Malam harinya tepat di jam yang sudah mereka janjikan, Irwan datang menjemput Lia.
Sementara itu Lia yang sudah siap, pun keluar dari kosannya, mata Irwan langsung terpesona melihat Lia yang terlihat sangat cantik dan anggun.
Dengan mengenakan gaun berwarna merah muda, dihiasi dengan make-up tipis diwajahnya, dan rambut yang panjang terurai dengan style keriting gantung. Sangat membuat Lia terlihat seperti bidadari yang baru saja turun dari khayangan...
"Malam pa." Sapa Lia.
Irwan tidak menjawab, karena ia masih terpana melihat kecantikan wanita yang berada didepannya itu...
"Pa...pa Irwan." Kata Lia yang menjadi takut, kalau-kalau penampilannya ada yang salah..
"Eh...eh, maaf Lia. Aku minta maaf, baiklah kalau begitu kita berangkat sekarang." Irwan merasa malu dan membuatnya jadi salah tingkah...
Malam itu Irwan memperkenalkan Lia kepada teman-temannya, karena Lia adalah tipe wanita friendly. Ia pun langsung akrab dengan teman-teman Irwan dan bahkan mereka pun bersenda gurau bersama..
"Pesta pertunangannya cukup mewah yah pa!!!" Kata Lia memuji kemewahan pesta tersebut..
"Jangan panggil pa dong, kan ini diluar jam kerja. Lagian saya kan masih muda, hehehehe..." Ujar Irwan sedikit menggoda.
"Oh maaf, terus saya harus panggil apa dong kalau begitu?" Tanya Lia bingung.
"Panggil Irwan aja, atau kalau ngga panggil mas Irwan juga boleh." Jawab Irwan sambil tersenyum.
"Oke kalau begitu, saya panggil mas Irwan aja deh." Sahut Lia tersenyum.
Pipinya bertambah merah, karena malu..
Sejak malam itu, Lia dan Irwan menjadi semakin dekat. Irwan sering mengajak Lia keluar, diluar jam kerja mereka. Bahkan suatu hari Irwan mengajak Lia ke rumahnya untuk makan malam bersama keluarganya.
Melihat sambutan keluarganya yang cukup ramah dan hangat kepada Lia, Irwan pun berniat untuk melamar Lia.
Malam itu Irwan menyewa sebuah cafetaria untuk dijadikan tempat untuknya melamar Lia, Irwan meminta para pelayan di cafe tersebut untuk menghiasi cafe dengan suasana yang romantis.
Suasana yang cukup gelap dihiasi lilin, serta musik yang romantis, tidak ketinggalan hiasan bunga yang membentuk love dengan lilin yang berada ditengahnya, dan kembang api yang bertuliskan. "Lia, I Love You. Will you married me?"
Semua keindahan itu menghiasi malam dimana Irwan melamar Lia, dan Irwan berlutut. Sambil memegang sebuah kotak cincin, yang didalamnya terisi cincin yang sangat indah dan kemudian berkata, "Lia, Will you married me? Aku janji, aku akan selalu berusaha untuk membuatmu bahagia. Dan ngga akan pernah menyakiti hatimu, apalagi sampai ada orang lain diantara kita. Aku tidak akan membiarkan hal itu, aku janji hanya kamu yang akan selalu ada di hati aku."
"Aggggggggghhhhhhhhh." Teriak Irwan, ketika ia tersadar dari lamunannya sambil mengarahkan tangannya kearah meja makan dan menepis beberapa piring dan gelas. Sampai terjatuh, tangan Irwan pun terluka. Cukup banyak darah yang keluar dari tangannya, tapi Irwan sama sekali tidak merasakan sakit dan tidak peduli dengan luka yang ada di tangannya itu.
Karena rasa penyesalannya terlalu dalam, dari rasa sakit yang ada ditangannya.
"Kenapa aku sangat bodoh? Aku melupakan janjiku sendiri, hanya karena nafsu semata. Aku mengkhianati seorang istri yang begitu shalehah, dan bahkan aku juga berusaha untuk memfitnahnya. Manusia seperti apa aku ini, dasar bodoh...bodoh..." Ucap Irwan sambil memukuli kepalanya sendiri..
Malam itu Lia dan Irwan tidur dikamar yang berbeda, semaleman Irwan menyesali perbuatannya.
Namun apa boleh buat, nasi yang sudah menjadi bubur. Tidak akan pernah bisa menjadi nasi lagi, semua penyesalan Irwan tidak akan bisa merubah keadaan...
"Ring...ring...ring..." Suara handphone Irwan berbunyi, Irwan pun terbangun dan kemudian mengambil handphonenya yang berada diatas meja dekat tempat tidurnya. Namun ia merasa sakit dibagian telapak tangannya, kemudian ia pun teringat kejadian semalam.
Ia langsung bangun dan duduk, saat ia melihat handphonenya. Tertulis nama Maya, Irwan pun tidak menjawab telepon tersebut dan malah mengabaikannya.
Membiarkan handphonenya berdering, lalu kemudian berdiri dan meninggalkan handphonenya di kamar tamu.
Irwan menuju kamarnya, dan mencoba membuka pintu kamarnya. "Pintunya sudah tidak dikunci lagi." Ujar Irwan dalam hatinya..
Irwan membuka lebar pintunya, berusaha menemukan Lia. Namun Lia sudah tidak ada lagi di kamar, yang Irwan temui adalah kemeja, celana, dasi, dan sepatu yang sudah disiapkan oleh Lia untuknya.
Lia selalu menyiapkan semua keperluan Irwan, walaupun ia sedang dalam keadaan marah sekalipun...
Irwan tersenyum dan masuk ke kamar mandi yang berada didalam kamarnya itu. Ketika ia mandi, ia merasa ada sesuatu yang tidak biasa.
"Kemana peralatan mandi untuk Lia, kenapa yang ada hanya peralatan mandi aku saja?" Tanya Irwan pada dirinya sendiri dengan bingung...
Lalu Irwan pun memakai handuknya, terburu-buru keluar dari kamar mandi. Ia langsung membuka lemari pakaian milik Lia, dan benar saja. Semua pakaian Lia pun sudah tidak ada didalam lemari, Irwan menjadi sangat sedih, kecewa, dan benar-benar sangat menyesal.
Lalu Irwan bergegas memakai pakaian, dan kemudian berjalan mendekati mobilnya. Dengan kecepatan laju Irwan mengendarai mobilnya, saat sampai di tempat tujuannya. Irwan langsung mengetuk-ngetuk pintu rumah tersebut, dengan kerasnya dan berkali-kali ia mengetuknya sambil berteriak..
"Dika buka pintunya, eh Dika buka pintunya pengecut." Teriak Irwan sambil mengetuk pintu rumah Dika dengan keras..
Lalu Dika pun membuka pintunya,
"Ada apa ini Pa Irwan? Pa Irwan sudah tidak tau sopan santun atau apa? Pagi-pagi datang ke rumah orang sambil teriak-teriak" Kata Dika tegas.
"Eh pengecut dimana Istriku? Kamu pasti sudah membawa kabur Lia kan? Kamu sembunyikan dimana dia?" Tanya Irwan kasar.
"Apa maksud pa Irwan, saya sama sekali tidak mengerti? Dan apa yang pa Irwan maksud dengan membawa kabur Lia? Apa Lia pergi dari rumah pa?" Tanya Dika yang menjadi khawatir dengan Lia...
"Sudahlah jangan pura-pura tidak tau, aku tau Lia ada di sini." Kata Irwan yang kemudian masuk kedalam rumah Dika tanpa permisi..
"Lia...kamu dimana? Aku tau kamu ada di sini, ayo keluar. Kita pulang dan bicarakan semuanya baik-baik, aku minta maaf karena sudah menyakitimu. Aku janji aku tidak akan melakukannya lagi, dan aku akan mengakhiri hubunganku dengan Maya." Ucap Irwan sambil memeriksa setiap ruangan yang ada di rumah Dika.
Tapi Irwan tidak menemukan apa-apa, Lia memang tidak ada di rumah Dika.
Tanpa berkata apa-apa, Irwan pun langsung berjalan menuju mobilnya. Namun tiba-tiba langkahnya terhenti, karena Dika memanggilnya..
"Pa Irwan tunggu...Apakah benar Lia pergi dari rumah?" Tanya Dika khawatir..
"Ini semua gara-gara kamu, bajingan. Kalau saja kamu tidak menceritakan semua tentang perjanjian kita kepada Lia. Ini semua tidak akan pernah terjadi, dasar pengkhianat." Ujar Irwan sambil memukul dan menendang Dika dengan penuh emosi...
Ibu Ratri yang melihat anak sulungnya itu dipukuli, berusaha menolong Dika. Tapi tanpa sadar Irwan malah mendorong tubuh ibu Ratri, Dika yang melihat ibunya terjatuh. Menjadi emosi, sontak saja Dika langsung berdiri dan memukuli Irwan.
"Kurang ajar, beraninya kamu mendorong ibuku. Dasar laki-laki tidak punya hati." Ucap Dika saat ia memukuli Irwan.