Tubuh kecil kesakitan itu meringkuk di atas ranjang besar. Tak ada setetes pun air mata yang menggenang di pelupuk mata. Bibirnya yang mengatup rapat, seperti tak sudi untuk terlihat lemah dengan meringis kesakitan. Pandangannya terlihat sangat datar, satu titik objek yang hanya sebagai tipuan semata. Pada kenyataannya jiwa itu seperti melayang jauh, mencari suasana khayal yang mungkin saja bisa membuatnya jauh lebih tenang.
Di ruangan yang besar dengan lingkup memori yang selalu berakhir dengan keburukan. Tempat mewah yang menjadi tempat siksaan terberat untuknya selama ini. Tubuh kecil yang penuh bekas jamahan telapak tangan kotor itu sangat ingin beranjak dan pergi sejauh mungkin dari kuasa seseorang yang menjeratnya dengan materi. Menjadi sehina ini hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup gelamor sang puan, sungguh remaja itu sudah tak kuat lagi.