoda Lia, mungkin Lia meminta Maya untuk menggoda pak Irwan. Kalau benar begitu berarti Lia memiliki laki-laki lain selain pak Irwan? Lalu siapa wanita yang bersama Maya didalam foto itu?" Macam-macam pertanyaan pun menghampiri pikiran dika.
Setelah bermain dengan pikiran buruknya, Lia mengajak Dika masuk kedalam sebuah kamar. Awalnya Dika ragu-ragu, tapi setelah Lia membujuknya akhirnya mereka pun masuk kedalam kamar tersebut.
Seorang wanita yang sedang terbaring lemah tidak berdaya di atas tempat tidur, wajah wanita itu sangat mirip dengan wanita yang ada didalam foto bersama Maya.
Tubuhnya terbaring lemah diatas tempat tidur, namun matanya terbuka seolah-olah membuktikan bahwa ia tidak tidur. Tapi mengapa dia sama sekali tidak bergerak, atau bangun berdiri menyapa kehadiran mereka.
Lia pun duduk di kursi yang berada di dekat tempat tidur wanita tersebut "Assalamualaikum, Rin." Ucap Lia memberikan salam kepada wanita tersebut.
Wanita itu tetap tidak bergerak, atau menjawab salam lia, bahkan tidak menoleh sama sekali kearah mereka.
"Gimana kabar kamu hari ini Rin? Oia aku bawa makanan kesukaan kamu loh, semoga kamu suka yah rin." Lanjut Lia sambil membelai rambut Rini sahabatnya itu, namun wanita itu masih tidak memberikan respon.
"Cepet sembuh yah rin, aku kangen bangat sama kamu. Aku kangen bercanda tawa sama kamu, aku kangen saat-saat kamu marah. Aku kangen jalan bareng sama kamu, nonton bareng sama kamu film-film kesukaan kita. Aku kangen Rin." Lanjut Lia kali ini Lia menggenggam tangan rini, sambil meneteskan air matanya.
Wanita itu sama sekali tidak menjawab,namun air matanya menetes. Seolah-olah membuktikan bahwa dia mendengar setiap kata-kata yang Lia ucapkan, Dika yang masih berdiri disamping Lia. Hanya diam menyaksikan semua itu, karna dia sama sekali tidak tau dan tidak mengerti apa yang sedang terjadi.
Hari menjelang sore, akhirnya Lia pun berpamitan dengan Rini dan ibunya. Namun Lia tidak langsung pulang ke rumahnya, Lia malah menghentikan mobilnya di depan pantai. Begitu indah pemandangan pantai itu dengan sunset menghiasi langit seolah hari akan berganti malam, duduk diatas pasir. Mereka merasa nyaman sejenak, seolah-olah segala beban pikiran dan kesedihan yang ada di hati mereka pun hilang tanpa terasa...
Setelah beberapa saat mereka terdiam menikmati keindahan pantai, akhirnya Dika pun mulai bicara walaupun dengan keraguan. Namun karena rasa penasaran yang semakin kuat, akhirnya dia memberanikan diri untuk bertanya kepada Lia.
"Lia, aku mau nanya sesuatu sama kamu boleh tidak?" Tanya Dika sedikit gugup.
Lia pun menoleh kearah Dika dan kemudian menjawab, "Boleh kok tanya aja?"
"Tadi saat di rumah teman kamu, aku melihat sebuah foto dan didalam foto itu ada dua orang wanita, yang satunya teman kamu dan yang satunya lagi Maya." Ucap Dika yang melihat reaksi wajah Lia agak berubah setelah mendengar nama Maya.
"Apakah itu berarti kamu mengenal Maya?" Dika melanjutkan pertanyaannya.
Awalnya wajah Lia tampak agak shock mendengar Dika menyebut nama Maya, namun setelah itu dia tersenyum manis dan kemudian menjawab pertanyaan Dika "Iya aku memang mengenal Maya dengan baik, dia adalah adik temanku Rini."
"Rini? Wanita yang tadi kita temui?" Tanya Dika lagi.
"Iya, Rini dan ayahnya mengalami kecelakaan tiga tahun lalu, saat dalam perjalanan. Ayah Rini adalah pemilik perusahaan Derma Wijaya, saat itu mereka dalam perjalanan menuju perusahaan Makki shik untuk meeting. Tapi ditengah perjalanan mereka mengalami kecelakaan, ayah Rini meninggal di tempat. Sementara Rini mengalami kelumpuhan, karena benturan keras dikepala dan tubuhnya dalam kecelakaan itu." Jawab Lia.
"Perusahaan Derma Wijaya? Perusahaan itu kan adalah salah satu perusahaan ternama yang mengalami kebangkrutan tiga tahun lalu." Ujar Dika agak terkejut.
"Iya, sejak Ayahnya Rini meninggal dan Rini menjadi lumpuh. Perusahaan mereka mengalami kebangkrutan, dan bukan hanya itu. Maya pun harus menjadi tulang punggung keluarga, dan mereka harus pindah ke rumah yang sangat sederhana seperti itu." Ucap Lia yang tidak terasa meneteskan air matanya.
"Maya adalah sekertaris pak Irwan, apakah kamu tau itu?" Tanya Dika sambil menatap wajah Lia.
"Iya Aku tau." Jawab Lia yang kemudian mengalihkan pandangannya kearah pantai
Suara deru ombak di pantai menemani percakapan mereka saat itu..
Dinginnya suasana di pantai itu pun mulai menyelimuti mereka, melihat Lia kedinginan Dika membuka jaketnya dan memakaikannya kepada Lia.
Lia menatap wajah Dika, untuk beberapa saat mata mereka saling berpandangan satu sama lain.
Walaupun Dika sempat berpikir buruk tentang Lia dan masih belum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, tapi Dika percaya dan yakin bahwa Lia adalah wanita yang baik.
Mereka pun berlalu pergi meninggalkan pantai tersebut, kali ini Lia membiarkan Dika yang mengendarai mobil BMWnya untuk mengantarnya ke rumah.
Sesampainya didepan rumah, Irwan yang baru saja keluar dari mobil Honda berwarna hitam pun menoleh dan menghampiri mobil BMW milik istrinya.
Melihat Lia yang tertidur didalam mobil dengan wajah yang nampak lelah, Irwan pun menggoyang-goyangkan sedikit tubuh istrinya untuk membangunkannya sambil memanggil nama istrinya.
Lia pun terbangun dan kemudian meminta maaf pada Dika karna sudah merepotkan seharian ini. Lalu kemudian Lia pun masuk ke dalam rumahnya..
"Kerja bagus." Ucap Irwan menepuk pundak Dika.
Dika hanya tersenyum tanpa bicara sepatah kata pun..
Keesokan paginya, Irwan yang sedang menikmati sarapan yang sudah di siapkan Lia pun bertanya kepada Lia, "Bagaimana menurutmu tentang sifat Dika?"
"Dika itu orangnya baik mas, ramah, dan friendly.." Jawab Lia.
"Berarti kamu suka dong berteman sama Dika?" Tanya Irwan kali ini tatapannya sangat tajam kepada Lia.
"Iya aku suka punya teman seperti dia mas" jawab Lia sambil tersenyum manis.
Irwan pun tersenyum mendengar kata-kata istrinya, "Sepertinya sedikit lagi rencanaku akan berhasil." Ucap Irwan dalam hatinya.
Tidak membuang-buang waktu lagi, Irwan pun meminta Dika untuk menemani Lia lagi hari ini.